HEARTBEAT. Shuuya terbaring di tempat tidur tak sadarkan diri. Akihara berdiri di hadapan dokter yang memeriksa Shuuya. “Ia hanya kelelahan. Sebentar lagi akan sadar.” Ucapan dokter tak menenangkan hatinya. “Boleh saya membawanya pulang?” “Tapi keadaannya…?” “Saya bukan keluarganya.” Raut Akihara cemas. Apa yang harus ia katakan? “Maksud saya, saya pikir keluarganya pasti cemas dan saya tak bisa menghubungi mereka.” Bersamaan dengan itu Akihara mendapati kunci mobil yang menyembul keluar dari kantong celana Shuuya. “Dia bawa mobil,” tunjuknya. “Saya akan mengantarnya pulang.” Dokter bertampang ramah itu tersenyum. “Ia pasti beruntung memiliki teman seperti dirimu.” Akihara menundukkan kepalanya. Wajahnya tampak semburat memerah. Beberapa saat kemudian mobil Shuuya telah berhenti di