"Epril di ajak pergi jalan-jalan sama Tante Sandra mau nggak?" tanya Arthur di sela-sela makan malam.
"Ke mana, Pa?" tanya Epril.
"Papa juga belum tau," sahut Arthur.
"Kalau Epril mau pergi, nanti Papa bilang ke tante Sandra," sambungnya.
"Sama Papa juga perginya?" tanya Epril.
"Enggak, Papa nggak ikut. Epril sama Tante Sandra aja yang pergi," jawab Arthur.
"Loh, kok Papa nggak ikut?"
"Papa mau istirahat di rumah, capek," ujar Arthur.
"Kalau Papa nggak ikut, Epril juga nggak mau ikut. Epril nggak mau cuma pergi berdua sama tante Sandra," ungkap Epril.
"Emangnya kenapa? Tante Sandra kan baik. Dia pasti jagain Epril," tanya Arthur heran.
"Nggak mau," tolak Epril.
"Ya udah, Papa ikut," ujar Arthur mengalah karena tidak enak jika harus menolak ajakan Sandra.
"Kalau gitu, Epril mau pergi," sahut Epril.
Arthur hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan saat melihat sikap putrinya.
"Kak Ivanka udah sembuh belum ya, Pa?" tanya Epril tiba-tiba.
"Mungkin udah sembuh. Epril aja juga udah sehat lagi," jawab Arthur.
"Kenapa?" imbuhnya.
"Epril mau jenguk kak Vanka," ungkap Epril.
"Epril udah kangen, mau ketemu," sambungnya.
Arthur mengembuskan napas pelan. "Yang ada di pikiran kamu itu cuma Ivanka terus."
Epril cengengesan. "Soalnya Epril sayang banget sama kak Vanka," ungkapnya ceria ketika membicarakan tentang Ivanka.
"Papa penasaran. Sebenarnya apa yang bikin kamu sesayang itu sama dia?" tanya Arthur heran.
"Ya Epril suka aja sama kak Vanka," jawab Epril seadanya.
"Iya, Papa tau kamu suka dia. Tapi pasti ada alasannya, kan?"
"Soalnya kak Vanka baik banget sama Epril,' jawabnya.
"Semua orang yang ketemu Epril juga baik sama Epril. Tapi kenapa cuma kak Vanka yang Epril sayang?"
"Emm, nggak tau," ujar Epril polos sembari menaikkan kedua bahunya ke atas.
"Kamu ini, ditanya kok jawabannya begitu," cetus Arthur.
"Habisnya Papa nanya terus. Epril capek jawabnya," protes Epril.
"Epril juga nggak tau kenapa Epril bisa sayang sama kak Vanka," imbuhnya.
"Ya udah, Papa nggak tanya lagi," ujar Arthur ketika melihat putrinya tampak kesal dengan pertanyaan yang ia ajukan.
"Jangan cemberut gitu dong mukanya," goda Arthur saat mendapati Epril makan dengan wajah yang ditekuk.
Sedangkan Epril tidak lagi menanggapi Arthur dan memilih untuk fokus pada makanannya.
*****
Hari Minggu, di kosan Ivanka.
Ivanka bergegas membuka pintu ketika ada seseorang yang mengetuk pintu kamar.
Ketika pintu terbuka, dia mendapati seorang pria dengan kemeja hitam tengah tersenyum ke arahnya.
"Udah siap?" tanya Niko ramah.
"Udah, Kak. Sebentar aku ambil tas dulu," sahut Ivanka berbalik untuk mengambil tas selempang di atas tempat tidur, sekaligus mengambil helm.
Setelah itu, dia keluar menghampiri Niko. "Yuk," ujarnya ceria setelah mengunci pintu.
"Btw, tadi susah nggak Kak nyari alamatnya?" tanya Ivanka sambil memakai helm.
Alih-alih menjawab pertanyaan Ivanka, Niko justru mengulurkan kedua tangan untuk membantu Ivanka memasang tali helm.
"Enggak, kosan kamu kan dekat jalan raya. Jadi langsung ketemu, nggak harus nyasar dulu," jawabnya tenang.
"Oh," gumam Ivanka masih terkejut dengan tindakan Niko yang tiba-tiba.
Mereka berdua kemudian berjalan menuju motor.
"Nanti pegangan kalau aku terlalu kenceng bawa motornya," ujar Niko memperingatkan ketika Ivanka berniat naik ke motor.
"Oke," sahut Ivanka singkat.
Setelah Ivanka naik, Niko segera melajukan motor menuju jalanan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, Niko dan Ivanka akhirnya tiba di mall.
Niko membeli cemilan untuk dirinya dan Ivanka sebelum masuk ke dalam bioskop.
"Makasih," ujar Ivanka riang ketika menerima popcorn dari Niko. Dan di balas dengan senyuman oleh pria itu.
"Film yang akan kita tonton ini genre horor. Kalau kamu nggak suka, aku akan beli tiket film yang lain," ujar Niko.
"Aku malah suka genre horor, Kak. Lebih seru," sahut Ivanka antusias.
"Serius?" tanya Niko memastikan karena takut Ivanka hanya pura-pura menyukai genre horor karena tidak enak dengannya yang sudah terlanjur membeli tiket.
Ivanka mengangguk sembari tersenyum lebar. "Kayak lebih menantang gitu nggak, sih?"
"Kamu nggak takut?" tanya Niko.
"Apa itu takut? Aku nggak kenal sama takut," jawab Ivanka lagi-lagi membuat Niko tersenyum.
"Ya udah, tapi nanti jangan tiba-tiba nangis minta keluar," gurau Niko.
"Wah, sotoy nih orang," cetus Ivanka.
"Mau taruhan?" imbuh Ivanka.
Niko tampak tertarik.
"Kalau nanti aku nggak ketakutan waktu nonton film, Kak Niko traktir aku makan setelah kita selesai nonton," ujar Ivanka.
"Kalau kamu ketakutan?" tukas Niko.
"Terserah Kak Niko mau minta apa dari aku," jawab Ivanka santai.
Niko tersenyum tipis. "Aku mau Minggu depan kamu nemenin aku pergi ke mana pun yang aku mau."
"Oke, setuju," sahut Ivanka tidak keberatan.
Sesaat kemudian, setelah film selesai. Ivanka keluar dari bioskop dengan raut wajah sumringah ketika dia telah berhasil membuktikan kepada Niko jika dia tidak takut dengan film hantu.
"Bahagia banget kamu," ujar Niko tidak habis pikir ketika melihat reaksi Ivanka yang benar-benar heboh.
"Iya dong. Bisa makan gratis," cetus Ivanka berseri-seri.
Niko terkekeh. Tangannya tanpa sadar terangkat mengacak-acak puncak kepala Ivanka. "Dasar bocil."
Sedangkan Ivanka yang sedang terbawa suasana bahagia tidak menyadari tangan Niko yang berada di puncak kepalanya. Dia asik bersenda gurau dengan Niko dan tertawa riang.
Mereka tidak menyadari jika di ujung sana ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan.
Arthur hanya terdiam ketika melihat Ivanka tertawa bersama dengan laki-laki lain. Pikirannya seketika blank. Dia bahkan tidak menyahut ketika Epril memanggilnya.
Sampai akhirnya Arthur baru tersadar ketika Sandra menepuk pundaknya.
"Ah, ada apa?"
"Kamu lihatin apa? Sampai dari tadi Epril manggil kamu, tapi nggak dijawab," tanya Sandra heran ketika mendapati Arthur melamun.
"Bukan apa-apa, kok," jawab Arthur.
Dia kemudian beralih ke arah Epril.
"Kenapa, Sayang?"
"Epril mau beli popcorn, Pa," kata Epril.
"Iya, yuk kita beli," ujar Arthur memaksakan senyumnya.
"Kamu nggak enak badan?" tanya Sandra ketika mendapati Arthur terlihat gelisah dan tidak tenang.
"Aku nggak apa-apa," sahut Arthur singkat.
Dia kemudian pergi ke deretan tempat jual cemilan sembari menggandeng tangan Epril.
Setelah membeli cemilan, Arthur dan Sandra masuk ke dalam bioskop untuk menemani Epril menonton film anak-anak.
Saat berada di dalam bioskop, Sandra terus memperhatikan Arthur karena merasa sikap pria itu tiba-tiba berubah aneh setelah membeli tiket film. Arthur tampak banyak pikiran seperti ada sesuatu yang mengganggu pria itu.
Bahkan setelah keluar dari bioskop, Arthur semakin terlihat tidak fokus dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Sampai-sampai, Epril dan Sandra harus memanggil Arthur berkali-kali karena Arthur tidak pernah menyahut ketika di ajak bicara.
TBC.