BAB 13 MARAH

1078 Words
Malamnya Emy hanya menulis pesan singkat pada Mr. Hardy jika hari ini ada kunjungan dari Dokter Daniel. Emy sengaja tidak menceritakan detailnya karena dia khawatir kalau ceritanya tidak singkron dengan yang diceritakan Dokter Daniel. Emy ingat jika Dokter Daniel sepertinya juga sering bercerita pada Mr. Hardy. Atau memang dia juga di wajibkan untuk melapor seperti dirinya, dan semua orang yang dipekerjakan untuk Eric. Semakin kesini rasanya memang semakin aneh. Kadang Emy merasa jika di balik semua perhatian orang tuanya tapi Eric justru seperti tahanan. Walaupun jelas dia sudah tidak bisa kemana-mana tapi kenapa semua kegiatannya masih harus diawasi. Tiba-tiba saja Emy jadi merinding karena teringat perkataan Eric tentang tidak bisa mempercayai siapapun orang di sekitarnya. Sepertinya masalah Eric dan orang tuanya memang bukan hanya sesepele masalah depresi seperti yang sering Emy pikir selama ini. Meski Emy baru mengenal Eric beberapa minggu, tapi Emy tahun jika Eric buka tipe orang yang sentimentil hingga membiarkan masalah perasaan yang sensitif mempengaruhi hidupnya. Bahkan Eric menegaskan pada Emy untuk mengabaikan hal macam itu ketika Eric menuntut loyalitasnya. Meski sampai sekarang Emy masih belum tahu sedang berada di pihak yang benar atau yang salah tapi yang pasti Emy yakin jika mustahil Eric bisa memupuk kebencian sebesar itu pada orang tuanya bila tanpa alasan yang kuat. Masalah keluarga kadang memang rumit karena dia sendiri juga mengalaminya. Anehnya meskipun sejak awal Emy sudah bersumpah untuk tidak mau terlibat apapun urusan Eric dan orang tuanya, tapi kenapa sekarang Emy malah justru tidak bisa berhenti memikirkannya padahal tadi dia berharap untuk  segera tidur. Karena itu Emy jadi mulai khawatir 'sebenarnya dirinya hanya sekedar penasaran, atau jangan-jangan sebenarnya dia sudah mulai bersimpati pada Eric? ' Karena kalau boleh jujur sebenarnya Emy juga lebih cenderung tetap ingin melindungi kejahatan Eric meskipun dia tahu mencuri dan meretas itu adalah tindakan kriminal. Walaupun Eric hanya menyebutnya sebagai kejahatan kecil, tapi menurut Emy dengan jumlah uang sebanyak itu seharusnya Eric bisa memberi makan orang satu kampung selama satu dekade. 'Lantas untuk apa Eric memerlukan uang sebanyak itu?' pikir Emy semakin penasaran. Karena semalam tidak bisa tidur, akhirnya Emy bangun kesiangan. Emy langsung berjingkat begitu mendengar ada suara benda yang pecah, dan bukan hanya satu kali karena lama-lama suaranya seperti sengaja di lempar. Emy segera berlari keluar dan sudah mendapati pecahan vas-vas kaca berhamburan di lantai. Emy yang masih memakai piyama hanya berdiri bingung seperti orang bodoh yang tidak tahu jika baru saja terjadi bencana. Tiba-tiba Emy hanya mencemaskan Eric dan dia sudah berniat untuk mencarinya ketika Bi Hanun menahan lengannya. "Dokter Daniel sedang bicara dengannya," terang Bi Hanun yang kemudian menarik Emy untuk mengikutinya. Bi Hanun membawa Emy untuk duduk di dapur. "Apa kau mau kubuatkan minuman hangat? " tanya Bi Hannun dan Emy langsung menggeleng kaku. Mustahil sekali, dalam situasi seperti ini Bi Hanun malah menawarkan minuman. Padahal Emy hanya ingin bertanya, tapi dia bingung karena tidak bisa bicara dan terlalu banyak pertanyaan di kepalanya. "Sebenarnya Tuan Eric sering marah seperti ini, jangan terlalu cemas. " Emy kembali berjingkat karena kembali mendengar benda yang dilempar. Rasanya sangat tidak masuk akal jika hal seperti ini dianggap wajar. "Kita berdoa saja semoga Dokter Daniel bisa menenangkannya," nasehat Bi Hanun sambil menyentuh bahu Emy agar gadis itu kembali duduk tenang. Emy menduga jika Bi Hannun sepertinya juga tidak  berani banyak bicara meski sebenarnya dia tahu masalah tuanya. Karena mustahil memaksa orang tua itu  untuk bicara, akhirnya Emy coba memilih mengikuti nasehatnya. Emy duduk menunggu dan setuju di buatkan minuman hangat. Emy baru menghabiskan setengah cangkir jahe hangatnya ketika akhirnya Dokter Daniel keluar dari ruang kerja Eric dengan wajah kusut dan langkah malas ketika berjalan menghampirinya. Seolah dia berharap tidak melihat Emy dan harus mengarah kebohongan pada gadis itu. Emy segera menegakkan duduknya begitu Dokter Daniel mendekatinya. "Maaf kau harus melihat hal seperti ini. " Emy buru-buru menggeleng cepat untuk meyakinkan Dokter Daniel jika bukan itu masalahnya. Emy hanya ingin tahu jika Eric baik-baik saja. Walau Dokter Daniel bisa mengerti kecemasan gadis itu tapi dirinya sedang tidak bisa bercerita. "Mungkin Eric agak kurang stabil tapi percayalah dia akan segera membaik." Emy mengangguk. "Sebaiknya jangan dekati dia dulu, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri." "Bi! bilang juga ke Mia untuk tidak perlu datang sore ini," kata Dokter Daniel pada Bi Hanun. "Akan kusuruh orang untuk membereskan rumah. " Bi Hanun juga hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa. Dokter Daniel pun juga langsung berpamitan karena harus segera pergi ke klinik. Setelah Dokter Daniel pergi Emy segera mengambil sapu dan peyerok sampah untuk membersihkan pecahan kaca di lantai. Sebenarnya Bi Hannun sudah melarangnya tapi Emy sepertinya tetap bersikeras untuk membersihkannya sendiri. Emy benar-benar sedang tidak bisa berhenti mecemaskan Eric karena itu dia harus mengerjakan sesuatu sebab dia sedang tidak bisa bertanya pada siapapun dan memberitahu siapapun jika dirinya tidak bisa berhenti mencemaskan Eric. Jika boleh sebenarnya dia hanya ingin berlari mencari Eric dan menanyakan langsung padanya. Bukanya malah hanya diam dan memunguti pecahan kaca seperti ini. Tanpa sengaja salah satu pecah kaca tersebut menggores telapak tangannya dan Emy hanya segera mengigit bibir bawahnya agar tidak bersuara meski rasa perih mulai menjalar ke lengannya dengan sensasi berdenyut-denyut dan perih, karena ternyata pecahan kaca tersebut goresannya cukup dalam. "Oh Lola! " pekik Bi Hanun segera panik begitu melihat darah segar Emy yang bercecer di lantai. "Apa perlu kupanggil lagi Dokter Daniel?" Emy buru-buru menggeleng kemudian mengambil lap bersih untuk membebat lukanya. Emy memberi isyarat pada Bi Hanun agar tidak panik karena dia bisa menanganinya. Emy mengambil anti septic dan perban dari kotak obat, baru kemudian membersihkan lukanya sendiri dengan cepat dan cekatan sampai Bi Hanun bingung harus membantu apa, karena gadis itu sepertinya bisa melakukan semuanya sendiri. "Sini biar bibi yang ikatkan." Emy menyerahkan perbannya pada Bi Hanun karena memang repot jika harus mengikat sendiri. "Tuan Eric kadang memang agak pemarah, tapi dia sebenarnya baik," cerita Bi Hannun sambil membebatkan perban di tangan Emy. Sebenarnya Emy masih ingin sekali bertanya banyak hal tentang Eric tapi ternyata dia memang tetap tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menggeleng dan mengangguk. "Sebaiknya usahakan jangan terkena air dulu," pesan Bi Hanun setelah mengikat perbannya, " tunggu sampai lukanya menutup." Emy mengangguk. "Angkat saja seperti ini saat kau mandi, " saran si Bibi sambil memperagakan tangannya yang dia angkat sampai di atas kepala. Kali ini Emy mengangguk dan tersenyum untuk berterima kasih sebelum dirinya ikut permisi karena harus mandi. Emy buru-buru kembali ke kamarnya dan berharap bisa mandi dengan cepat baru kemudian memikirkan cara untuk bisa menemui Eric. Karena sepertinya Emy juga mulia tidak peduli meskipun Dokter Daniel sudah memperingatkan agar tidak mendekatinya dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD