Sampai Hatiku Pulih

1142 Words

Tiga hari setelah kembali dari Tawangmangu, Gyan duduk sendirian di teras apartemennya. Jakarta seperti tak pernah berubah—ramai, bising, dan tak pernah memberi ruang untuk bernapas tenang. Tapi pikirannya masih tertinggal di udara dingin pegunungan, di antara aroma kayu bakar dan tawa bayi yang ia rindukan. Ia tahu, tak bisa terus berdiam. Ada yang harus ia dengar, dan ada yang harus ia perbaiki—jika bukan untuk kembali, setidaknya untuk memberi penjelasan. Maka sore itu, ia menghubungi Sarah. *** Sarah datang dengan wajah ragu. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil di Kebayoran. Duduk di pojok, agak tersembunyi. Tempat yang pernah mereka datangi bertiga—saat Norika masih tersenyum, saat hidup belum dibelah oleh luka yang sunyi. “Terima kasih sudah mau ketemu,” kata Gyan pelan. Sarah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD