Setelah Pulang

1663 Words

Pagi Tawangmangu dibalut kabut tipis. Embun menempel di kaca jendela kamar, dan suara air dari sungai kecil di belakang rumah menyatu dengan napas yang teratur dari dua tubuh yang saling menyatu di balik selimut tebal. Gyan membelai tengkuk Norika dengan lembut. Rambutnya yang harum, kulit hangatnya, semuanya seperti rumah yang selama ini ia rindukan. Tubuh mereka masih basah oleh peluh cinta yang baru saja mereka rayakan. Norika memejamkan mata, tubuhnya setengah di atas d**a Gyan. Jemari mereka saling bertaut, pelan-pelan. “Kamu tahu…” bisik Gyan, “setiap kali aku menyentuhmu, rasanya seperti pertama kali.” Norika tersenyum kecil, menyusupkan wajahnya ke leher Gyan. “Tapi kamu lebih pelan sekarang… lebih sabar.” “Karena aku ingin mengingat semuanya,” bisik Gyan, mencium pelipisnya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD