bc

Cinta, Gairah dan Ambisi

book_age18+
116
FOLLOW
1.9K
READ
HE
boss
bxg
kicking
brilliant
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Sebuah kisah romans berbalut intrik bisnis keluarga, ambisi gelap dan gairah liar manusia...

Cinta, gairah dan ambisi... Manakah dari ketiga sisi manusia ini yang akan menang?

"Aku memang bisa melakukan hal remeh itu hanya dengan menjentikkan jariku. Tapi aku mendekatimu, karena aku mencintaimu, Nadira!" - Yehuda Brady Demario.

"Seorang mafia kejam sepertimu, hati saja tidak punya, apalagi cinta?" - Nadira Angelina Rodin

Yehuda adalah putra keluarga kaya yang disingkirkan dengan identitas tersembunyi.

Sementara Nadira, adalah pengacara muda hebat yang dikhianati, hingga jatuh di titik terendah.

Keduanya bertemu dalam misi balas dendam dan merebut kembali semua yang dirampas dari mereka.

Yehuda membawa Nadira masuk ke dalam dunia penuh intrik bisnis keluarga, keserakahan, dan gairah liar manusia. Pria itu membuka matanya untuk melihat tipisnya jarak antara ketulusan hati dan ambisi manusia.

Mereka terseret dalam romansa cinta penuh gairah dan memabukkan.

Namun ketika cinta dan kepercayaan semakin berkembang, identitas Yehuda sebenarnya terungkap. Dan fakta bahwa pria itu terhubung dengan masa lalunya, menyakiti Nadira sedemikian parah.

Bagaimana akhir kisah mereka?

Apakah mereka akan berakhir dengan kebencian, atau kekuatan cinta mampu menyatukan hati mereka?

chap-preview
Free preview
Prolog
Ruang sidang itu mencekam, penuh dengan aura tekanan dan ketegangan menyelimuti wajah para pengunjung dan semua orang yang saat itu memenuhi ruang sidang. Di sana, Nadira duduk dengan mata yang merah karena terlalu banyak menangis. Usianya baru dua belas tahun, namun dia sudah harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis. Pengadilan ini adalah harapan terakhirnya untuk mendapatkan keadilan. Di depan, berdiri seorang pria bertubuh tinggi besar, pengacara terdakwa yang sangat terkenal. Nama dan reputasinya sering kali menjadi buah bibir dalam dunia hukum. Dia adalah sosok yang mengintimidasi, bahkan hanya dengan kehadirannya saja. Dengan gestur yang penuh keyakinan, dia melangkah maju, menguasai ruangan dengan profilnya yang dominan. "Bapak dan ibu penasihat hukum, jaksa penuntut, serta para hakim yang mulia," suaranya menggema, penuh kekuatan dan keyakinan, "Kita semua berkumpul di sini bukan untuk menghancurkan hidup seseorang yang tidak bersalah. Kecelakaan ini adalah tragedi, tetapi itu tetaplah sebuah kecelakaan. Sama sekali tidak ada niat jahat. Tidak ada kesengajaan." Setiap kata yang diucapkannya seperti mantra, memikat dan mempengaruhi setiap orang di ruang sidang. Nadira merasa marah dan tak berdaya. Bagaimana mungkin keadilan bisa diperjualbelikan dengan kata-kata yang begitu memukau? Tubuhnya gemetar, ada ketakutan sekaligus kemarahan atas semua yang telah terjadi, juga kehawatiran akan masa-masa kelam yang menantinya di depan sana. Pengacara itu melanjutkan dengan penuh percaya diri, memaparkan argumen demi argumen yang membuat hati Nadira semakin berat. "Kita harus ingat bahwa hidup seseorang dipertaruhkan di sini. Terdakwa ini adalah seorang ayah, seorang suami. Ada empat orang anak kecil dan seorang perempuan lemah yang menggantungkan hidup pada ayah yang malang ini. Kita tidak bisa menghukum seseorang atas dasar emosi semata dan menghancurkan masa depan anak-anak ini." Suasana ruang sidang yang dingin dan kaku menciptakan kontras tajam dengan hati Nadira yang tengah berkecamuk. Dia baru kelas satu SMP, namun kejadian ini telah memaksanya untuk tumbuh lebih cepat dari seharusnya. Di depan sana, sang pengacara dengan suara yang penuh keyakinan masih terus berbicara. Dia seolah ingin menggiring penilaian orang-orang bahwa terdakwa tidak layak dihukum, padahal pria itu yang telah menabrak mobil kedua orang tua Nadira dalam keadaan mabuk. Pengacara itu sama sekali melupakan keberadaan Nadira, bocah perempuan yang kehilangan kedua orang tua, menjadi yatim piatu dan kehilangan sandaran hidup. Bahu nadira bergetar, seiring tangisannya. "Nadira, kita harus kuat," bisik bibinya, menggenggam tangan Nadira yang gemetar. Pengacara itu mengakhiri pembelaannya dengan meyakinkan bahwa kecelakaan tersebut adalah sebuah insiden yang tidak dapat dihindari. Semua orang tampak terpengaruh oleh argumennya. Nadira hanya bisa menatap dengan mata berkaca-kaca, tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir. Saat keputusan akhirnya dibacakan, Hakim dengan tegas membebaskan terdakwa dari segala tuduhan. Hati Nadira hancur. Rasa keadilan yang ia harapkan lenyap dalam sekejap mata. "Tidak mungkin... ini tidak mungkin terjadi," Nadira berbisik pada dirinya sendiri, namun kenyataan yang pahit terus menghampirinya. Paman, bibi, dan sepupunya hanya bisa menatapnya dengan pasrah. "Mereka terlalu kuat, Nadira. Kita tidak bisa melawan mereka," kata pamannya dengan nada lelah. "Ikhlaskan saja semuanya. Doakanlah orang tuamu tenang di surga." Sambung bibinya. Dengan hati yang berat, mereka mulai meninggalkan ruang sidang. Namun, di dekat pintu keluar, langkah Nadira tiba-tiba dihentikan oleh seorang remaja laki-laki tampan. Ekspresi wajahnya serius, sorot matanya tajam. "Kamu sudah dibodohi, Nona," katanya dengan suara yang tak lebih dari bisikan. "Keadilan kali ini mengkhianatimu." Kata-kata itu terpatri dalam hati Nadira. Meski usianya masih muda, dia tahu bahwa suatu hari dia harus melawan ketidakadilan ini. Kejadian di ruang sidang hari itu menjadi awal dari perjalanan panjangnya untuk mencari keadilan. Dengan tekad yang tumbuh dari rasa kehilangan dan kekecewaan, Nadira berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan keadilan mengkhianatinya lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
212.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.4K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook