Ruangan rawat inap itu senyap. Hanya suara detak mesin pemantau dan dengung pendingin ruangan yang menemani malam. Aster telah tertidur di ranjang kecilnya, pipinya yang sempat memerah kini mulai kembali ke warna alami. Infus menempel di tangan mungilnya, dan selimut tipis menyelimuti tubuh kecil itu. Norika duduk di kursi di samping ranjang, punggungnya condong ke depan, menatap anaknya dengan mata lelah namun penuh cinta. Ia tak sadar ketika pintu kamar terbuka pelan. "Nor," suara itu lembut dan akrab. Ezra. Norika menoleh, sedikit terkejut namun segera tersenyum tipis. "Ezra... kamu belum pulang?" Ezra masuk dan menutup pintu perlahan di belakangnya. Ia masih mengenakan jas dokter, wajahnya sedikit letih namun tetap menyimpan ketenangan khas yang membuat Norika selalu merasa nyaman.