Tegak, tapi bukan keadilan

1066 Words

Tanpa ragu, Kaizen menarik kaosnya dengan gerakan santai. Memperlihatkan d**a bidang dan otot kekar yang tercetak dengan jelas. Sea kontan tercekat. Betapa sempurnanya semua itu. Belum lagi, pundaknya yang cukup lebar dan kokoh, seakan bisa menangkup tubuhnya. Tanpa sadar Sea menelan salivanya. Matanya bergerak liar tanpa bisa berhenti mengagumi tubuh kekar Kaizen. "Ya Tuhan, lihat otot-otot besar itu! Pantas saja aku tidak bisa melawannya —” batinnya meronta mengingat perhelatannya malam panas mereka. Saat dia hendak menoleh mengalihkan wajahnya yang sedikit tersipu, Kaizen lebih dulu berbalik memunggunginya. Memperlihatkan ruam merah di punggung. Mata Sea membulat sempurna. “Ya Tuhan!" Ternyata lukanya cukup parah, menjalar lebar dari tulang belikat hingga pinggang. “Ini terlihat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD