Sea tidak takut, bahkan saat Daia mengatakan itu dengan nada mengancam. Justru, ia mendengus seolah meremehkan. “Itu yang dia katakan padamu, Nona?” ucapnya retoris dengan nada santai. Daia sampai membulatkan matanya. Sesantai itu respon Sea, padahal dia berharap wanita itu bertindak anarkis demi mempertahankan posisinya. Tapi, apa ini? Daia tidak menyerah. “Kau pikir dia menikahimu hanya karena kebetulan benihnya tumbuh? Tidak, dia hanya mengincar saham dan untuk mendapatkannya, dia butuh itu!” Sea tercengang, tapi ekspresi di wajahnya tidak berubah. Dia masih bersikap tenang, senyumnya masih mengembang, meski pikirannya sendiri sedang carut marut. Jadi itu tujuan Kaizen ngotot menikah dengannya, bukan sebagai bentuk tanggung jawab melainkan untuk mendapatkan saham? Memikirkan i