Dua Belas

1001 Words
Selama sisa waktu di Jepang, Ye-Jun habiskan untuk berlatih dan juga promosi comeback mereka. Ia ingin sekali segera menyelesaikan pekerjaan ini, lalu kembali ke rumahnya yang nyaman. Ye-Jun berjalan menuju restoran hotel yang berada tepat di rooftop hotel. Pemandangan dari sini benar-benar indah. Selain dirinya hampir seluruh pengunjung berpasangan, karena restoran ini juga di buka untuk umum. Ye-Jun memilih duduk di kursi paling pinggir disana agar ia bisa melihat pemandangan di depannya dengan leluasa. Sebenarnya para crew, Yujin dan Nico akan makan malam di bar seperti biasa. Hanya saja untuk malam ini ia ingin menghabiskan waktu sendiri. Jika Aida ada di sini, gadis itu pasti sedang mengagumi pemandangan ini sambil terus memuji betapa indah pemandangan ini dari bibir mungilnya itu. Ye-Jun tersenyum memikirkan istrinya itu, namun senyum itu juga langsung menghilang begitu ia memikirkan wanita lain, wanita yang membuatnya menjadi seperti ini. Jika bukan karena wanita itu, mungkin saat ini adalah saat yang paling membahagiakannya dengan Aida. Ia bisa memikirkan masa depan bersama istrinya, ia akan membiarkan Aida jatuh cinta padanya, pun mungkin ia yang dengan senang hati jatuh cinta pada Aida. Atau mungkin, jika wanita itu tidak pernah mengkhianatinya, ia dan wanita itu sudah menikah saat ini. Tapi masa lalu tidak bisa ia ubah. Wanita itu lah alasan Ye-Jun melarang Aida untuk tidak boleh jatuh cinta padanya. Ia tidak ingin menyakiti Aida lebih dari ini. Malam saat ia memeluk Aida untuk pertama kalinya, ia tahu ia sudah menyakiti wanita itu. Bagaimana mungkin seorang wanita menikah tanpa melibatkan perasaan bukan? Ye-Jun menghembuskan nafasnya, lalu menoleh saat seorang pramusaji membawa makanan pesanannya. Ye-Jun mengambil ponsel yang ia letakan saku jaketnya, lalu menekan nomor istrinya. Ye-Jun tersenyum samar saat Aida mengangkat panggilan video call nya tepat di dering kedua. "Kau baru pulang?" tanya Ye-Jun saat melihat Aida menaruh tasnya di kursi, dengan pakaian kerja yang masih melekat di badan istrinya itu. Aida mengangguk, "Aku baru pulang makan malam bersama Yerin. Kau sendiri? tumben sekali kau membuat panggilan video call seperti ini." Bukannya menjawab, Ye-Jun mengubah posisi kameranya menghadap pemandangan yang ada di hadapannya, dan seperti dugaannya. Istrinya langsung berteriak kagum. "Indaaaahhh sekali!! Kau curang tidak mengajak ku!" Ye-Jun mendengus geli lalu kembali memutar kamera ponselnya menghadap wajahnya. "Hei! kenapa kau memutar kameranya, Aida masih ingin melihat pemandangan ituuuu." "Memang wajah suami mu ini kalah dengan pemandangan ini hah?" "Tentu saja! Pemandangan itu jauh lebih indah dari pada wajah mu." ucap Aida, tentu saja itu bohong. Wajah suaminya itu jauh berkali-kali lipat lebih indah. Aida terkekeh saat melihat Ye-Jun cemberut kesal, "Kau sudah makan?" tanya Aida lembut. Ye-Jun mengangguk dan kembali memutar kameranya menghadap makanan yang ada di hadapannya. "Kapan kau pulang?" tanya Aida kembali. Ye-Jun kembali menghadap kan kameranya ke wajahnya. Ia mengedikan bahunya. "Tidak tahu, segala kegiatan untuk promosi sebenarnya sudah selesai. Tapi entahlah, sepertinya baru bisa pulang tiga atau empat hari lagi. Kenapa? kau sudah rindu padaku?" tanya Ye-Jun iseng. Aida mendengus kesal, "Tentu saja tidak. Hanya saja, rasanya sepi tinggal di sini seorang diri. Kau juga tidak mengijinkan ku memelihara hewan, jadi semakin sepi saja." Ye-Jun menghembuskan nafasnya, memang sejak dirinya di Jepang, Aida sudah beberapa kali meminta ijin untuk memelihara hewan peliharaan, tapi ia belum mengijinkan. "Baiklah, setelah aku pulang kita akan ke pet shop dan melihat-lihat apakah ada kucing atau anjing yang kau inginkan." Mata Aida membulat senang, "Benarkah? kau tidak bohong kan?" Ye-Jun mengangguk yakin, "Tentu, hanya saja kau harus benar-benar menjaganya." Aida langsung mengangguk antusias. "Tentu! Aaaaa! Terima kasih Oppa! Suami ku memang the best!" Ye-Jun memutar bola matanya kesal, "Kau hanya memanggilku 'Oppa' saat sedang ada maunya saja." gumam Ye-Jun. "Apa? aku tidak dengar." "Tidak ada apa-apa. Ya sudah, aku akan melanjutkan makan malam ku. Kau istirahat lah. Besok aku akan menghubungi mu lagi. Selamat malam, tidur yang nyenyak." Ye-Jun mematikan sambungan telp itu lalu menaruh ponselnya di meja dan melanjutkan makan malamnya yang sudah dingin. **** Ye-Jun melangkah kan kakinya menuju kamarnya, setelah ia menyelesaikan makan malam. "Ye-Jun." Langkah Ye-Jun berhenti dan seluruh tubuhnya menegang saat ia mendengar suara yang begitu ia kenal. Ia membalikkan badannya dan mendapati wanita itu berada di belakangnya. "K-kenapa kau ada di sini?" Bukannya menjawab pertanyaan Ye-Jun, wanita itu berjalan mendekati Ye-Jun. "Aku selalu tau kau berada di mana." Wanita itu mendekati Ye-Jun yang masih berdiri dengan wajah tegang. Ia melirik ke samping, mencari suami wanita itu. Wanita itu yang melihat itu tersenyum, "Aku tidak datang bersamanya. Ye-Jun, aku ingin kita kembali seperti dulu." "A-..." "Wah wah waahh, lihat siapa yang ada di sini?!" seru Yujin saat ia melihat Ye-Jun dan wanita itu bersama. Wanita itu berdecak dan menatap Yujin sengit. "Aku tidak punya urusan dengan mu." Yujin tertawa mengejek, "Tidak punya urusan dengan ku? itu akan selalu menjadi urusanku jika kau masih mendekati Ye-Jun, Wanita jalang!" Wanita itu mendekat ke pada Yujin dengan cepat dan siap untuk menampar nya. Namun Yujin berhasil menangkap tangan wanita itu lalu ia mendekat kan wajahnya, Yujin menatap mata wanita itu marah. "Sekali lagi kau mendekati Ye-Jun, kau akan menghadapi ku. Ingat itu." ancam Yujin, ia lalu menyentak tangan wanita itu dan berdiri di sebelah Ye-Jun. "Sekarang lebih baik kau pergi." Lanjut Yujin.  Dengan kesal wanita itu menoleh pada Ye-Jun, "Kau diam saja saat temanmu ini mengusir ku?! Ye-Jun!" Ye-Jun mengurut keningnya, ia menghembuskan nafas lelah lalu menatap wanita di hadapannya. "Rika, kau pergilah. Bukankah kau sudah meninggal kan ku? Buat apa kau muncul di hadapan ku lagi? pergilah, aku tidak ingin suami mu tahu kau ada sini. Aku tidak ingin membuat masalah." "Aku tidak akan pergi sampai kau mau kembali padaku! kau milikku!" Ye-Jun menatap Yujin memohon, Yujin mengangguk lalu menyeret wanita itu dari sana. "LEPASKAN! YE-JUN! KAU PASTI AKAN KEMBALI PADAKU! KAU MILIKKU!" Teriak Rika.  "Diam kau perempuan gila! berhentilah menganggu Ye-Jun!" Ye-Jun menghela nafasnya, ia bersender pada dinding di belakangnya. Ia benar-banar tidak menyangka jika wanita itu akan datang kembali ke hadapannya.  Kenapa wanita itu datang kembali? bagaimana wanita itu bisa ada disini?  Apa yang wanita itu inginkan?  Jika Rika tahu dirinya sudah menikah, Aida pasti akan berada dalam bahaya. Wanita itu bisa melakukan apa saja, bahkan mencelakai orang pun dia sanggup. Ye-Jun kembali memijit keningnya. Ia  tidak ingin sesuaty yang buruk menimpa istrinya, bagaimana pun ia harus melindungi Aida... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD