Ketemu

2710 Words
Hana duduk sendirian di dekat brankasnya dengan memegangi ponselnya. Tadi mamanya baru saja menelpon jika dia sudah keluar dari puskesmas, semua tagihannya pun sudah dibayarkan oleh Zico, mantan kekasihnya dulu. Sebenarnya Hana tidak tahu bagaimana ceritanya mamanya bisa menghubungi Zico tapi yang pasti dirinya tidak bisa mundur lagi, mamanya sudah memilih Zico sebagai kandidat yang cocok untuk dirinya. Kenapa? Karena Zico memang cukup mampu untuk membantunya dalam biaya sakit dan juga kehidupannya tanpa perlu bekerja lagi, lalu apakah dirinya akan mendapatkan perlakuan yang baik? Tidak ada yang tahu. Hana sangat ingat bagaimana laki-laki yang memilih untuk membatalkan pernikahan hanya karena mamanya meminta mahar yang lebih tinggi dari yang sudah diajukan, Hana juga tidak akan lupa jika laki-laki itu setuju asal dirinya mau berhubungan lebih intim dulu sebelum pernikahan. Benar-benar menyedihkan. "Hana!" Panggil Cinta saat akhirnya menemukan temannya itu. Hana yang mendengarnya tentu saja langsung bangun dan menatap ke arah sahabatnya yang terlihat tergesa-gesa itu. Cinta mendekati Hana dan memegangi kedua tangan Hana dengan erat. "Hana, tolong bantu aku lagi, Hem?" Tanya Cinta yang langsung saja membuat Hana tersenyum tipis saat mendengarnya. Cinta adalah sahabat terbaiknya, mulai dari uang dan berbagai macam jenis make up yang ia pakai semuanya diberikan secara cuma-cuma oleh sahabatnya itu. Bahkan terkadang saat dirinya meminjam uang banyak, temannya itu memberikan tanpa bertanya untuk apa dan kapan mengembalikannya. "Apa yang membuatmu seperti ini? Tinggal katakan saja." Jawab Hana dengan tersenyum lebar. Tentu saja dirinya tidak akan pernah melupakan kebaikan sahabatnya yang satu ini, karena bagaimanapun juga tanpa adanya Cinta mungkin saja dirinya sudah menyerah akan Vian sedari dulu. "Apa tidak apa-apa? Sebenarnya aku mengambil dua shift hari ini. Aku menggantikan seseorang untuk malam ini, tapi ternyata aku tidak bisa melakukannya. Apa kamu bisa melakukannya untukku? Aku tahu kamu harus menjaga mama kamu yang sakit, tapi bisakah sehari ini saja? Mama akan pergi malam ini, jadi ini kesempatan bagus agar aku bisa menggoda kakak iparku, kamu tahu bukan kalau aku sangat mencintainya? Aku benar-benar gila." Jawab Cinta dengan cepat dan juga mengatakannya dengan sangat detail. "Aku pikir masalah serius, hampir saja aku akan menjual gelang itu jika yang kamu butuhkan bantuan uang." Kata Hana yang langsung saja membuat Cinta menegakkan tubuhnya dan mencebikkan bibirnya kesal. "Kalau aku butuh uang aku tidak akan datang padamu." Balas Cinta yang langsung saja membuat Hana tersenyum tipis. "Benar, aku bahkan sangat miskin untuk mentraktirmu makan." Jawab Hana pelan. "Ah itu tidak penting, jadi gimana? Apa kamu bisa bilang pada mama kamu untuk menggantikanku shif malam?" Tanya Cinta dengan ekspresi wajah yang sangat serius. "Itu mudah, mama juga sudah pulang kok. Aku akan menggantikanmu, jadi pastikan jangan patah hati lagi besok jika rencanamu gagal." Jawab Hana yang langsung saja membuat Cinta berteriak girang. Tentu saja ini kesempatan langka untuknya, jadi dirinya tidak akan pernah menyia-nyiakannya sedetik saja. "Aku akan berdoa agar kamu segera bertemu dengan pangeran yang selama ini sudah kamu tunggu. Aku benar-benar tidak sabar membelikan gaun malam yang sangat erotis untukmu, tentu saja juga minyak malam pertama agar terasa licin." Kata Cinta dengan antusias. Hana yang mendengarnya tentu saja langsung mengubah ekspresi wajahnya, tangannya bergerak menyentil dahi Cinta dengan keras, tentu saja sahabatnya itu tidak akan berhenti jika dirinya tidak seperti itu. "Berhenti berkhayal yang tidak perlu, mama sudah memintaku untuk menikah jadi aku tidak akan menunggunya lagi." Jawab Hana yang langsung saja membuat Cinta terdiam. Tentu saja awalnya Cinta heboh karena sakit atas sentilan yang diberikan oleh Hana, tapi saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Hana tiba-tiba saja rasa sakitnya sirna begitu saja. "Apa kamu gila? Kamu sudah menunggu selama itu dan mau menyerah begitu saja?" Tanya Cinta tak terima. Tentu saja dirinya yang sudah menemani Hana dalam menanti cintanya tidak suka mendengar jika sahabatnya itu mundur begitu saja. "Ini namanya menyerah lebih awal, lagi pula aku tidak tahu harus menunggu berapa lama lagi, jadi sepertinya ini jalan yang paling baik. Lagipula mama sudah mendapatkan calon untukku, aku tidak bisa menolaknya lagi. Aku sudah dua puluh delapan tahun, dua tahun lagi akan mendapatkan sertifikat perawan tua jika belum juga menikah." Jawab Hana dengan santai, tentu saja di dalam hatinya dirinya sedih dan juga menyayangkan, tapi lagipula gelangnya juga sudah putus itu berarti dirinya memang tidak berjodoh dengan laki-laki itu. "Ayo kembali kerja, kita tidak perlu memikirkannya lagi. Jika kamu butuh bantuan uang datanglah padaku aku akan menjual gelang itu." Ajak Hana seraya berjalan lebih dulu meninggalkan Cinta yang terbengong-bengong saat mendengarnya. Cinta berlari untuk mengejar kepergian sahabatnya, bagaimanapun juga dirinya tidak terima jika sahabatnya mundur begitu saja, ah setidaknya laki-laki yang dijodohkan dengan sahabatnya haruslah laki-laki yang hebat. "Siapa calon yang dipilih oleh Tante?" Tanya Cinta dengan cepat. "Zico, kamu tahu diakan? Dia membayar semua tagihan kesehatan Mama dan juga mengurus mama dengan baik. Jadi mungkin saja kita memang berjodoh." Jawab Hana dengan santai, meskipun di dalam hatinya sangat terbebani karena nama itu. "KAMU GILA!" Teriak Cinta tak percaya saat mendengarnya. Hana menoleh ke sana ke mari untuk melihat ke arah sekitar yang memperlihatkan mereka hanya karena teriakan Cinta yang sangat keras itu. Cinta yang sadar akan keheningan yang terjadi tentu saja langsung memperhatikan sekitar dan meminta maaf karena telah membuat keributan. Setelah meminta maaf, Cinta pun menarik lengan Hana untuk pergi menjauhi tempat itu. "Apa kamu waras? Dia seorang duda." Tanya Cinta dengan kesal dan juga marah pada sahabatnya itu. "Apa kamu lupa kalau kakak iparmu itu juga seorang duda? Jadi berhentilah sekarang dan kita kembali bekerja lagi." Jawab Hana yang berhasil membuat Cinta tercengang saat mendengarnya. "Itu memang benar, tapi tetap saja berbeda. Si c***l itu hanya mencicipi lalu bercerai, bagaimana bisa aku membiarkan kamu yang masih disegel dan juga polos ini menikah dengan laki-laki seperti itu? Tidak boleh. Aku akan bicara sendiri pada Tante, dia tidak boleh menyerahkan putrinya yang cantik ini pada si c***l itu." Kata Cinta masih tidak terima. Memang benar apa yang dikatakan oleh Hana perihal status duda kakak iparnya, tapi tetap saja ini sangat berbeda dengan Zico si c***l yang kurang ajar itu. Mentang-mentang punya banyak uang dia bisa seenaknya saja. "Kamu bisa bicara sama mama nanti, tapi yang pasti kita harus kembali kerja oke? Aku dengar pemilik rumah sakit sedang keliling untuk mengawasi kita, jadi mari bertahan lebih lama di sini." Jawab Hana yang langsung saja pergi terlebih dahulu, meninggalkan Cinta yang masih tidak terima dengan sikap santai sahabatnya yang seperti itu. Cinta tahu sahabatnya itu adalah anak yang baik dan menurut pada orang tuanya, tapi tetap saja dirinya kesal karena sahabatnya itu tidak bisa memperjuangkan cintanya sendiri di depan mamanya dan menurut saja saat tahu akan dijual. Benar-benar sangat tidak bisa diterima. Pekerjaan hari ini benar-benar sibuk, meskipun banyak sekali pasien yang mengosongkan kamar hari ini tetap saja ada banyak juga pasien yang datang untuk mengobati rasa sakitnya. Hana benar-benar mondar-mandir ke sana ke mari tanpa henti, memeriksa botol infus dari kamar satu ke kamar yang lain tanpa henti. Tak jarang dirinya juga harus berlari untuk membantu temannya dalam membawa pasien yang baru saja datang dengan mobil ambulance atau mobil pribadi. Benar-benar sangat melelahkan, dan dirinya harus bertahan hingga pagi lagi nanti. Satu persatu orang mulai bersiap untuk pulang, Hana sendiri hanya tenang dan meminum yogurt yang tadi diberikan oleh Cinta untuknya. Sahabatnya itu saat ini tengah bersiap-siap untuk pulang, tentu saja sahabatnya meminta maaf pada dirinya lagi karena sudah menyusahkannya tapi tetap saja dirinya tidak merasa jika semua itu merepotkan. Hana berdiri dan membuang bungkus yogurt yang sudah habis, setelah itu Hana mengambil ponselnya yang ada di saku seragam kebesarannya, Hana tersenyum tipis karena tidak menemukan satupun notifikasi pesan dari siapapun kecuali operator yang memperingatkan dirinya jika saldo pulsanya susah habis dan hampir masa tenggang. "Cin, tolong isikan pulsa untukku." Pinta Hana pada Cinta. "Tentu saja, aku akan mengisinya nanti." Jawab Cinta yang langsung saja membuat Hana mengangguk pelan. "Terima kasih." Ucap Hana pelan. Hana benar-benar tidak tahu harus melakukan apa untuk membalas semua kebaikan yang diberikan oleh Cinta untuk dirinya yang miskin ini. "Apa-apaan kata itu? Tarik kembali, aku tidak suka saat mendengarnya." Jawab Cinta seraya menggantungkan tas selempangnya di bahunya. "Aku akan pulang lebih dulu, aku akan mentraktirmu lain kali." Kata Cinta yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Hana. Hana membuka ponselnya dan membuka catatan yang ada di dalam ponselnya, di dalam hati Hana menghitung manual hutang yang selama ini menumpuk pada sahabatnya itu, dan jumlahnya benar-benar sangat banyak. Tapi sahabatnya itu sedikitpun mengungkitnya atau bahkan menagihnya, jika dirinya ada uang lebih dan berniat untuk membayar sahabatnya selalu mengatakan pada dirinya untuk menyimpan uang itu jika ada keperluan yang mendesak. Dulu Hana pikir Cinta anak dari orang rendah sepertinya, tapi setelah mengenal lebih jauh Cinta bahkan tidak perlu bekerja jika ingin membeli apapun yang ia inginkan. Sahabatnya itu anak dari orang berada, selain itu Cinta juga memiliki pikiran yang sangat pintar. Satu persatu orang pulang dan satu persatu datang. Hana menguap pelan saat ingin berdiri dari duduknya, dirinya memang mengantuk karena dari semalam tidak tidur untuk menunggu mamanya dan pagi-pagi kembali bekerja meskipun terlambat, lalu kali ini dirinya juga tidak istirahat untuk melanjutkan shif malamnya. Hana meneruskan pekerjaannya dengan tenang, dirinya harus semangat jika ingin memiliki kehidupan yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Dirinya tahu jika Zico anak dari orang berada tapi dirinya juga tidak bisa mempercayakan seluruh hidupnya pada laki-laki itu, meskipun dirinya setuju untuk menikah dengan laki-laki itu, tetap saja dirinya tidak akan mengemis pada laki-laki itu, karena bagaimanapun juga dirinya punya harga diri yang harus ia jaga sampai kapanpun juga. Malam tiba, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat Hana akhirnya bisa duduk setelah melakukan pengecekan untuk yang terakhir kalinya. Setelah ini dirinya bisa istirahat dengan tenang dan menunggu panggilan jika ada salah seorang keluarga pasien yang membutuhkan bantuannya. "Hana, ada pasien kecelakaan baru saja tiba, ayo bantu aku." Suara rekannya yang memanggilnya membuat Hana mengambil napasnya panjang dan membuangnya perlahan. "Ingat Hana, ini belum waktunya untuk istirahat jadi semangat." Katanya pada dirinya sendiri. Hana berdiri dan berlari ke pintu depan untuk membantu di depan. tiba-tiba saja rasa kantuk yang tadi dirasakan oleh Hana sirna saat melihat banyaknya darah yang ada di tubuh pasien yang baru saja datang. "Hubungi dokter, sepertinya kita memerlukan operasi secepatnya." Kata seseorang yang langsung saja membuat rekan Hana pergi meninggalkan Hana mendorong brankar rumah sakit bersama perawat lainnya. Tangisan dari keluarga yang terdengar membuat keringat Hana berlomba-lomba untuk keluar. Setahun lebih dirinya bekerja di rumah sakit ini, ini pertama kalinya dirinya melihat pasien yang separah ini. Mungkin saja karena dirinya tidak ditempatkan di devisi depan. Hana mendorong brankar itu memasuki ruang operasi dengan tangan yang bergetar, setelah itu dirinya pun terpaksa keluar karena sudah ada perawat khusus yang akan menanganinya. Hana keluar ruang operasi dan menatap ke arah keluarga korban yang terlihat sangat gelisah di luar ruang operasi. "Apa tidak ada dokter yang berjaga atau bisa dihubungi segera?" Pertanyaan yang terdengar dari perawat yang bisa keluar masuk ruang operasi dengan mudah membuat jantung Hana berdetak tak karuan, memikirkan bagaimana nasib pasien yang ada di dalam ruangan itu. Hana meninggalkan ruangan itu dengan hati yang tak karuan. Sekali lagi, Hana duduk ditempat yang sepi sendirian. Berdoa agar orang itu mendapatkan pertolongan terbaik. Hana mengambil ponselnya dan melihat ke arah jam yang ada di ponselnya, jam sudah menunjukkan angka 22 lebih, itu berarti dirinya sudah melewati waktu yang panjang tadi dan itu benar-benar tidak terasa. Hana berdiri dari duduknya dan berjalan pelan ke arah ruang istirahat yang biasa ia tempati, dirinya harus istirahat dulu sebelum nantinya akan kembali bertugas saat dibutuhkan. Jika tidak begitu dirinya benar-benar akan limbung dan tidak bisa membantu apa-apa lagi. Tangan Hana bergerak membuka pintu kamar yang tersedia khusus untuk pekerja malam, dirinya benar-benar harus tidur. Suara panggilan yang terdengar membuat Hana yang baru saja tidur selama satu jam bangun dan menguap lebar. Hana mengambil baju perawatnya dan memakainya lagi, dirinya sudah harus kembali bertugas. Tentu saja Hana memilih untuk mencuci wajahnya lebih dulu sebelum melanjutkan pekerjaannya. Hana berjalan keluar dari kamar mandi dengan menguap lebar, tangannya bergerak mengambi ponsel miliknya untuk melihat pukul berapa sekarang. Sudah tengah malam, jadi rumah sakit sangat sepi, ada beberapa lampu yang padam dan membuat aura rumah sakit sedikit menakutkan. Hana mengambil botol infus dan berjalan ke arah kamar yang tadi memanggilnya untuk mengganti botol infus yang sudah habis. Hana berjalan lebih cepat dan menjalankan tugasnya dengan hati-hati, tentu saja dirinya tidak ingin membangunkan pasien lain yang berada di ruangan yang sama dengan pasien yang memerlukan botol infus baru. Setelah selesai menggantinya, Hana pun keluar dan menutup pintu dengan hati-hati. Sekali lagi, Hana menguap lebar karena kantuknya. Di sisi lain, Vian baru saja keluar dari ruang operasi setelah menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter bedah dalam pada seorang pasien kecelakaan. Sebenarnya Vian tidak berniat untuk melakukan operasi, tapi karena tidak ada dokter bedah yang tinggal malam ini jadi dirinya terpaksa mengajukan diri. Tentu saja dirinya melakukan semuanya dengan baik, dan sekarang pasien itu sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat dan akan diawasi lebih ketat karena takut terjadi apa-apa nantinya. Vian melepaskan sarung tangannya dan menatap ke arah dua orang wanita yang berada tidak jauh dari jangkauannya, keduanya terlihat berbincang-bincang. Vian memiringkan kepalanya untuk melihat jelas wanita yang tengah membelakanginya itu. Saat Vian ingin mendekat, tiba-tiba saja wanita yang membelakanginya itu duduk untuk mengambil sesuatu miliknya yang jatuh. Vian tersenyum kecil, haruskah dirinya berterima kasih pada pasien yang baru saja ia selamatkan? Hana tentu saja terkejut karena menjatuhkan gelang yang tersimpan di saku bajunya. "Aku akan tetap berjaga di ruang istirahat, panggil aku jika devisi depan kekurangan orang." Kata Hana pada rekan kerjanya yang saat ini masih berdiri di depannya dengan membawa kertas dan jug bolpoin. "Terima kasih untuk bantuannya, selagi menunggu kamu bisa istirahat." Kata rekannya yang langsung saja membuat Hana mengangguk dan melanjutkan langkahnya untuk pergi ke arah ruang istirahat. Vian terdiam mengawasi kepergian wanita itu, tentu saja senyuman itu masih tercetak jelas di bibirnya. Vian menghentikan langkah seorang wanita yang tadi berbicara dengan dengan kekasihnya. "Apa dia Hana?" Tanya Vian yang langsung saja membuat perawat itu menoleh dan menatap kepergian Hana. "Benar pak, hari ini dia kerja seharian penuh karena membantu temannya." Jawab perawat bername tag Dinda. "Kalau begitu biarkan dia istirahat, sebagai gantinya aku akan membantu jika diperlukan." Kata Vian tanpa basa-basi lagi. "Tapi, bagaimana bisa anda .... " "Bisa, jadi biarkan dia istirahat." Potong Vian yang langsung saja melepaskan jas putih kebesarannya dan membuat Dinda diam dan mengangguk pelan. Tentu saja Dinda merasa aneh, tapi dirinya juga tidak bisa melakukan apapun saat ini. "Kalau begitu pergilah, panggil aku di ruang dokter jika butuh sesuatu." Kata Vian yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Dinda. Dinda pergi setelah membungkukkan badannya untuk memberi salam. Vian sendiri memilih untuk melangkahkan kakinya, mengikuti langkah Hana yang sudah menjauh dari jangkauannya. Sudah setengah jam Vian menunggu di depan pintu istirahat, setelah merasa cukup Vian pun masuk dan menemukan Hana yang tengah tertidur miring di atas brankar rumah sakit. Vian terdiam dan menggerakkan jari tangannya untuk menelusuri wajah cantik yang lelah itu. "Pasti melelahkan bukan? Maafkan aku." Kata Vian pelan. Vian mengangkat tubuh Hana yang ringan, tentu saja Vian juga membawa baju dan juga berbagai hal milik wanita itu bersamanya. Setelah itu Vian membawa Hana yang ada di dalam gendongannya ke arah lift, Vian berniat memindahkan Hana ke ruangannya agar wanita itu bisa istirahat dengan lebih nyaman. Vian masuk ke dalam lift dan memencet angka untuk menuju ke ruangannya, setelah sampai di ruangannya Vian menurunkan Hana ke atas ranjang kecil yang ada di ruang kerjanya. "Istirahatlah dengan nyaman," bisik Vian pelan sembari mengecup kening wanita itu cepat. Vian tersenyum tipis dan mengambil ponsel wanita itu yang tadi ia simpan di sakunya. "Benar-benar tidak ada pengamannya." Gumam Vian saat membuka ponsel Hana. Vian tentu saja perlu memastikan jika wanita itu masih sendiri dan juga belum memiliki pasangan atau bahkan seorang anak. Dirinya benar-benar akan marah jika itu benar-benar terjadi, meskipun dirinya tahu kalau semua itu kesalahannya sendiri. Galeri yang penuh foto Hana dan temannya membuat Vian sadar jika wanita itu masih sendiri dan belum memiliki pasangan lain selain dirinya. Setelah merasa cukup, Vian pun meletakkan ponsel itu di samping wanita itu, tentu saja setelah dirinya mencuri nomor ponsel wanita itu. "Aku akan menggantikanmu, jadi istirahatlah dengan tenang." Kata Vian yang langsung saja pergi meninggalkan ruangannya dengan lega. Akhirnya hari ini tiba, hari di mana dirinya menemukan wanita yang selama ini membuat dirinya tidak tenang. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD