Hari sidang itu datang… lalu pergi begitu saja. Tanpa Norika. Tanpa Gyan. Tanpa siapa pun yang memperjuangkan perceraian yang dulu nyaris pasti. Tak ada pencabutan gugatan. Tapi juga tak ada keputusan pengadilan. Semua mandek di udara, seperti baju-baju yang tergantung di tali jemuran saat hujan turun—dibiarkan menggantung, lembap, dan lupa diangkat. Gyan tidak pernah bertanya kenapa sidang itu tak berlanjut. Ia terlalu sibuk berharap. Terlalu percaya bahwa diamnya Norika adalah bentuk pengampunan yang lembut. Norika pun tidak merasa perlu menjelaskan. Ia hanya tahu satu hal: bahwa luka itu belum sembuh. Dan bahwa perutnya semakin membesar, detak jantung lain tumbuh dalam tubuhnya, menguat setiap harinya. Dan untuk saat ini, itu saja yang ia ingin jaga. *** Malam itu hujan turun ge