Setelah Lahir, Sebelum Pulih

1283 Words

Beberapa bulan berlalu sejak percakapan terakhir mereka di teras itu. Percakapan yang membuka luka, tapi tak serta merta menyembuhkannya. Hubungan mereka tetap seperti malam mendung yang enggan hujan—penuh beban, tapi tak kunjung reda. Gyan tetap datang setiap hari. Menemani kontrol kandungan, menyiapkan makanan, mengusap perut Norika sebelum tidur, dan merekam dongeng-dongeng kecil yang katanya akan ia putar saat anak mereka lahir. Norika tetap diam. Tidak menjauh, tapi juga tidak mendekat. Ia seperti tinggal dalam rumah tanpa pintu, hanya jendela—terbuka sebagian, tapi tak pernah bisa dimasuki utuh. Dan sekarang, usia kehamilannya memasuki minggu ke-39. *** Pagi itu, Norika terbangun dengan rasa nyeri yang menusuk di punggung bagian bawah. Rasa itu tak biasa. Ia meremas bantal dan m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD