"Gue sungguh nggak ngira lo dengan percaya dirinya memporak-porandakan perusahaan ini menggunakan bantuan dari ayah lo. Nggak malu memperoleh sesuatu bukan karena usaha lo sendiri?" Tanya Kiana sinis. Tapi Jelita justru tersenyum manis sambil merapihkan lipstik yang baru saja dia pakaikan di bibirnya. Saat ini mereka ada di toilet wanita, dan hanya ada mereka berdua saja. "Kenapa Kiana? lo menginginkannya juga? Seorang Ayah yang bisa menggendong lo dalam melakukan sesuatu?" Tanya Jelita tanpa menoleh. Wanita itu melanjutkan perbaikan riasannya dan tidak terlihat terganggu sedikitpun dengan ucapan Kiana. "Lo nggak malu Ta?" "Kenapa gue harus malu sih Ki, kecuali gue ngemis, sementara gue punya duit. Baru gue akan malu." Jelita terkekeh. Karena wanita itu terlihat sangat tenang, Kiana jad