Tujuh

1844 Words
Ye-Jun sudah mulai membulatkan tekadnya untuk tidak akan jatuh cinta pada wanita yang kini menjadi istrinya, pun tidak membiarkan wanita itu jatuh cinta padanya. Walau terdengar begitu percaya diri bahwa wanita itu akan jatuh cinta padanya, setidaknya ia memberi peringatan dini pada istrinya itu. Senyum bisnis itu kembali menghiasi bibir Ye-Jun saat ia dan Aida di hampiri oleh tamu undangan, ia melirik Aida yang tersenyum lebar sambil berbasa-basi pada tamu di hadapan mereka. Tanpa ia duga, beberapa teman Aida yang berasal dari Indonesia menghampiri mereka dengan heboh, ralat tapi menghampiri Aida dengan heboh. Dan layaknya kebiasaan wanita yang ia tahu, istrinya itu pun turut heboh menyambut teman-temannya. Ye-Jun tersenyum pada wanita-wanita itu, "Halo, Terima kasih sudah datang ke pernikahan kami." sapa Ye-Jun. Teman-teman Aida mengangguk serentak sambil tersenyum. Salah satu teman Aida, menepuk pelan tangan Aida lalu berbisik, "Apakah aku boleh berfoto bersama suami mu? aku janji aku tidak akan meng upload nya di social media mana pun!" Aida melirik Ye-Jun sekilas lalu tersenyum lebar pada temannya sambil mengangguk, "Tentu!" Setelah berfoto dengan Ye-Jun dan juga Aida, Ye-Jun melihat teman-temannya datang. Ye-Jun berjalan menemui kedua temannya itu. Yujin yang melihat Ye-Jun berjalan ke arah mereka langsung tersenyum lebar, "Ini dia pengantin baru kita! selamat ya." ucapnya sambil mengulurkan tangan. Ye-Jun tersenyum lalu menjabat tangan Yujin. "Terima kasih." Nico memeluk erat tubuh seniornya itu, "Selamat Hyung! Semoga kau cepat punya anak agar aku bisa jadikan murid!" Ye-Jun tertawa samar mendengar ucapan Nico. Bagaiamana mungkin ia akan punya anak jika aku tidak akan pernah menyentuh Aida. Ye-Jun berdeham lalu mengucapkan terimakasih kasih. Nico merangkul pundak Ye-Jun, "Tenang saja Hyung, aku sudah membeli hadiah yang luar biasa untuk mu dan istrimu." Ye-Jun mengerutkan dahinya, "Memang apa yang kau berikan padaku?" "Kau lihat saja sendiri nanti, aku jamin TOP!" yujin yang melihat kedua temannya itu hanya bisa menggeleng kan kepalanya. "Ngomong-ngomong mana istrimu? aku juga ingin memberi salam padanya." kata Yujin pada Ye-Jun saat ia tidak melihat istri dari temannya itu. Ye-Jun mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang kini menjadi istri nya itu. Ia melihat sosok Aida sedang mengobrol bersama beberapa tamu dari keluarga Ye-Jun, ia berjalan menghampiri Aida yang masih sedang asyik berbincang. "Aida." Aida yang merasa namanya di panggil langsung menolehkan kepalanya pada Ye-Jun, senyum lebarnya langsung terukir di wajah manis Aida. "Ini dia pengantin laki-lakinya! Kemana saja kamu sampai membiarkan istrimu sendiri?" "Maaf Eomma, aku tadi melihat temanku. Dan Aida mereka ingin menyapa mu, mari aku kenalkan dengan teman-temanku." Aida mengangguk sambil berpamitan kepada para tamu di hadapannya, Aida menggandeng lengan Ye-Jun dan berjalan menuju kedua teman Ye-Jun. Ye-Jun dan Aida menghampiri Yujin dan Nico yang sedang mengobrol bersama salah satu tamu wanita. Yujin menoleh pada Ye-Jun dan berpamitan pada tamu wanita yang ternyata adalah salah satu fansnya. Ye-Jun tersenyum pada Aida dan kedua temannya, "Ai, kenalkan. Mereka teman satu tim ku di 3Nite, Yujin dan Nico." Aida menatap mereka tanpa berkedip, pasalnya kedua pria yang ada di hadapannya ini adalah idolanya, dan Aida tidak menyangka akan bertemu mereka sedekat ini. Tentu saja Aida akan bertemu dengan mereka, wanita itu kan menikah dengan salah satunya yaitu Ye-Jun. Ye-Jun menjawil hidung istri nya gemas yang terus saja menata kedua temannya itu tanpa berkedip, ia tidak cemburu hanya saja ia sedikit merasa kesal melihat Aida menatap kedua temannya seperti itu. "Berhenti menatap mereka tanpa berkedip, sedikit lagi air liur mu menetes." Aida mengerjapkan matanya, lalu tersenyum malu pada kedua pria di hadapannya. Apa-apaan wajah malu-malunya itu. Cih! Batin Ye-Jun. Yujin dan Nico tertawa melihat tingkah Aida. "Hyung, selain cantik istrimu itu ternyata juga lucu ya hahaha! Ya ampun wajahnya itu menggemaskan!" Yujin mengangguk setuju, tapi saat ia melirik Ye-Jun yang mulai kesal ia berdeham dan mengulurkan tangan pada Aida. "Aku Yujin dan dia Nico. Ternyata kau cantik juga dilihat dari dekat." Yujin lalu melirik Ye-Jun, "Kau beruntung mendapatkan wanita secantik ini, tapi Aida kasihan mendapat pria seperti kau." kata Yujin sambil terkekeh. Ye-Jun mendengus mendengar perkataan temannya, "Justru wanita ini yang sangat beruntung mendapatkan aku. Sudahlah tidak usah mengejek ku terus." Yujin dan Nico kompak tertawa keras melihat ekspresi kesal Ye-Jun. Aida yang baru saja melihat ekspresi kesal suaminya itu hanya tertawa kecil sambil menggeleng. Ia menatap kedua teman suaminya itu, "Terima kasih sudah mau datang ke pernikahan kami. Dan senang berkenalan dengan kalian juga. " Yujin mengangguk sambil tersenyum. Setelah mengobrol sebentar Aida dan Ye-Jun kembali menghampiri tamu-tamu yang lain terutama tamu dari pihak agensi Ye-Jun. Acara di lanjutkan dengan memotong kue pernikahan, lalu berdansa bersama. Acara dansa yang seharusnya menjadi romantis justru menjadi momen derita buat Ye-Jun karena Aida terus saja menginjak kakinya. Dan suasana heboh dari semua rangkaian acara adalah saat pelemparan bunga oleh kedua mempelai. Baik teman-teman Aida ataupun para tamu wanita yang lain saling berebut bunga tersebut. Apalagi saat Hana, Ibu Ye-Jun ikut meramaikan yang tentu saja langsung ditarik mundur oleh suami tercintanya. Bahkan Mamah Aida menyeret Jordan untuk ikut merebutkan bunga tersebut, sehingga membuat para tamu wanita di sekeliling mereka tertawa. Semua rangkaian acara sudah mereka lewati bahkan para tamu pun sudah mulai pulang. Yang tersisa hanya lah tamu dari kedua keluarga juga Yujin dan Nico yang masih asyik mengobrol dengan Jordan, entah sejak kapan kakaknya nya itu mendadak dekat dengan kedua teman Ye-Jun. Hana dan suaminya mendekati Ye-Jun dan Aida yang sedang mengobrol dengan orang tua Aida. Hana menepuk bahu putranya pelan. Ye-Jun yang merasakan tepukan itu menoleh dan tersenyum mendapati kedua orang tuanya di sampingnya. "Terimakasih sudah mau menerima putraku, Aida. Kalau tidak di jodohkan seperti ini, anak ini pasti masih memilih untuk sendiri." Aida mengangguk sambil tersenyum pada Hana. "Mirip banget ya sama seseorang." celetuk Mamah Aida sambil melirik Jordan yang sedang meminum jusnya. Jordan melirik bosan Mamahnya, ia tahu jika dirinya sedang di sindir. Tawa pun pecah di tengah keluarga mereka. *** Akhirnya setelah berjam-jam Ye-Jun dan Aida mengikuti serangkaian acara pernikahan mereka, mereka bisa beristirahat juga. Begitu selesai berbincang bersama orang tuanya dan orang tua Aida, Ye-Jun dan Aida kembali ke kamar mereka. Tapi baru juga Ye-Jun merebahkan dirinya nya di kasur, terdengar ketukan dari luar kamarnya. Tadi saat ia ingin kembali ke kamar, Aida pamit sebentar untuk pergi ke kamar para teman-temannya. Dengan berat Ye-Jun bangun dari kasurnya dan berjalan menuju pintu, mungkin saja itu Aida istrinya. Namun begitu Ye-Jun membuka Pintu yang terpampang adalah kedua muka sahabatnya sekaligus teman satu grupnya, Yujin dan Nico. Ye-Jun menghembuskan nafas kesal melihat cengiran kedua pria di hadapannya. "Mau apa kalian kemari?" "Hoooooh, apakah kita mengganggu waktu indah sahabat kita ini Nico???" Nico terkekeh, "Sepertinya tidak, mungkin Aida sadar jika suaminya ini tukang tindas." Ye-Jun memukul kepala Nico, membuat Yuji dan Nico tertawa kencang. "Sudah lah, ada apa kalian kemari? ingin mengganggu malam ku?" Nico berdiri di samping Ye-Jun dan merangkul seniornya itu. "Tadi aku melihat istri mu sedang bersama teman-temannya, jadi aku dan Yujin juga ingin menghabiskan malam ini bersama pengantin prianya. Karena besok kan status mu sudah menjadi suami." "Sekarang pun aku sudah menjadi seorang suami, ya sudah masuklah. Aku akan menghubungi Aida dulu jika kalian ada di sini." Nico dan Yujin masuk ke kamar yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin itu. Nico bahkan bereaksi berlebihan saat melihat terdapat kelopak bunga di kasur, yang pastinya susunan kelopak bunga itu sudah di rusak oleh Ye-Jun tadi. Ye-Jun kembali mendekati kedua temannya yang sudah duduk santai di ruang tamu kamar itu. Ternyata mereka berdua membawa satu kantung plastik berisi kaleng bir. "Kalian ini, kenapa membawa kaleng bir ke kamar ku? Aku tidak akan minum malam ini." "Kenapa? biasanya kau paling suka minum bir setelah hari yang panjang?" tanya Nico sambil membuka kaleng bir nya. "Nico bodoh, tentu saja Ye-Jun ingin menikmati malam pertamanya tanpa di bawah pengaruh alkohol." terang Yujin sambil terkekeh. Ye-Jun mendengus kesal, ia pun mendaratkan bokongnya di kursi empuk itu. Ye-Jun membuka cemilan yang di bawa oleh Nico, lalu memakannya. "Jadi apa tadi sudah ada media yang menayangkan pernikahan ku?" Yujin membuka SnS dan mencari berita gosip hari ini, memang ada beberapa berita yang menyebut kan pernikahan Ye-Jun, namun hanya sebatas itu. Yujin sedikit salut karena para tamu belum ada satupun yang membocorkan pernikahan Ye-Jun hari ini. Bahkan Yujin tidak menemukan foto atupun berita tentang siapa yang menjadi istri Ye-Jun. "Aku tidak melihat berita apapun." "Aku juga Hyung." Ye-Jun mengangguk mengerti. Yujin menatap Ye-Jun lalu menatap layar ponselnya lalu kembali melirik Ye-Jun. Ye-Jun yang merasa di lirik oleh temannya itu langsung menatap Yujin sambil menaikan alisnya, seakan bertanya ada apa pada Yujin. Yujin menggaruk tengkuknya lalu mencondongkan badannya pada Ye-Jun. "Apa kau sudah memberitahu Aida tentang wanita itu?" Ye-Jun mengerut kan alisnya, "Hah? wanita? siapa?" "Rika." Raut kaget jelas terlihat di wajah Ye-Jun, pria itu meletakan snack yang sedang ia makan di atas meja. "Itu bukan urusan kalian." "Aku akan membuat itu menjadi urusanku." sergah Yujin Ye-Jun menatap Yujin tajam, "Apa maksud mu?" "Karena aku tidak ingin kau menyakiti hati istrimu hanya karena perempuan murahan itu." Ye-Jun mengepalkan tangannya erat, Nico yang duduk di samping Yujin menatap khawatir kepada kedua temannya itu. "Yujin, sebaiknya kita tidak membicarakan wanita itu hari ini. Tidak baik." kata Nico. "Justru Ye-Jun harus di beri peringatan dari sekarang. Kau tahu sendiri bagaimana gilanya pria ini jika kita sudah membicarakan tentang wanita itu." Ye-Jun mendengus kesal lalu beranjak bangun dan menyentak tangan Yujin, ia menyeret temannya itu keluar dari kamarnya. Nico yang menyaksikan itu langsung mengikuti mereka dengan was-was. Ia benar-benar tidak ingin ada keributan hari ini. Ye-Jun membuka pintu kamarnya dan mendorong Yujin keluar dari kamarnya, "Keluar, aku tidak ingin kau mengoceh tidak penting." "Ye-Jun, ada apa ini?" suara Aida terdengar saat Yujin akan membalas ucapan Ye-Jun. "Tidak ada apa-apa, masuk." Aida menatap Ye-Jun lalu menatap kedua teman Ye-Jun bergantian. "Benar tidak ada apa-apa?" tanya Aida pada Yujin dan Nico. Saat Yujin akan menjawab suara bentakan Ye-Jun terdengar, "Aida! aku bilang masuk!" Aida menoleh cepat kearah Ye+)-Jun dan mengerut kan keningnya tidak terima. "Ya! tidak harus dengan bentakan seperti itu kan, ish!" "Aida, masuklah. Maaf seperti nya Ye-Jun sedang kesal karena kami." ucap Yujin pada Aida sambil tersenyum tidak enak. "Iya, lebih baik kau cepat masuk. Ye-Jun sangat mengerikan kalau sedang kesal seperti ini." tambah Nico. Aida menghembuskan nafasnya lalu menatap Yujin dan Nico lalu mengangguk. Aida langsung masuk kedalam kamar setelah mengucapkan selamat malam pada kedua pria itu. "Hyung, kami minta maaf sudah membahas wanita itu. Jangan lampiaskan kesal mu pada Aida. Kami benar-benar minta maaf." Nico langsung menyeret Yujin menjauh dari Ye-Jun, untung saja Aida datang tepat waktu tadi. Jika tidak bisa-bisa mereka berantem. Tidak lucu kan aku mengacau kan malam pernikahan senior ku. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD