Chap. 4. Cemburu

1483 Words
Samuel membukakan pintu mobilnya untuk Tisha. Dia harus bersikap sopan pada putri bos besarnya, jika tidak ingin dipenggal kepalanya oleh pria paruh baya yang kini tengah memperhatikan mereka. Tatapan pria itu menghunus tepat ke arahnya. "Apa yang terjadi sama kamu, Sayang?" Tanya Dirga dengan suara meninggi. Matanya melebar, saat melihat salah tangan putrinya memakai gips. Inilah hal yang ditakutkan oleh Dirga. Bahwa putrinya terluka, jika dia tidak mengawasi secara intens. "Maaf, Tuan. Ini se--" ucapan Samuel langsung di potong oleh Tisha. "Tadi Tisha di hadang preman, Yah. Jadi, ya begini hasilnya. Untung ada Kakak ini yang nolongin Tisha. Kalau enggak, mungkin Tisha udah nggak bisa pulang lagi," potong Tisha sebelum Samuel menceritakan yang sebenarnya. Dia tidak mau kalau sampai Ayahnya itu akan memberi pelajaran ke pria yang kini berdiri di sampjngnya. "Apa benar kejadian yang sebenarnya seperti itu, Sam?" Tanya Dirga menatap meminta penjelsan pada Samuel. Dirga memicingkan matanya ke arah Samuel. Dia tidak akan percaya dengan begitu mudahnya apa yang dikatakan oleh putrinya. Dirga tau betul, jika diserang preman itu akan seperti apa penampilan Tisha sekarang. Sedangkan Samuel yang diintrogasi seperti itu oleh bos besarnya, hanya bisa menelan cairan di dalam mulutnya. Jika sudah seperti ini, dia harus menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Tisha. "Semua itu karena saya, Tuan." Ucap Samuel dengan tegas. Hal itu mampu membuat Tisha menatap tak percaya pada pria datar ini. Bagaimana bisa, pria ini berkata yang sebenarnya setelah dirinya berusaha untuk menutupi kebenarannya. Mata Dirga semakin melotot, mendengar jawaban dari Samuel. Tidak menunggu lebih lama lagi, Dirga langsung melayangkan pukulannya pada wajah Samuel. Tidak hanya satu kali, tapi beberpa kali sampai pria paruh baya tersebut puas. "Apa yang kamu lakukan! Bukannya dari dulu aku katakan untuk memperlakukan perempuan dengan baik! Lalu apa ini? Putriku yang mejandi kekasaranmu! Harusnya kamu yang menjaga dia, Sam!" Amarah Dirga tidak bisa di bendung lagi. Karena masih kesal, Dirga menendang kaki Samuel dengan sangat kencang. Hingga pria itu berdiri sedikit pincang. Melihat Samuel yang kesakitan, dan pria itu tidak membalas pukulan dari ayahnya, membuat Tisha berlari ke arah Samuel. Dia mengambil tempat di depan Samuel, lalu merentangkan tangannya. Tisha berusaha menghadang ayahnya yang ingin kembali memukul Samuel. Tisha tidak bisa diam begitu saja melihat pria yang mampu menarik hatinya itu babak belur, akibat pukulan dari ayahnya. "Cukup, Yah!" Pekik Tisha menatap tajam ayahnya. "Apa yang kamu lakukan, Sayang? Dia yang membuatmu seperti itu. Hatusnya dia adalah orang yang menjagamu, bukan malah menyakitimu seperti itu!" Karena emosi, tanpa sadar Dirga berbicara dengan nada tinggi pada putrinya. "Tapi ini semua Tisha yang salah, Yah. Bukan Kak Sam," lirih Tisha. Air matanya pun menetes. Ia cukup terkejut ayahnya berbicara dengan nada tinggi padanya. Padahal selama ini ayahnya adalah orang yang paling lembut terhadapnya. Melihat putrinya mulai menangis, lantas Dirga segera sadar dengan apa yang telah ia lakukan pada sang putri. Dengan langkah yang lebar, Dirga menghampiri Tisha yang kini mulai sesenggukan. Sementara Ayu hanya menggelengkan kepalanya. Sebelumnya, putrinya itu merupakan gadis yang mandiri. Namun, setelah keluarga mereka bersatu dan Dirga sangat memanjakan Tisha, hal itu mampu merubah kepribadian putrinya menjadi gadis yang manja. "Sayang, maafkan Ayah. Ayah hanya khawatir dengan keadaanmu," bujuk Dirga. Ia peluk tubuh putrinya tersebut, guna menenangkan Tisha. "Tapi ini semua bukan salah Kak Sam, Yah. Hal ini terjadi karena Tisha yang menarik baju Kak Sam, dan Kak Sam hanya reflek saja. Ayah nggak perlu sampai memukul Kak Sam seperti itu," Protes Tisha di sela tangisnya. "Dan juga, kenapa Ayah malah membentak Tisha? Ini semua karena Ayah yang nggak bisa mengontrol emosi Ayah. Ayah egois!" Pekik Tisha kemudian. Lalu dia berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan Samuel dan kedua orang tuanya. Saat Dirga ingin mengejar Tisha, Ayu mencegah suaminya tersebut. "Biarkan Tisha sendiri dulu, Yah. Nanti Mama yang akan bantu bicara dengannya. Lebih baik sekarang Ayah obati Samuel, yang sudah kamu bikin babak belur seperti itu," usul Ayu. Kemudian mereka memperhatikan Samuel dengan seksama. Ada darah yang mengalir dari sudut bibir pria itu, akibat tonjokan dari Dirga. Melihat itu, Ayu langsung menyuruh pria muda yang akan menjadi bodyguard putrinya tersebut masuk ke dalam rumah. Untuk kemudian ia obati sendiri. Karena Ayu tahu, suaminya tidak akan mau mengobati Samuel, sebelum emosinya mereda terhadap pemuda tersebut. "Kalau begitu masuk dulu, Nak. Aku obati luka di wajahmu itu. Maafkan suamiku yang nggak pernah bersikap dewasa, meskipun sudah tua," tutur Ayu, seraya mempersilahkan Samuel masuk ke dalam rumah. Dirga mendengus kesal, mendengar istrinya yang berkata seperti itu tentang dirinya. Lalu Dirga mengikuti langkah mereka yang berjalan lebih dulu. Sedangkan di dalam kamar yang bernuansa biru muda tersebut, terlihat seorang gadis yang tengah membenamkan wajahnya di antara dua batal yang berada di sampingnya. Meski tanpa suara, tapi air mata gadis itu tetaplah mengalir tanpa mau berhenti. Bukan ucapan dari ayahnya yang menjadi pemicu itu semua. Entah apa yang membuatnya tidak berhenti menangis. Mungkin karena sikap pria yang mampu membuatnya terpesona pada pandangan pertama, yang tidak menghargai usahanya untuk melindungi pria itu dari amarah ayahnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Lantas membuat Tisha menoleh ke suara itu berasal. Ia melihat ada sang mama yang tengah menutup pintu kamarnya kembali. Lalu mamanya berjalan menuju dirinya berada. "Apa masih terasa sakit, Sayang?" Tanya Ayu dengan nada yang begitu lembut. Tangannya terurai membelai rambut putrinya, untuk kemudian menyelipkan rambut Tisha yang menutup pipi mulus putrinya utu ke belakang. "Masih Ada efek obatnya, Ma. Jadi nggak terasa," jawab Tisha. Tisha bernajak dari tidurnya, lalu duduk bersejajar dengan mamanya. "Bagaimana ceritanya, kamu bisa seperti ini? Terlebih lagi yang melakukan adalah Samuel," tanya Ayu penuh dengan kehatian. Karena dia tidak mau membuat putrinya itu merasa tidak nyaman jika bercerita kepadanya. "Awalnya Kak Sam nolongin Tisha, Ma. Lalu, Tisha ingin mengucapkan terimakasih saat Kak Sam mau masuk ke dalam mobil. Tisha tarik tuh, baju bagian belakang. Mungkin karena Kak Sam kaget ada yang menarik bajunya, dan dikira preman yang kabur itu kembali, dia pelintir dah, tangan Tisha. Alhasil, ya seperti ini Ma." Tisha menjelaskan kronologi saat tangannya dipelintir oleh Samuel. Mendengar hal itu, Ayu merasa sedih. Pasti sakit yang dirasa putrinya itu teramat sangat terasa. Apalagi yang melakuakn adalah seorang pria yang bertubuh kekar. Pastilah Samuel menggunakan tenaga penuh saat melakukannya. Untung saja tangan putrinya tidak lepaa dari tempatnya. Mau marah pada Samuel pun, juga percuma. Karena semua sudah terlanjur terjadi. "Apa kamu sudah meminum obatnya malam ini?" Tanya Ayu penuh perhatian. Tisha pun menggelengkan kepala sebagai jawaban dari mamanya. "Kalau begitu di minum dulu, Sayang. Setelah itu beristirahatlah," Ayu mengambilkan obat dan air dari atas meja, lalu memberikan kepada putrinya. Setelah Tisha meminum obatnya, kemudian dia bersiap untuk istirahat. Badannya terasa lelah dan sakit, akibat kejadian yang menimpa dirinya tadi. Ayu membantu Tisha memakai selimutnya, lalu pergi ke luar dari dalam kamar putrinya. Tidak lupa sebelumnya ia mematikan saklar lampu yang terletak di samping pintu. ****** Keesokan paginya, Samuel mendengar suara gaduh dari dalam rumah bos besarnya. Setelah menjelaskan semuanya pada Dirga semalam, akhirnya Samuel di suruh tinggak di paviliun yang terletak di sebelah rumah utama kediaman Bagaskara. Hal itu Dirga lakukan agar mereka sama-sama enak dalam melakukan tugasnya masing-masing. "Sayang, biarkan Ayah yang menyuapimu," ucap Dirga dengan nada memaksa. "Tangan kamu sedang terluka, Sayang. Hal itu membuatmu sulit untuk melakukannya sendiri, bukan? Maka dari itu, ijinkan Ayah yang menyuapimu," bujuk Dirga dengan berbagai macam rayuan. "Tisha udah besar, Yah! Tisha bisa melakukannya sendiri. Lagian yang sakit, kan cuma tangan kanan. Masih ada tangan kiri untuk digunakan," elak Tisha. Dia tetap bersikukuh pada pendiriannya yang tidak mau disuapi oleh ayahnya. Di saat mereka sedang berdebat, masuklah Samuel ke ruang makan tersebut. Karena semalam Ayu juga menyuruh Samuel untuk makan bersam mereka di meja yang sama, tanpa membeda-bedakan. "Selamat pagi, Tuan, Nyonya, Nona," sapa Samuel memberi salam kepada mereka satu persatu. Tidak lupa Samuel menundukkan kepalanya dengan sopan. Semua mata teralihkan pada sosok pemuda tampan, dengan penampilan yang membuat siapa saja akan terpeson oleh pemuda tersebut. Tak luput pula dengan Tisha. Garpu yang ia pegang di tangan kirinya, jatuh dengan gerakan begitu anggunnya, dan menimbulkan suara yang mengagetkan. Karena garpu itu bertabrakan dengan piring yang berisi pasta tersebut. "Apa Nona tidak apa-apa?" Tanya Samuel bergerak cepat ke tempat Tisha berada. Mendapat perhatian seperti itu dari pria yang dia taksir, membuat sudut bibir Tisha terangkat membentuk sebuah senyuman manis di bibir gadis itu. Ada kesempatan untuknya dekat dengan Samuel. "Kalau begitu, ijinkan saya yang menyuapi Nona. Karena Nona seperti ini akibat kecerobohan dari saya," ucap Samuel. Lalu Samuel mengambil alih piring dan garpu yang terletak di depan Tisha. Tanpa menunggu jawaban dari Tisha, karena gadis itu sampai saat ini hanya bengong menatapnya, Samuel mendudukan tubuhnya di kursi samping Tisha. Dia lebih mendekatkan tempat mereka, guna untuk mempermudah dirnya menyuapi Tisha. Samuel pun mulai menyuapi gadis yang masih bengong menatap dirinya tersebut. Sementara Dirga menahan geramnya, di saat melihat putrinya nurut-nurut saja sama Samuel. Sedangkan dirinya yang merayu putrinya sedari tadi tidak berhasil. Lagi-lagi Ayu hanya menggeleng melihat kecemburuan suaminya kepada bodyguard putrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD