Sepuluh

1272 Words
Sudah dua minggu sejak Aida menikah dengan Ye-Jun alias Alex 3Nite. Sudah selama itu pula Aida tidak melihat pria itu. Sesuai kesepakatan mereka, tidak ada tuh yang namanya bulan madu. Jangankan bulan madu, begitu pulang dari hotel Ye-Jun sudah berangkat ke Jepang untuk menyiapkan comebacknya 3Nite dan persiapan syuting. Aida merapihkan pakaiannya dan berjalan keluar kamar, mengambil kunci mobil yang tergantung di samping meja pantry. Ia melangkahkan kakinya keluar rumah dan menuju mobilnya yang terparkir tepat di samping rumah. Begitu menikah, Ye-Jun memang memutuskan untuk keluar dari apartemen yang ia tinggali sebelumnya bersama kedua rekannya. Tidak baik juga jika Aida tinggal dengan mereka. Aida istrinya bukan pembantunya. Aida menjalankan mobilnya dengan santai menuju butik miliknya. Lagu-lagu 3Nite mengalun di radio yang sedang ia dengarkan, begitu pun informasi kembalinya 3Nite pekan ini. Suara penyiar wanita terdengar di ujung sana. "Selamat siang para pendengar! Bagaimana hari kalian? Banyak yang bilang musim semi adalah musimnya cinta bermekaran. Dan sepertinya 3Nite juga akan menyebarkan cinta mereka secepatnya. Apa kalian siap Nitty?? Sembari menunggu kembalinya mereka marilah kita-.... Lagu 3Nite pun kembali terdengar, mulut Aida secara spontan langsung ikut menyanyikan lagunya. Lagu mereka terus menemani perjalanan Aida hingga tiba di tempat tujuannya. Begitu sampai di depan butiknya, ia langsung memarkirkan mobilnya. Aida berjalan santai sambil bersiul kecil. Bunyi denting lonceng terdengar saat ia membuka pintu. Seorang wanita yang sedang berjaga di meja kasir menoleh kearah pintu bersiap untuk menyambut tamu yang datang. Tapi begitu melihat Aida yang datang wanita itu tersenyum pada atasannya itu. "Selamat siang, bu Aida." sapa nya ramah. Aida tersenyum kecil pada wanita di depannya sambil mendekat kearah meja kasir tersebut. "Siang Yerin. Kok belum istirahat?" "Iya bu, tanggung ini ngerjain ngitung stocknya" jawabnya sambil menyerah kan kertas-kertas yang harus di cek Aida. Aida duduk di kursi yang memang selalu tersedia di depan meja kasir itu. Ia mengambil kertas itu dan membuka setiap lembarnya. "Gimana hari ini? Rame?" tanya Aida ramah pada wanita di depannya. Yerin tersenyum, "Lumayan. Tapi seperti bulan kemarin. Lebih banyak yang ingin pesan secara khusus pada mu." Aida menganggu-ngangguk kecil. Yerin menopang dagu nya lalu menatap Aida sambil memainkan alisnya yang membuat Aida mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa kau memainkan alis mu seperti itu?" "Bagaimana rasanya menikah dengan artis?" "Apanya yang bagaimana?" tanya Aida bingung. Yerin menghembuskan nafas kasar, "Oh ayolah! Kau menikah dengan artis dan terlebih artis itu seorang Alex! Bagaimana rasanya?" Aida menghembuskan nafasnya lalu menopangkan dagunya dengan telapak tangannya. "Aku nggak tahu. Begitu selesai resepsi laki-laki itu sudah langsung pergi." Yerin mengerutkan alisnya, "Memang kalian belum melakukan 'itu'?" "Hah? itu apa?" Yerin mendengus, "Making Love." Wajah Aida langsung memerah seketika, "Ya! Ngomong apa sih?! Isshh...." Yerin menyeringai jahil, "Jadi? Bagaimana rasanya? Pasti enak kan?" Wajah Aida makin merona mendengar pertanyaan wanita di depannya itu. Buat Aida, Yerin memang bukan hanya sekedar karyawan tapi juga teman akrab Aida setelah tinggal di sini. Awalnya mereka hanya saling curhat kecil, tapi semenjak Yerin pisah dengan tunangannya dan saat menceritakan itu Yerin menangis di pelukannya, mereka menjadi teman akrab. Saat jam kerja Yerin akan bersikap profesional pada Aida sebagai karyawan dan atasan tapi begitu jam istirahat atau di luar jam kerja, Yerin akan merubah sikapnya pada Aida menjadi selayaknya teman dekat. Seperti siang ini, yang sejak tadi memberi pertanyaan random pada Aida. Aida yang tidak tahan dengan tatapan jahil temannya itu langsung menoyor kepala Yerin untuk tidak menatap wajahnya yang sudah memerah, "Apa siihhh. Udah ah jangan bahas-bahas itu lagi. Tapi kamu nggak post foto pernikahan ku kan?" Yerin menutup mulutnya lalu memeragakan mengunci mulutnya, "Tenang. Semua aman." Mereka terus mengobrol panjang lebar selama jam istirahat Yerin. Obrolan mereka terhenti saat seorang pengunjung datang. Yerin langsung berdiri dan menghampiri pengunjung tersebut untuk melayaninya. Aida bangun dari kursinya lalu berjalan masuk ke ruangan kantornya yang ada berada di lantai dua. Ia menaruh kertas laporan itu di mejanya, mendaratkan bokongnya di kursi belakang meja kerjanya yang lumayan empuk. Aida menepuk-nepuk pipinya, "Ayoo kerja!" *** Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, Aida membereskan kertas-kertas yang ada di hadapannya. Ketukan halus di pintu terdengar di telinga Aida, wajah Yerin muncul menyembul dari balik pintu ruangannya. "Hei, mau pulang bareng? Mungkin kita bisa makan malam dulu?" kata Yerin sambil berdiri di ambang pintu. "Boleh, kau tunggu saja di depan. Nanti Aku susul secepatnya." Yerin mengangguk lalu menutup pintu ruangan tersebut. Ia mengecek tas tangannya sekali lagi dan begitu yakin tidak ada yang tertinggal, Aida menyambar kunci yang tergeletak di atas meja kerjanya, bergegas keluar ruangan kerjanya. Mematikan seluruh lampu lalu mengambil kunci pintu butik yang tergantung di belakang tempat kasir. Begitu bunyi pintu yang terkunci terdengar, Aida langsung berjalan mendekati Yerin yang sudah menunggu di sebelah mobilnya. "Karyawan macam apa kau membiarkan atasanmu yang mengunci toko?" Yerin mendengus kecil, "Maaf nona, jam kerja ku sudah selesai 20 menit yang lalu." Aida terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, berjalan santai ke mobilnya yang di ikuti Yerin. Aida langsung masuk ke dalam mobil dan menstarternya, "Jadi? Kita mau makan dimana? Aku sedang ingin makan ayam." katanya tanpa melihat wajah Yerin. "Kalau begitu kita makan di Kkanbu Fried chiken* aja." Aida mengangguk lalu melajukan mobilnya. Ia menyalakan radio untuk menemani mereka agar tidak terlalu sepi. Yerin menghembuskan nafas bosan saat Aida memutar lagu 3Nite, "Aku tahu Alex suami mu. Tapi apa tidak ada lagu lain? Setiap pergi dengan mu hanya lagu mereka yang terdengar." Aida tertawa, "Maaf, maaf. Yah hitung-hitung mendukung suami kan?" Di tengah obrolan mereka, ponsel Aida berdering nyaring melantunkan lagu BTS 'No'. Aida memasang earphone bluetooth di telinganya lalu menggeser tombol hijau pada layar ponselnya tanpa melihat nama yang tertera di sana. "yeoboseyo?" "Ya! Kenapa mengangkat panggilannya lama sekali?" tanya pria di seberang sana. Aida mengerutkan keningnya, "Maaf ini siapa ya?" Pria itu mendengus tidak percaya, "Kau lupa suara suami mu sendiri?" Aida kaget dan langsung mengambil ponselnya dan melihat layar ponsel yang tertera foto dan nama suaminya di sana. Aida terkekeh kecil, "Maaf, maaaaf. Aku tidak lihat tadi. Hehehe...," Ye-Jun mendengus kasar, "Memang kau sedang dimana? Bukankah seharusnya jam kerjamu sudah lewat sejak sejam lalu?" "Sejak kapan kau tahu jadwal kerja ku?" "Ya! Aku suami mu tentu saja aku tahu. Sudahlah jawab saja pertanyaan ku." katanya kesal. Aida mendengus kecil sambil mengerucutkan mulutnya tanda Ia mulai kesal. "Tadi ada hal yang harus aku kerjakan. Makanya pulang agak telat. Kau sendiri? Tumben hubungi ku duluan? Ada apa? Kau sudah makan?" "Memang tidak boleh suami menghubungi istri? Kami baru selesai makan. Kau sendiri?" Sudut bibir Aida tertarik keatas membuat senyuman kecil mendengar Ye-Jun bertanya seperti itu. Buat pasangan yang lain pertanyaan 'sudah makan?' mungkin hal bisa tapi buat Aida yang memiliki suami seperti Ye-Jun adalah hal yang luar biasa. Pasalnya Ye-Jun itu selalu bersikap tidak jelas padanya. Kadang satu hari ia bisa begitu baik dan perhatian padanya tapi di lain hari pria itu akan kembali menjadi Ye-Jun yang menyebalkan. "Aku sedang di jalan cari makan dengan Yerin." Ye-Jun mengangguk mendengar jawaban Aida, "Ya sudah aku tutup dulu sambungannya. Hati-hati. Ingat, jangan terlalu ngebut berkendara." katanya memperingati yang di angguki Aida. "Nee, gomawo Ye-Jun oppa. Suami ku tercinta" katanya sambil terkekeh geli. "Dasar wanita aneh." "Ya! Kau-" belum sempat Aida membalas perkataannya, Ye-Jun sudah menutup sambungannya yang membuat Aida sedikit kesal. "Awas saja kau! Aku akan buat seorang Alex tergila-gila pada Aida ini!" katanya semangat membara, membuat Yerin yang sedari tadi mendengar percakapan temannya dengan suaminya itu tertawa keras. Ia menepuk-nepuk pundak wanita di sebelahnya itu, "Jika kau butuh bantuan. Aku siap. Tapi untuk sekarang kita isi perut dulu." Aida mengerucutkan bibirnya gemas. Awas saja kau Kim Ye-Jun!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD