Senja pulang ke rumahnya dengan langkah yang bersemangat, wanita itu terlihat sudah membaik keadaannya meski baru saja perjalanan jauh. Ia langsung pulang dengan membawa sesuatu yang sengaja ia siapkan untuk Davian, tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Senja langsung masuk begitu saja ke dalam rumah.
Namun, ia justru terkejut bukan kepalang saat melihat pemandangan yang ada di depannya.
"Davian ...." lirih Senja dengan air mata yang mengalir tanpa bisa dicegah. Perih, itulah yang rasakan saat melihat suaminya justru sedang berci*man dengan wanita lain.
Mendengar suara Senja kedua orang itu seketika menghentikan apa yang mereka lakukan. Keduanya pun sama-sama terkejut terutama Davian, pria itu tidak menyangka jika Senja akan pulang.
"Senja!"
"Apa yang kalian lakukan!" teriak Senja terlihat penuh emosional, wanita itu berjalan cepat lalu menarik tangan Jenny agar menyingkir dari dekat suaminya. "Untuk apa kamu disini, apa kamu tidak tahu malu datang ke rumah pria yang sudah beristri?" bentak Senja dengan tangis yang berderai, bayangan Davian dan Jenny berci*man tadi masih tergambar jelas di matanya.
"Senja sakit, lepaskan aku," rintih Jenny terlihat kesakitan.
"Senja, apa-apaan kamu? Lepaskan Jenny!" Davian balas membentak Senja, pria itu tak rela melihat wanitanya disakiti seperti itu.
"Tidak! Wanita ini harus pergi dari rumah kita, dia tidak boleh ada disini."
Senja kembali menarik tangan Jenny lebih kuat dari sebelumnya lalu membawanya pergi. Ia sungguh tidak rela jika Davian akan kembali dengan wanita masa lalunya. Lebih baik Davian menyakiti fisiknya daripada harus kembali kepada Jenny.
"Senja, lepaskan aku, sakit Dav!" teriak Jenny meminta bantuan Davian dengan tampang wajahnya yang melas.
"Senja, kamu gila! Lepaskan Jenny!"
Davian tak tinggal diam, ia segera menahan balas mendorong Senja hingga terjatuh dan menarik Jenny ke dalam pelukannya. Wajah penuh amarah itu terlihat menghiasi wajahnya yang tampan.
"Aduh!" Senja meringis, sakit tentunya karena dorongan Davian cukup kuat. Netranya yang sejak tadi sudah dipenuhi buliran air mata kini kian tak terlihat meratapi nasib dirinya yang begitu menyedihkan.
"Sejak tadi aku sudah memperingatkanmu tapi kamu tidak mempedulikannya. Kamu mungkin bisa menipu keluargaku dan aku masih bisa memaafkanmu, tapi jika menyangkut wanitaku, aku tidak akan tinggal diam, Senja!" seru Davian.
"Wanitaku? Aku Dav, aku yang istrimu, bukan dia!" jerit Senja.
"Dasar tidak tahu malu kamu, Senja. Kamu mendapatkan Davian dengan cara licik dan masih berani kamu bersikap seperti ini? Menjijikan sekali sikapmu," celetuk Jenny.
Senja tertawa kecil mendengarnya. "Kamu berbicara seolah kamu ini wanita yang baik, Jenny. Sikap mana yang kamu bilang menjijikkan? Bukankah kita sama?" tukas Senja.
"Hanya wanita yang tidak tahu malu yanga berkata seperti itu, Senja. Kamu yang merebut Davian dariku tapi kamu yang menyalahkan aku?" Jenny berteriak kesal.
"Cukup! Hentikan ini semua, dan aku tegaskan padamu, Senja! Jangan pernah mencampuri urusanku dengan Jenny, ingatlah posisimu," sergah Davian tak ingin lagi mendengarkan apapun yang membuat kepalanya ingin pecah.
"Mencampuri, Davian? Aku ini istri kamu!" jerit Senja.
"Istri diatas kertas! Ingat itu baik-baik, kalau bukan karena kebohongan si*LAN itu aku tidak akan pernah menjadikanmu istri, bahkan kamu bukan sebuah pilihan, Senja." Davian meradang mengingat sikap Senja yang dengan lancang mengaku hamil anaknya hingga ia terperangkap dalam pernikahan Neraka ini.
"Aku melakukan ini punya alasan, Davian!"
"Alasan apa? Alasanmu hanyalah uang! Itulah yang ada diotakmu saat ini, jangan kamu pikir aku tidak tahu kalau Papaku sudah mentransfer uang yang besar padamu!"
"A-apa?" Senja begitu kaget mendengarnya.
"Kenapa kamu terkejut? Semua ini benar 'kan? Cih, bodohnya aku hampir saja tertipu kepolosan wajahmu yang licik itu. Seharusnya aku sejak sudah tahu jika diotak wanita miskin sepertimu hanyalah uang, dan uang," tukas Davian tersenyum sinis, tapi sorot matanya menyiratkan kekecewaan setelah tahu kabar yang mengejutkan ini.
"Siapa yang mengatakannya padamu? Apakah wanita ini?" Tak perlu ditanyakan lagi, sudahlah pasti Jenny yang telah mengatakan hal itu kepada Davian untuk memancing api masalah.
"Kurang ajar! Beraninya kamu melakukan ini, Jenny!" Senja yang sudah tidak tahan lagi sejak tadi tanpa memikirkan apapun segera mengangkat tangannya untuk menampar Jenny.
Namun, sebelum ia melakukannya tubuhnya tiba-tiba terhuyung ke belakang bersamaan dengan suara tamparan yang sangat keras dan begitu mengejutkan.
Davian menamparnya!
"Dav?" Senja memandang Davian dengan matanya yang sayu, sakit akibat tamparan itu tidak terlalu terasa, tapi sakit sekali saat Davian menamparnya.
"Wanita tidak tahu diri! Setitik saja kamu menyentuh Jenny, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup," ucap Davian dengan wajah bengis.
Davian segera menarik tangan Jenny dan mengajaknya pergi meninggalkan wanita yang membuatnya sangat muak itu. Namun, ternyata Senja masih tidak menyerah dengan menahan tangan Davian.
"Lepaskan tanganmu," titah Davian dingin.
Senja tidak mempedulikannya, ia mencengkram tangan Davian semakin kuat. "Aku yang lebih berhak dari dia," kata Senja membuang seluruh rasa malunya, ia harus mempertahankan suaminya.
"Aku bilang lepas!" bentak Davian dengan tangan mengepal, sekali saja Senja memancing amarahnya, ia pasti akan hilang kendali saat ini juga.
Senja tidak menghiraukannya, ia tetap mencengkram tangan Davian dan berharap Davian akan mengurungkan niatnya agar tidak pergi dengan Jenny.
"Shittt, penipu kecil ini tidak takut padaku rupanya. Kamu pasti akan menyesal, Senja." Davian menghempaskan tangan Jenny lalu menarik tangan Senja dengan sangat kuat.
"Ikut aku!" Davian menyeret Senja dengan kasar menuju kamarnya dengan raut wajah yang dipenuhi amarah yang luar biasa.
"Davian, sakit." Senja meringis kesakitan, ia tahu setelah ini pasti akan menjadi sasaran amukan Davian.
Davian menulikan telinganya, ia membawa Senja ke kamar dan membanting pintunya dengan keras. Beberapa saat kemudian suara teriakan Senja terdengar dari sana membuat Jenny yang mendengarnya tersenyum puas.
"Senja, jangan kamu pikir bisa bermain-main denganku. Lihatlah, ini baru permulaan," ucap Jenny dengan seulas senyum licik tak tertahankan.
***
"Kamu begitu ingin aku akui sebagai istri bukan? Baik, sebelum kamu benar-benar menjadi istriku yang sepenuhnya, aku akan mengajarkanmu bagaimana bersikap yang benar dan patuh kepada suami, kemari kau!"
Davian benar-benar sudah kalap, pria itu mendorong Senja hingga terjatuh ke lantai dan menarik rambutnya dengan kasar.
"Buka bajumu," titah Davian.
Senja menggelengkan kepalanya berkali-kali, ia benar-benar ketakutan melihat sorot mata Davian yang begitu mengerikan.
"Oh, kamu tidak mau dengan cara halus rupanya, baiklah aku ikuti permainanmu," kata Davian menyeringai licik. Pria itu menjambak rambut Senja semakin kuat membuat Senja begitu kesakitan.
"Davian, sakit ..."
"Sakit? Ini belum seberapa, Senja. Aku akan memberitahu padamu bagaimana rasa sakit yang sebenarnya!"
"Davian arghhhhhhhh!"
Davian menjambak rambut Senja seraya mencium bibir wanita itu sangat brutal. Tidak segan Davian mengigitnya hingga berdarah, Davian juga merobek baju Senja hingga semua tubuhnya terekspos. Semakin kuat teriakan Senja, semakin gila Davian menyiksanya.
Pria itu seperti kesetanan, bukan hanya menjambak, tapi Davian sesekali juga menampar Senja hingga sudut bibirnya berdarah. Ia mengigit bibirnya hingga membengkak dan meninggalkan kissmark yang sangat banyak ditubuh Senja.
"Pel*cur sepertimu tidak pantas diperlakukan dengan baik, menangislah, menangis yang keras agar aku puas, Senja Kirana!"
Iblis dalam diri Davian kian merajalela saat melihat Senja tergolek tak berdaya dengan baju yang sobek dimana-mana. Pria itu tetap menggagahi Senja dengan penuh gair*h meksipun wanita itu terlihat sudah lemas. Bahkan milik Senja terlihat mengeluarkan dar*h akibat perlakuan kasar Davian.
"Berhenti ... sakit," rintih Senja bercampur pedih, menahan sakit yang begitu luar biasa didalam tubuhnya.
Namun, apakah itu berguna? Justru Davian akan semakin menyiksanya jika tangisannya masih terdengar!
"Davian, sampai kapan kamu akan seperti ini? Apa aku harus mati dulu agar kamu menghentikannya? Aku tidak sanggup, Dav!"
Bersambung.