Ye-Jun mengerjapkan matanya saat alarm ponselnya berbunyi, dengan mata yang masih enggan terbuka ia mencari-cari ponsel yang terus berdering kencang itu di atas nakas meja sebelah tempat tidurnya.
Beberapa saat mencari dan kesal dengan suara alarm yang tidak kunjung mati, Ye-Jun mendengus kasar lalu bangun dari tidurnya dengan enggan.
Ia mengambil ponsel yang tergeletak di ujung nakas lalu mematikan alarmnya.
Ye-Jun mengerjapkan matanya sekali lagi sambil menunggu seluruh nyawanya terkumpul.
Ia melihat ke sisi lain tempat tidurnya, Ye-Jun mengerutkan dahinya bingung saat melihat kasur di sebelahnya kosong, dimana Aida? Pikirnya.
Setelah kepergian Yujin dan Nico, Aida tidak mengatakan apa-apa alasan kenapa Ye-Jun membentak nya.
Mereka berdua memang tidur bersama semalam karena terlalu lelah, terutama Ye-Jun.
Mereka hanya tidur di kasur yang sama tidak lebih, toh saat dirinya selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan baju piyamanya, Aida sudah tertidur pulas.
Setelah nyawanya terkumpul Ye-Jun menajamkan telinganya.
Dia tidak mendengar suara air dari kamar mandi yang menandakan wanita yang sudah sah menjadi istrinya sejak kemarin itu tidak ada di dalam sana.
Ia mengambil kembali ponsel yang tadi ia taruh di sampingnya, melihat jam yang tertera di layar utama ponselnya yang sudah menunjukan pukul 9 pagi.
Ye-Jun kembali menaruh ponselnya itu ke atas nakas meja, berjalan kearah lemari dan mengambil handuk lalu ia melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dengan handuk yang ia sampirkan di pundaknya.
Saat air dingin menyentuh kulitnya ia merasa segar kembali. Selesai membersihkan diri ia mengeringkan badannya dan melilitkan handuk ke pinggang. Dengan langkah santai Ye-Jun melangkahkan kaki keluar kamar mandi ia bersenandung kecil sembari berjalan ke arah lemari hotel yang memang sudah berisi beberapa pakaian mereka, Ye-Jun mengambil celana dalam, boxer, kaos dalam, celana pendek dan kaos santainya.
Ye-Jun menaruh itu semua di atas kasurnya. Dengan santai ia melepaskan handuk yang melilit pinggangnya lalu memakai celana dalamnya.
"Aaaaaaa!!"
Ye-Jun tersentak kaget saat mendengar jeritan wanita di belakangnya, dengan cepat ia berbalik menghadap wanita itu yang ternyata istrinya.
Ia melihat Aida sedang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Ye-Jun yang menyadari kalau itu istrinya melanjutkan acara memakai bajunya kembali.
"Ya! Kamu apa-apaan sih pakai jerit-jerit segala. Bikin kaget saja." katanya sambil merapihkan celananya.
Aida mendengus kesal, "Kamu yang apa-apaan! Kenapa pakai bajunya disini? Kenapa tidak pakai baju di kamar mandi saja?! Kamu menodai mata suci Aida!" kata Aida setengah berteriak. Aida masih tidak berani membuka matanya.
Ye-Jun mendengus kecil sembari memutar bola matanya malas.
"Mau sampai kapan kau menutup matamu itu? Aku sudah rapih kok."
"Bohong!"
Ye-Jun menghembuskan nafas pelan. Ia berjalan mendekati Aida yang masing setia menutup matanya itu.
Lagi-lagi senyum jahil tercetak di bibirnya yang entah kenapa ia jadi suka sekali menggoda wanita di depannya ini.
Ye-Jun berdiri di depan Aida, mendekatkan wajahnya di telinga gadis itu.
Bulu kuduk Aida seketika meremang saat ia merasakan Ye-Jun menium kupingnya.
Aida yang kaget langsung menatap Ye-Jun tajam.
"Ngapain sih?! Ihhh!", Aida mendorong tubuh Ye-Jun agar pria itu sedikit menjauh dari dirinya.
Lagi-lagi kekehan geli keluar dari bibir Ye-Jun.
Aida berdecak lalu menyilangkan tangannya di d**a menatap Ye-Jun galak.
"Kamu bilang Aida tidak boleh jatuh cinta padamu! Tapi kenapa Oppa selalu menjahiliku?!"
Ye-Jun menaikan sebelah alisnya saat ia mendengar Aida memanggil dirinya 'Oppa'.
Selama ini Aida hanya memanggil Ye-Jun dengan 'Kamu', kenapa sekarang gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'Oppa'?.
"Memangnya tidak boleh menjahili istri sendiri? Kenapa? Kau berdebar-debar ya?" tanya Ye-Jun dengan senyum jahilnya yang sejak beberapa minggu lalu menjadi senyum yang sangat menyebalkan untuk Aida.
Aida berdeham saat merasakan tenggorokannya yang tiba-tiba kering. Demi planet pluto siapa yang tidak berdebar-debar jika di 'goda' seperti itu oleh pria tampan.
Jangankan di goda seperti itu, berdekatan dengannya saja sudah mampu membuat hatinya berdebar sangat kencang. Bahkan ia masih merasa jika ini mimpi.
Demi apapun! Ia menikahi seorang bintang idola!
Tadi pagi saat ia terbangun dari tidur yang ia lihat pertama kali adalah wajah Ye-Jun.
Wajah yang jika di perhatikan sangat polos saat sedang tertidur.
Ye-Jun menyentil dahi Aida, "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Kau sudah sarapan? Ayo temani aku sarapan." Sebelum Aida sempat menjawabnya.
Ye-Jun membuka pintu kamar mereka lalu menyeret Aida. Sesampainya mereka tiba di restoran hotel, Ye-Jun langsung melepaskan lengan Aida dan duduk di salah satu kursi yang ada di depannya.
Aida masih berdiri di sebelah Ye-Jun. Ye-Jun menatap Aida yang tidak kunjung duduk di sampingnya, ia menaikan sebelah alisnya.
"Kenapa masih berdiri? Duduk lah." katanya sambil mengedikkan dagunya kearah bangku kosong di sebelahnya.
Aida menghembuskan nafasnya kesal. Ia menarik bangku dan langsung mendaratkan pantatnya di kursi yang untungnya empuk.
"Kau ingin makan apa? Akan aku ambilkan." tanya Ye-Jun sambil bersiap untuk ke stand meja makanan.
Lagi-lagi Aida mengerutkan alisnya kesal,
"Kenpa tadi kita tidak memilih makanan dulu baru duduk?"
Ye-Jun berdecek, "Bisa tidak kau jawab pertanyaanku tanpa balik bertanya?" tanpa menunggu jawaban Aida, Ye-Jun langsung berdiri dari bangkunya dan berjalan kearah stand makanan.
Aida berdecak kesal, "Ih! Untung ganteng! Sabarr Aida, sabarr."
***
Ye-Jun berjalan kearah stand makanan, mengambil nampan dan berkeliling di deretan makanan yang sudah tersusun rapih. Banyak makanan yang di hidangkan, mulai dari menu yang sangat biasa di jumpai di korea sampai makanan barat pun tersedia.
Bahkan hari ini tersedia makanan dari indonesia yaitu nasi kuning lengkap dengan side dish. Setidaknya itu lah yang tertulis di papan menu.
Ye-Jun menaikan sebelah alisnya saat membaca tulisan menu itu, bukan kah istrinya itu berasal dari indonesia?
Ye-Jun mengambil piring yang berada di samping stand lalu menyerahkannya pada pelayan yang berjaga untuk membuatkan satu porsi.
Sambil menunggu pelayan itu menyiapkan pesanannya, Ye-Jun berjalan kearah stand makanan barat.
Karena ia tidak terlalu suka makanan berat seperti nasi saat sarapan. Ye-Jun memutuskan mengambil 2 tangkup roti, 2 ham, dan 1 telur mata sapi. Lagi Ye-Jun menghampiri pelayan yang berjaga lalu meminta pelayan itu untuk membakar rotinya.
Semua pesanan sudah siap di nampan yang ia bawa. Ia berjalan kembali ke mejanya dimana Aida sudah menunggu masih sambil mendumel karena tingkah suaminya itu. Kadang Ye-Jun heran kenapa istrinya itu suka sekali misuh-misuh yang bisa memakan waktu hampir seharian. Dari sebelum mereka menikah hingga hari ini, satu kesalahan kecil Ye-Jun mampu membuat bibir wanita itu mengoceh seharian.
Aida adalah orang ke dua yang berani untuk marah dan mengoceh panjang lebar pada Ye-Jun. Ye-Jun menggeleng pelan saat ia teringat pada wanita itu.
Ye-Jun menaruh nampan di atas meja mereka dan kembali duduk di kursinya. Aida yang memang sudah lapar pun langsung memancarkan binar kebahagiaan saat melihat nasi kuning ada di hadapannya.
Semenjak Aida pindah kemari ia sudah jarang bahkan hampir tidak pernah lagi makan makanan indonesia.
"Waaaahh!! Nasi kuning!" Aida langsung mengambil piring itu dari atas nampan yang di bawa Ye-Jun ke hadapannya dan langsung memakannya dengan lahap. Aida benar-benar kangen dengan makanan ini.
Sejak dulu makanan favoritnya adalah nasi kuning dan nasi uduk. Di saat teman-temannya lebih suka makanan luar, ia lebih suka makan makanan khas indonesian. Dan selama tinggal di korea, hal yang paling ia rindukan adalah makanannya.
Bukannya di korea tidak ada, bahkan sejak tahun lalu makanan khas indonesia semakin meluas di sini. Tapi buat Aida rasa masakannya itu kurang nendang di lidahnya.
Ye-Jun yang melihat istrinya itu makan dengan lahap hanya bisa menggeleng kepalanya. Ia mengambil piring yang sudah berisi sarapannya lalu ikut melahapnya dengan nikmat.
"Tadi pagi kau kemana? Saat bangun aku tidak melihat mu."
Aida memandang Ye-Jun yang sedang menatapnya sembari mulutnya mengunyah roti panggangnya. Aida menelan makannan yang ada di mulutnya lalu meminum air putih yang ada di sampingnya.
"Tadi pagi aku ke kamar teman-teman ku. Semalam mereka bilang, mereka tidak bisa berlama-lama di sini karena mereka ingin jalan-jalan ke tempat lain. Jadi aku mampir sebentar." jawab Aida
Ye-Jun mengangguk-angguk kan kepalanya mengerti. Mereka kembali menikmati sarapan mereka.
"Ngomong-ngomong tentang perjanjian kita-"
"Pagiii pengantin baruuu!" Sapa Jordan heboh.
Belum sempat Ye-Jun ingin membahas tentang perjanjian mereka, ia harus mengurungkan niatnya karena kehadiran Jordan yang tiba-tiba.
"Wiihh sarapan nih?"
"Nggak kita lagi ritual. Udah tahu lagi sarapan. Pake nanya lagi." Sungut Aida kesal.
"Deuuileh galak amat." katanya sambil mencolek dagu Aida.
Jordan menoleh pada Ye-Jun yang sedang menghabiskan sarapannya lalu tersenyum jahil pada adik iparnya itu.
"Bagaiman tadi malam Bro? Galak di bibir, galak di ranjang juga nggak?" tanyanya sambil memainkan alisnya.
Aida dan Ye-Jun yang mendengar pertanyaan itu langsung tersedak bersamaan.
Aida menatap galak kakak laki-lakinya itu, "Kak Jo! Ngomong apaan sih! Jangan ngomong jorok ah!"
"Lah? Siapa yang ngomong jorok? Idihh pake acara malu-malu segala. Udah ah kak Jo mau sarapan. Laper" katanya santai lalu meninggalkan meja adiknya itu. Ia puas melihat wajah Aida dan Ye-Jun yang berubah merah tadi.
Senyum jahil terpampang di wajahnya. Memang tidak ada yang jauh lebih menyenangkan selain menggoda adik dan adik iparnya itu.
Haaaah...,besok-besok jahilin mereka lagi aah.