Resort keluarga Dokter Daniel ternyata juga terletak di tengah perkebunan teh, tepat di antara dua sisi perbukitan dengan pemandangan yang elok. Selain resort dan wahana permainan air, di tempat tersebut juga berdiri sebuah klinik yang kabarnya di gratiskan untuk penduduk sekitar dan para pekerja kebun teh. Klinik tersebut juga melayani operasi gratis bagi pasien katarak yang tidak mampu. Karena Dokter Daniel juga lah Eric memutuskan tinggal di kawasan Puncak, karena hanya sahabatnya itulah satu-satunya kebaikan yang Eric tahu dan bisa dia percaya setelah penghianatan oleh keluarganya sendiri.
Adik Dokter Daniel yang bernama Nathan, langsung menyambut mereka dan mengajak Mia untuk bermain di wahana air. Sepertinya mereka sudah cukup akrab karena Mia dan Nathan juga nampak seumuran. Mereka sempat mengajak Emy untuk bergabung tapi dia menggeleng.
Emy bisa berenang tapi tidak untuk kolam dengan air sedingin di tempat ini. Karena baru menyentuhkan kakinya saja Emy sudah merinding. Sumber air di resort tersebut memang berasal langsung dari pegunungan makanya rasanya tidak beda jauh dengan air dari dalam kulkas.
Sepertinya Mia sudah terbiasa dengan suhu dingin karena dia memang lahir di tempat berbeda dengan Emy yang yang lebih banyak tumbuh besar di pantai.
Emy akhirnya memilih menyingkir duduk di gazebo sembari membaca surat kabar harian yang sudah kadaluarsa karena dia juga tidak membawa ponsel untuk menemaninya di waktu bengong.
Dokter Daniel sudah langsung pergi ke klinik sejak baru datang tadi, Mia, dan Nathan sedang asik bermain prosotan air. Lagi pula Emy juga bukan lagi anak-anak yang akan bermain di wahana jadi dia lebih banyak duduk menunggu dan bengong karena tidak bisa mengajak siapapun untuk ngobrol.
Tiba-tiba saja terdengar teriakan seorang wanita yang sedang minta tolong sembari melambai panik. Sepertinya wanita itu mengalami kram tiba-tiba ketika sedang berenang. Emy yang kebetulan duduk di tepi kolam pun langsung melompat untuk menolongnya. Emy pandai berenang, karena dulu dia juga biasa berenang di pantai bahkan di sungai.
Semua orang sudah mulai panik berteriak-teriak di tepi kolam untuk ikut minta pertolongan penjaga kolam yang entah sedang pada ke mana. Tapi untungnya Emy segera berhasil menarik wanita itu dan membawanya menepi.
Beberapa orang langsung membatu menariknya naik dan Emy pun segera keluar dari dalam air yang ternyata benar-benar sangat dingin.
Wanita itu sepertinya sudah sempat menelan air dan masih terbatuk-batuk saat dikerumuni banyak orang. Seorang penjaga kolam langsung menanganinya dan memanggil orang dari klinik.
Emy masih menggigil dengan pakaian basahnya karena semua orang masih sibuk menolong korban jadi tidak ada yang menghiraukannya.
"Oh Tuhan!" pekik Dokter Daniel yang baru datang dan langsung melepas jas putihnya untuk dia pakaikan pada Emy yang sudah menggigil.
"Tunggu sebentar aku lihat kondisinya dulu," kata Dokter Daniel dan Emy mengangguk.
Sepertinya wanita itu baik-baik saja, dan mulai bisa bicara. Dia mengaku tidak melakukan pemanasan sebelum berenang padahal air kolam yang berasal langsung dari pegunungan jelas sangat dingin.
Setelah menyuruh beberapa pekerja untuk membawanya ke klinik Dokter Daniel langsung kembali menghampiri Emy.
"Mari kucarikan pakaian kering untukmu."
Emy segera berjalan mengikuti Dokter Daniel yang mengajaknya ke salah satu kottage.
"Maaf ya," Dokter Daniel sudah membongkar lemari di kamarnya tapi ternyata memang hanya menemukan t-shirt milik Nathan dan celana olah raga.
Jadilah Emy memakai t-shirt tersebut dengan celana joging bergaris. Emy sedang tidak memakai pakaian dalam apapun karena semuanya masih basah. Dengan t-shirt yang agak kekecilan di bagian d**a, tak dipungkiri jika Dokter Daniel sempat syok ketika melihat Emy baru keluar dari kamar. Sebenarnya Emy juga sangat malu dan merasa risi tapi dia sedang tidak bisa banyak protes.
"Tunggu sebentar!"
Dokter Daniel kembali terlihat sibuk membongkar barang dari dalam lemari.
"Pakai ini," katanya setelah menemukan sebuah kemeja flanel motif kotak-kotak dari dalam lemari.
Emy jadi semakin nampak aneh dengan celana joging dan kemeja kebesaran yang langsung dia pakai dobel seperti itu.
"Kemari,"panggil Dokter Daniel.
Emy segera berjalan mendekat meskipun masih agak canggung dengan penampilannya.
Dokter Daniel segera membuka beberapa kancing bawah kemeja Emy, menggulungnya sampai ke pinggang baru mengikatnya ke samping.
"Lumayan bukan," koreksinya sembari mengedip pada Emy yang ikut mengangguk dan tersenyum.
"Semoga Eric tidak akan marah jika aku mengembalikanmu dengan pakaian seperti ini, "___" tapi sepertinya dia memang tidak akan tahu. " Senyum Dokter Daniel pun terlihat semakin jahil ketika mengajak Emy untuk ikut mensyukuri kekurangan sahabatnya yang sedang tidak bisa melihat ulah mereka.
Dokter Daniel mengantarkan Mia pulang lebih dulu baru mengantar Emy kembali ke villa.
Eric memang tidak akan bakal tahu meskipun semisal Dokter Daniel memulangkan Emy dengan tanpa pakaian sekalipun. Baru keesokan harinya Emy mulai bersin-bersin.
"Apa kau sakit?" tanya Eric ketika Emy menyiapkan sarapan untuknya.
Emy mengetuk satu kali dan melanjutkan kegiatannya memotong brokoli. Sebenarnya itu adalah tugas bi Hanun, tapi kemarin Emy yang bersikeras menggantikan tugasnya karena kemarin bi Hanun juga sudah menggantikan tugasnya mengurus Eric.
"Kapan sarapanku siap? "
Sepertinya Eric sudah mulai jenuh karena sudah lewat setengah jam dia ikut duduk menunggu di meja pantry tapi sarapannya belum selesai-selesai juga.
Emy tidak bicara karena masih fokus memotong bawang dengan suara tatakan yang berisik, sampai dia tidak memperhatikan kalau Eric mungkin sudah bosan menunggunya.
Hampir delapan puluh persen dinding dapur adalah kaca panel dengan rangka baja ringan hingga menyentuh plafon. Sehingga dapur yang menghadap langsung ke halaman belakang dan sisi jurang itu nampak sangat luas dan terang benderang. Pemandangan halaman belakang dan lereng-lereng perkebunan teh nampak indah dari kisi-kisi jendela dapur yang sudah Emy buka lebar. Siapapun tidak akan pernah jenuh memandanginya. Tapi Emy merasa tak ada gunanya memberitahukan hal itu pada Eric. Karena dia tidak bisa melihat apa-apa, bahkan Eric tidak akan tahun jika dirinya sedang menangis hanya kerena memotong bawang.
Beberapa kali Emy meremas hidungnya dengan tisu dan isak rendah sambil kembali terbersin-bersin lagi.
"Kau flu?"
Emy masih diam.
"Kemari Lola!" perintah Eric.
"Kemari!" ulang Eric, karena sepertinya Emy masih belum bergerak.
Emy tidak menyangka jika Eric menyuruhnya mendekat hanya untuk menyentuhnya.
"Kau demam!"
Emy menjawabnya dengan bersin satu kali.
"Kau bermain air!" tegur Eric terdengar agak kesal.
Emy menjawab lagi dengan bersin satu kali meskipun sama sekali tidak dia sengaja.
Eric segera menelepon Dokter Daniel agar segera datang untuk memeriksa Emy.
Tak sampai setengah jam sahabatnya itu sudah datang. Menurut Dokter Daniel, Emy hanya belum terbiasa dengan suhu dingin.
Sepertinya Eric juga agak kesal dengan kecerobohan Daniel yang sudah membiarkan gadis itu bermain air terlalu lama.
"Kemarin Lola menyelamatkan seorang pengunjung yang hampir tengelam."
"Kau bisa berenang?"
Tanya Eric agak heran karena selama tinggal di rumahnya, Eric memang tidak pernah mendengar Emy tertarik menceburkan diri ke kolam renangnya yang selalu nganggur meskipun rutin dibersihkan.
Emy menulis di kertas agar dibaca Dokter Daniel.
"Dia bilang juga bisa memanjat pohon," kata Dokter Daniel, membaca tulisan Emy.
Eric masih tak bergeming sementara sahabatnya itu mulai tertawa.
"Apa lagi yang kau bisa?" tanya Dokter Daniel masih sambil tertawa dan semakin penasaran.
"Memarkir truk," tulis Emy.
Baru seketikan Dokter tampan itu berhenti tertawa dan menoleh sahabatnya,"Aku yakin dia juga bisa berenang lebih baik darimu dan aku mau bertaruh untuk Lola." Selama ini Daniel memang selalu kalah dari Eric dalam urusan berenang. Tapi sejak kecelakaan itu Eric memang sudah tidak pernah mau berenang lagi, jujur kadang Daniel juga rindu dengan kekalahan-kekalahanya saat bertaruh berenang dengan Eric.
[Aku bisa surfing] tulis Emy sembari mengedikkan bahu ketika Dokter Daniel melotot padanya.
"Kau juga bisa menantangnya surfing," ejek Daniel sambil menepuk bahu sahabatnya.
Kali ini Emy hanya melipat tangan di d**a dan mengangguk seperti sama sekali tidak takut jika pun harus berlomba dengan pria. Saat seperti itu mereka kadang lupa jika Eric sudah tidak bisa lagi melakukan semua itu. Dan hanya dia sendiri yang bisa menyimpan kepedihannya.
"Kau dapat gadis yang luar biasa, jangan sia-siakan," bisik Dokter Danil sambil ikut memungut makanan dari piring Eric tanpa perlu misi.
"Dia hanya perempuan yang menangis saat mengiris bawang! " balas Eric dan Emy langsung menganga.
Emy pikir seharusnya Eric tidak tahu saat dirinya menangis tadi, karena itu memalukan.
"Tunggu!" kata Dokter Daniel " siapa yang membuat makanan ini!" buru-buru dia muntahkan kembali makanan yang masih dia kunyah itu ke dalam tempat sampah kemudian berkumur-kumur di wastafel.
Emy bisa membuat makanan tapi tidak pandai, dia pernah bekerja di restoran saat masih sambil kuliah di Bali dan berhenti di bulan kedua karena ternyata dia lebih suka berkeliaran di pantai. Awalnya Emy bekerja menjaga stand penyewaan papan surfing hingga lambat laun dia mulai berani menjadi pengajar surfing untuk anak-anak.
Emy pernah mengerjakan pekerjaan serabutan apa saja asal halal agar dirinya bisa terus berkuliah, meski pun ternyata akhirnya dirinya malah berakhir sebagai seorang baby sitter yang masakannya tidak enak. Anehnya Eric yang biasanya super rewel dari tadi justru diam saja tidak mengeluhkan makanannya sama sekali.
Padahal Eric hanya heran, bagaimana ayahnya bisa memperkerjakan asisten yang bahkan tidak bisa membuat makanan. Padahal selama ini para asistennya yang sudah pada resign mengurusnya adalah para pekerja ahli yang serba bisa dan cekatan.
"Apa kau sama sekali tidak mencicipinya dulu saat hendak menambahkan satu toples garam? " tanya Dokter Danil dengan luar biasa heran dan Emy hanya menggeleng.
Emy tidak suka brokoli karena itu dia hanya menumisnya sebentar tanpa merebusnya dulu dan langsung menuangnya ke piring Eric. Selain tidak tahu cara memasak brokoli sepertinya Emy juga lupa sudah memasukkan garam beberapa kali karena dia sambil sibuk menangisi bawang.
Sungguh Emy ingin minta maaf pada Eric seandainya saja dirinya bisa bicara.