Zidan duduk di sofa, menatap Maya yang sedang berdiri di dekat jendela dengan tatapan yang penuh keraguan. Maya tampak cemberut, bibirnya terkatup rapat, dan ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang marah. Zidan tahu, ini adalah akibat dari kejadian dua hari yang lalu. Ia baru saja selesai menjalani pertemuan bisnis dengan Liona, rekan bisnisnya yang dikenal cukup profesional dan ambisius. Namun, Maya—seperti biasanya, terlalu cepat merasa cemburu. Zidan menghela napas, menatap Maya yang masih memunggungi dirinya. Ia sudah berusaha menjelaskan bahwa tidak ada yang terjadi di antara dia dan Liona, bahwa pertemuan itu murni urusan pekerjaan. Tapi tampaknya penjelasan itu tidak cukup meyakinkan Maya. Zidan sangat mengerti mengapa Maya merasa begitu, namun ia juga merasa frustrasi karena tida