BAB 14 : Tangisan Kehilangan

1226 Words

Setelah membuka mata sepenuhnya, Sharvani hanya terpaku menatap langit-langit ruang tamu. Bibirnya terkatup rapat, kedua tangannya tergeletak lemas di sisi tubuh tanpa sedikit pun bergerak. Dia terlihat seperti seseorang yang kehilangan seluruh energi hidupnya—seperti pesakitan yang bahkan tidak sanggup merespons sekelilingnya. “Kau sudah bangun?” tanya Galindra dari samping, nadanya terdengar lega. “Syukurlah. Tadi aku sempat berpikir akan membawamu ke rumah sakit kalau masih belum sadar juga.” Namun, tak ada respons dari Sharvani. Suasana di sekitarnya kini seakan terasa makin menjauh, seolah teredam kabut. Pandangan Sharvani perlahan mengabur, hingga akhirnya air mata menetes pelan dari sudut matanya. Awalnya dia pikir bisa menangis dalam diam. Tapi nyatanya tidak. Tak lama, isakkann

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD