Kaizen Teler

1083 Words

“He-hei, a-aku ayahmu,” ucap Kaizen, suaranya sedikit bergetar menahan gugup. Membuat Sea kontan mengulum bibir menahan tawa. Apa lagi saat Kaizen meneruskan. “Kaizen Lycus, pria paling tampan, mempesona, dan juga kaya raya. Kau beruntung terbuat dari bibit unggul.” Sea menyemburkan tawa, terbahak-bahak. Emosinya yang tadi bergejolak seakan lenyap tak tersisa, seperti tersapu oleh kekonyolan spontan suaminya. Kaizen menatap Sea dengan alis terangkat, pura-pura tersinggung. “Kenapa tertawa? Aku serius. Dia memang bibit unggul!” protesnya dengan ekspresi penuh keyakinan. Sea mencoba mengatur napas, tapi tawanya masih tersisa. “O-oke, haha... bibit Anda sangat unggul!” balasnya dengan nada menggoda, nyaris tersedak karena masih setengah tertawa. Melihat Sea tertawa lepas seperti itu, su

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD