Brak!
Aida yang sedang tidur pulas langsung terlonjak kaget, dan terbangun saat mendengar suara barang jatuh yang cukup kencang dari arah ruang tamu. Ia melirik jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Pukul 1 dini hari. Ia mengeratkan pegangan pada selimutnya, pikiran negatif sudah melanglang buana di benak Aida.
Pasalnya Aida hanya sendirian di rumah, karena Ye-Jun masih berada di jepang. Sedangkan para pembantunya pasti sudah tertidur dan kamarnya berada di paviliun belakang rumah utama mereka. Dengan memantapkan hati dan keberanian. Tangannya dengan sigap meraih ponselnya, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu Ia bisa langsung menghubungi polisi. Dengan langkah mengendap-endap ia berjalan keluar kamarnya dan melangkah dengan sangat perlahan. Suara berisik itu kian terdengar keras dari arah dapur. Aida melihat bayangan hitam di depan kulkasnya.
Jantungnya benar-benar berdebar cepat, Aida melihat payung yang tadi sore ia letakan di samping meja makan. Dengan langkah pelan ia mengambil payung itu, mendekat perlahan lalu mengangkat payung itu tinggi-tinggi dan langsung memukul dengan keras seseorang di depannya itu. "Aw! Aw! Aw! Ya! Hei! hentikan!" "Enggak! Siapa kamu?! Pergi! Pergiiiii!" jerit Aida dengan mata tertutup, sembari terus memukul tamu asing itu dengan panik. "Ya! Aida! Ini aku Ye-Jun, suami mu! Aw! Hei!" teriak Ye-Jun marah, sambil berusaha menghindar dari pukulan wanitanya itu. Aida menghentikan pukulannya, membuka sebelah matanya perlahan. Matanya membulat sempurna saat ia melihat orang di depannya benar-benar suaminya.
Bukannya merasa bersalah, justru rasa kesal dan marah yang Aida rasakan pada pria di depannya ini. "Ya! Oppa! Kenapa tidak menghubungi ku?! kalau kau pulang hari ini?! Kau membuat ku takut! Kau mau membuat istrimu ini kena serangan jantung?!" Ye-Jun memutar bola matanya sambil mendengus kesal. "Harusnya aku yang marah padamu, sembarangan memukul orang. Lihat, kepala ku benjol dan tanganku sampai biru-biru seperti ini." katanya kesal. "Memang kau ingin aku bersikap bagaimana? Menyambutnya dengan meriah?! lagipu-Hmmm!" mata Aida menatap tajam suaminya karena berani membekap mulutnya saat ia belum selesai bicara. "Ssssstttt! Bisa tidak kau tidak teriak-teriak? Hah? Baiklah aku mengaku salah." katanya, "sekarang tolong buatkan aku teh hangat, aku lapar dan rasanya sejak tadi dingin sekali." lanjutnya sambil melangkahkan kakinya kearah meja makan. Aida mendengus, sudah seenaknya membuat orang panik sekarang minta di buatkan minuman? Untung suami, kalau tidak sudah ku lempar dengan sandal! "Silahkan minumannya Tuan muda Ye-Jun." Aida meletakan teh hangat itu di depan Ye-Jun yang sedang menikmati roti panggang nya. Ia duduk di depan Ye-Jun dan memperhatikan pria itu. Pandangannya mengarah pada koper yang tergeletak mengenaskan di samping kursi ruang tamu, sepertinya suara kencang yang membangunkan tidurnya adalah suara koper itu. Ia menatap Ye-Jun sekali lagi, "Kenapa kopernya tergeletak seperti itu? Apa kau begitu lapar hingga menaruh koper mu dengan suara yang sangat kencang hingga membuat ku terbangun?" Ye-Jun menatap wajah istrinya lalu mengedikan bahunya tanpa menjawab apa-apa. Dengusan kesal keluar dari Aida tapi sedetik kemudian keningnya berkerut melihat luka di sudut matanya.
Apa luka itu karena tadi aku memukulnya? Aida berjalan mendekati Ye-Jun dan duduk di sebelah kanan pria itu untuk melihat lebih jelas luka yang terdapat pada sudut matanya. Seketika rasa bersalah menyergapnya, ia menyentuh luka itu pelan. "Maaf ya aku memukul mu tadi. Pasti sakit ya? Maaf ya...," raut wajahnya berubah sedih, Aida benar-benar merasa bersalah. Pria itu berdeham untuk menyadarkan kesadarannya kembali yang sepertinya tadi hilang saat tangan Aida menyentuh wajahnya. "Tidak apa-apa, sungguh. Aku juga salah. Tidak menghubungimu kalau aku sudah pulang. Aku bukannya sengaja, hanya saja saat tiba di sini, sudah benar-benar tengah malam. Aku tidak ingin membangunkan mu. Karena aku benar-benar lapar, aku berjalan terburu-buru dan saat aku masuk ruang tamu, aku tersandung karpet hingga koper ku terlempar sedikit. Maaf aku membangunkan mu." Senyum kecil tercetak di bibir Aida, "Lain kali kau tidak boleh seperti itu. Semalam apapun kau pulang langsung beritahu aku. aku pasti akan menunggu sampai kau datang." Aida berdiri dari duduknya, "Karena kau sudah pulang. Besok kau ingin aku masakan sesuatu?" katanya sambil mengambil gelas kosong Ye-Jun dan membawanya ke tempat cuci piring.
Alis Ye-Jun terangkat sebelah, "Kau bisa masak?" Aida kembali pada tempat duduknya semula lalu mengangguk kecil, "Memang tidak seprofesional dan tidak seenak chef bintang lima. Tapi aku cukup percaya dengan kemampuan memasak ku." lanjutnya bangga. Sambil tersenyum mengejek, Ye-Jun menatap Aida dalam. "Hanya dengan kata 'Cukup' aku tidak yakin dengan rasanya." Aida menganga mendengar kata-kata Ye-Jun. Seakan mendapat tantangan dari pria itu, ia memandang suaminya tajam, "Yakin! aku yakin dengan masakan ku! Kau mau bukti? Akan aku buktikan kalau aku bisa masak! Kau ingin makan apa, akan aku buatkan!" katanya percaya diri. Senyum tipis menghiasi wajah Ye-Jun. Pria itu mengangguk sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja. "Ok. Kalau begitu masakan aku sesuatu." "Apa? Western? Asia?" Ye-Jun mengangkat bahunya, "Terserah kau saja. Aku tidak akan pilih-pilih. Aku tidak punya alergi atau pantangan apapun." Aida menyunggingkan senyum percaya diri lalu mengulurkan tangannya lalu menjabat tangan Ye-Jun. "Ok! Deal! Kau lihat saja, besok aku akan masak makanan yang paling enak. Siap-siap saja kau akan ketagihan dengan masakan ku." Aida berdiri dari kursinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ye-Jun yang masih duduk di bangkunya.
Dengan langkah sedikit berlari kembali ke kamarnya. Aida menaruh kembali ponselnya ke meja di samping tempat tidurnya. kepalanya sudah penuh dengan pilihan-pilihan menu masakan apa saja yang akan ia buat untuk pria itu. Sebelum kembali ke kasur, kakinya mengarah pada meja kerja di sudut kamarnya, mengambil buku Campus lalu membawanya ke kasur. Ia membuak tepat di tengah-tengah buku itu. 12 CARA MEMBUAT YE-JUN JATUH CINTA!! ( ˘ ³˘)❤ Tulisan itu tertera besar-besar di tengah buku itu. Kemudian Aida membalikan halaman selanjutnya. 1. Memikat si dia dengan masakan (*´∀'*) Senyum lebar menghiasi wajah cantik Aida. Tadinya ia bingung kapan ia bisa melancarkan aksi ini. Karena setelah menikah suaminya itu benar-benar sudah sibuk. Tapi Tuhan sepertinya sedang mengirim malaikat keberuntungan pada Aida.
Dengan ini, resmi sudah rencana membuat Ye-Jun jatuh hati pada Aida di mulai! Ye-Jun memang mengatakan kalau Aida tidak boleh jatuh cinta padanya. Tapi pria itu tidak mengatakan kalau ia tidak boleh membuat pria itu jatuh cinta pada Aida. Bagaiman pun Aida ingin pernikahannya ini di liputi juga dengan cinta seperti keluarganya. Jika cinta pria itu tidak boleh di dapat kan, maka Aida yang akan menciptakan cinta untuk Ye-Jun.
Kita lihat siapa yang akan menang! Tuhan, tolong bantu Aida!