"Bukan begitu. Setidaknya kamu kasih tahu agar aku tidak bertanya-tanya ketika datang ke sana dan melihat rumah sudah tidak ada penghuninya. Ternyata kamu sekarang pindah dan tinggal dengan bapak." "Aku nggak sanggup bayar sewa. Anak-anak sudah beranjak besar dan butuh banyak biaya. Sementara aku tidak bisa hanya mengandalkan hasil jualan saja." Pria itu manggut-manggut. Bukan iba dan menawarkan diri bertanggungjawab memberi nafkah, yang ada justru berkata yang menyakitkan hati. "Apa tanah depan itu mau kamu bangun rumah nantinya?" Tunjuknya pada tanah bekas bengkel yang terletak di seberang jalan. Tanah yang sudah aku beli dengan susah payah. Mataku melotot tidak suka. "Tidak sekarang karena belum ada uangnya. Mungkin jika kamu mau mencukupi nafkah untuk anak-anakmu aku bisa menabung u