Amira terduduk di atas kasur kamar milik Sinta, sahabatnya. Wanita itu memeluk bantal sambil mengusap air mata yang tak kunjung berhenti. Rasa cemas, cemburu, dan takut bercampur menjadi satu. Di sampingnya, Sinta duduk bersila sambil memandang sahabatnya itu dengan ekspresi lelah. “Sinta, menurutmu… kalau Abi nikah lagi, dia bakal sayang nggak sama gue? Apa dia juga manjain istri barunya, sama kayak dia manjain gue ya?” gumam Amira pelan, matanya berkaca-kaca. Sinta mendesah. “Emang, udah fix suami kamu mau nambah istri lagi? Kan kamu belum nanya langsung ke dia, Mir?” Amira menggeleng, lalu mengangkat bahu. “Kata Mbak Salma sama Mbak Intan sih gitu. Mereka bilang, kayaknya Abi mau nikah lagi. Soalnya Abi udah nggak sering pulang, terus lebih fokus kerja akhir-akhir ini.” Sinta menaik