"Mau apa, Mil?" tanya Farhan letih. Masalah bertubi-tubi menimpa keluarganya. Seolah sengaja hanya diberi jeda sebentar untuk beristirahat, kemudian dihancurkan lagi. Luka pertama belum sembuh, sekarang ditambah luka baru. "Kalau kamu bertindak gegabah, rasa malu kita makin bertambah. Dia adikmu, Mil. Jaga aibnya, usahakan jangan sampai diketahui orang lain." "Ini Langga, Pa, bukan orang lain." Kamil meremas keras ponselnya, keinginan untuk menghubungi Airlangga batal karena teguran. "Aku minta bantu Langga, Pa. Siapa tahu kita bisa menemukan laki-laki bejatt itu. Anak Mala butuh ayah. Mereka harus bertanggungjawab." "Biar Mala sendiri yang memberitahu. Papa yakin, Mil, asal diberi waktu, tidak lama lagi dia akan bilang sendiri. Langga atau siapa pun, tetap saja jangan. Masalah ini cukup