Mobil putih yang membawa Amira perlahan memasuki gerbang pesantren Al-Muyyiz. Udara di sini terasa berbeda — lebih sejuk, lebih tenang, dan entah kenapa membuat hati Amira makin resah. Amira menggenggam jemarinya sendiri, menahan kegelisahan. Matanya melirik ke arah Ummi Maemunah yang duduk di sebelahnya, masih dengan wajah teduh dan senyuman tipis. "Ummi," panggil Amira pelan. "Kenapa Mira dibawa ke pesantren? Apa... apa Mira bikin salah?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirnya, diiringi tatapan mata yang sedikit berkaca-kaca. Ia ingat jelas, dulu Dini pernah dikirim ke pesantren setelah berbuat kesalahan besar. Apa kini giliran dirinya? Ummi Maemunah tersenyum lembut. Ia mengelus punggung tangan Amira dengan penuh kasih sayang. "Tidak, Sayang. Kamu tidak berbuat salah apa