“Jadi, dijemput siapa?” tanya Sarah ketika menyusul Norika turun ke lobby usai menyelesaikan pekerjaannya. Norika masih berdiri di lobby kantor sambil menenteng tas-nya, “lo lihat aja nanti.” “Dih, sombong banget.” Sarah tertawa. “Kalau jadi lo sih gue juga susah milih. Dideket Pak Gyan yang dari dulu lo suka, tapi Pak Gyan deket lagi sama Mba Railyn. Deket sama Ezra yang dokter, tapi jelas Ezra engga sekaya Pak Gyan.” Norika hanya meliriknya, “yang penting baik.” Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan hitam memasuki pintu masuk kantor yang terhubung ke lobby. Sarah hanya tersenyum, dia sudah tahu betul itu mobil siapa. Hingga seorang pria tampan berkacamata itu turun dari mobilnya dan berlari kecil menghampiri mereka berdua. “Hai!” Sapanya dengan ramah. “Hai,” Norika tersenyum dan