Ch. 2. Bertanggung Jawab

1165 Words
Satu jam yang lalu. Mobil Samuel melintas di jalanan yang cukup sepi. Tidak jauh dari tempatnya, ada sebuah mobil yang dihadang oleh beberapa preman. Mobil yang Samuel kendarai semakin mendekat ke mobil yang ada di depannya. Dan ternyata penumpang yang sedang di hadang oleh beberapa preman itu adalah dua orang wanita. Samuel tidak langsung turun dan ikut campur. Dia memperlambat laju mesin mobilnya sembari mengamati permasalahan yang terjadi. Salah satu preman diantara mereka menyadari kalau ada seorang pengendara yang memperhatikan mereka. Lantas, orang tersebut mempercepat aksi mereka. Para preman itu dengan paksa merebut kunci mobil dari Tisha. Bahkan salah satu diantara mereka dengan sengaja mengambil kesempatan untuk melecehkan dua wanita tersebut. Samuel begitu geram, dia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Langsung ia banting setir ke kiri hingga bagian depan mobilnya sedikit penyok, karena menabrak beberapa motor yang terparkir di depannya. "Hoi! Mau mati ya, Lo!" teriak salah satu preman yang tidak terima motor mereka ditabrak dengan sengaja. Preman yang lain pun beralih menatap ke arah Samuel yang sedang keluar dari dalam mobilnya. Wajah Samuel terlihat datar, tak gentar sedikitpun dengan gertakan beberapa preman tersebut. Tisha dan Killa mencoba segera menjauh dari sana, setelah melihat ada kesempatan yang datang pada mereka. Karena, kini para preman yang menghadangnya tadi memusatkan fokus mereka pada sosok pria yang sedang melepas kancing baju bagian atas, lalu melepas kancing yang terletak di ujung lengannya. Untuk kemudian ia lipat lengan baju itu ke atas. Terlihat begitu mempesona di setiap gerakannya di mata Tisha. Dalam sekejap, Tisha tersihir oleh pesona pria itu. Fokus matanya juga tak teralihkan dari pria yang kini mulai mengambil sikap kuda-kuda, untuk memulai pertarungannya dengan beberapa preman yang menatap nyalang ke arah pria tersebut. Killa segera menarik lengan Tisha untuk lebih menjauh dari sana. Kalau bisa, mereka akan mencari bantuan. Namun sayang, jalan yang sedang mereka lewati tidak terdapat rumah penduduk satupun. "Kita harus cari bantuan, Sha. Jangan malah menatapnya terus," protes Killa saat Tisha masih dengan setia memperhatikan pria yang kini beradu kekuatan dengan beberapa preman itu. Tisha baru tersadar dari terlenanya dirinya terhadap pesona yang dimiliki Samuel Siregar. Kemudian Tisha dan Killa melangkah menjauh dari mereka, tapi naas, salah satu preman yang sedang menganggur mengejar mereka. Tentu saja, hal itu membuat perhatian Samuel terpecah. Hingga ia mendapat tendangan di perutnya. "Awas Kak!" teriak Tisha saat ada seorang preman yang ingin memukul Samuel dari arah belakang. Dengan gerakan tanggap, Samuel memutar tubuhnya dan langsung melayangkan sebuah pukulan keras tepat mengenai wajah preman itu. Serta ia menggerakkan kakinya dengan gerakan memutar sedikit mengarah ke atas, tepat mengenai pinggang si preman. Seketika preman itu jatuh tersungkur ke permukaan aspal jalan. Setelah mengalahkan preman yang menyerangnya, kini giliran preman yang berusaha mencekal Tisha dan Killa. Tatapan Samuel begitu tajam seolah bisa menusuk preman itu. Membuat si preman sedikit ketakutan. Pasalnya, semua teman-temannya terkalahkan dengan mudah oleh pria yang bernama Samuel Siregar. Karena merasa terdesak, preman itu dengan gerakan cepat menarik tangan Tisha dan menempatkan tubuh Tisha berada tepat di depannya sebagi tameng. Tangannya yang bebas, meraih pisau kecil tapi cukup tajam dari dalam saku jaketnya. Pisau itu ia arahkan tepat di leher Tisha. Bahkan, ujung pisau tersebut ia tekankan pada kulit permukaan leher Tisha. Melihat hal itu, reflek Samuel menghentikan langkahnya. Ia tidak boleh gegabah dalam mengambil langkah. Bisa-bisa nyawa gadis itu yang menjadi taruhan. "Jangan mendekat!" gertak preman itu saat melihat Samuel melangkahkan kakinya ke depan. Pisau yang menempel di leher Tisha semakin dia tekan, hingga keluarlah cairan berwarna merah dari permukaan kulit yang terkena ujung pisau tersebut. Tisha mengatur napasnya, berusaha sekuat mungkin tidak terlihat gugup. Meski lehernya sekarang terasa perih akibat goresan dari ujung pisau yang semakin menekan permukaan kulit lehernya. Sementara, Killa terlihat panik yang luar biasa. Tapi apalah daya dirinya tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong sahabatnya itu. "Silahkan saja kalau mau membunuh gadis itu. Karena setelah itu aku yang akan membantumu pergi ke neraka." ucap Samuel tersenyum miring. Menatap sinis ke arah si preman yang mulai terlihat kakinya gemetar ketakutan dengan ancaman darinya. Ancaman Samuel bukanlah hanya sekedar gertakan semata. Pria itu tetap melanjutkan langkahnya ke depan, membuat si preman semakin ketakutan. Karena merasa tidak ada pilihan baginya, preman itu mendorong tubuh Tisha dengan sangat kencang ke depan. Sehingga tubuh Tisha menabrak Samuel. Setelah itu si preman langsung lari dan kabur dari sana sebelum Samuel menangkap dirinya. Dengan sigap, Samuel menangkap tubuh Tisha dan menarik ke dalam pelukannya. Saat hendak ingin mengejar preman itu, tapi semua sudah terlambat. Karena preman itu sudah jauh dari jangkauannya. "Makasih," ucap Killa mewakili temannya. Karena Tisha masih menikmati wajah tampan milik Samuel, serta menikmati hangatnya berada dalam pelukan pria bertubuh kekar tersebut. Samuel menganggukkan kepalanya, kemudian mendorong tubuh Tisha agar terlepas darinya. Karena gadis itu tak kunjung berniat melepas dirinya dari Samuel. Tisha segera sadar setelah mendapat perlakuan Samuel seperti itu. Ternyata pria di depannya ini, adalah tipe pria yang dingin. Di rasa sudah aman, kemudian Samuel memutar tubuhnya, lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah mobilnya berada. Dia harus segera bergegas pergi dari sana dan menemui bos besarnya, sebelum bos besarnya itu mengamuk. Namun, Samuel terpaksa menghentikan langkahnya, di kala baju bagian belakangnya di tarik oleh seseorang. Lantas hal itu membuat Samuel bersikap siaga. Dengan gerakan cepat, dia berhasil meraih tangan orang yang menarik bajunya tadi, dan ia pelintir ke belakang tanpa melihat siapa pemilik tangan tersebut. Tisha memekik kesakitan, di saat tangannya di pelintir dengan kasar oleh Samuel. Samuel yang baru sadar akan hal itu, langsung melepaskan tangan gadis yang ia tolong tadi. Ia tidak menyangka, kalau yang menarik tangannya adalah gadis itu. "Sakit, Kak!" Pekik Tisha. Tangannya terasa begitu teramat sakit, sehingga tak ayal jika dia menangis sangat kencang saat ini. "Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih pada Kakak. Tapi kenapa Kakak malah nyakitin aku?" Tisha semakin histeris dalam tangisnya, ketika rasa panas serta sakit mendera tangan kanannya yang dipelintir oleh Samuel barusan. Bahkan sekarang permukaan kulit tangan Tisha memerah. Melihat gadis itu kesakitan karena dirinya, tanpa berpikir panjang lagi Samuel segera mengangkat tubuh gadis itu dan ia bawa masuk ke dalam mobilnya. Sebelum dirinya masuk ke dalam mobil, Samuel menoleh ke arah teman gadis itu. "Apa kau bisa menyetir mobil?" Tanya Samuel pada Killa. "Baik, Kak," jawab Killa. Dia sangat khawatir dengan keadaan temannya. "Kalau begitu, kendarai mobil itu dan ikuti mobilku dari belakang. Aku akan membawanya ke rumah sakit terdekat," perintah Samuel pada Killa. Killa pun mengerti, lalu segera masuk ke dalam mobil Tisha. Sedangkan temannya itu berada di dalam mobil milik Samuel. "Maafkan aku. Aku tadi hanya reflek," ucap Samuel setelah menghidupkan mesin mobilnya, lalu melajukannya dengan kecepatan penuh. Dia merasa bersalah pada Tisha. "Aku akan bertanggung jawab jika terjadi hal yang fatal pada tanganmu," lanjut Samuel kemudian. Dia akan bertanggung jawab penuh, sampai tangan Tisha terbukti tidak kenapa-kenapa. Tapi itu hal mustahil baginya, karena tadi dirinya menggunakan kekuatan penuh pada saat memelintir tangan Tisha. Diam-diam kedua sudut bibir Tisha terangkat sedikit, mendengar bahwa Samuel akan bertanggung jawab padanya. Dia akan menggunakan kesempatan ini untuk mengenal lebih dalam lagi, pria yang berhasil menyihir dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD