"Ampun, Mas. Sakit, hentikan!" Wanita itu meronta, tapi kedua tangannya diikat dan ditahan pria yang tak memiliki belas kasihan itu. Percuma berharap akan mendapatkan belas kasihan, jika saja membunuh itu bukan tindakan pidana, mungkin suaminya telah menghabisinya dari dulu. "Diamlah! Jangan keluarkan suara jelekmu itu." Pria itu menjambak rambutnya, kulit kepalanya terasa perih dan panas. "Sakiiiit." Dia menangis menghiba, tapi percuma saja, laki-laki itu masih menggaulinya dengan brutal. "Diam kataku! Kalau bersuara aku akan memukulmu." "Tidaaaaak!" Ranti terjaga dari tidurnya, wajah dan lehernya basah oleh keringat. Air mata meleleh di pipinya yang halus. Dia merasa sangat takut dan lelah, semua yang terjadi di dalam mimpi terasa begitu nyata. Dia meraba kepalanya sendiri, seakan j