bc

RAMACITRA

book_age16+
6.1K
FOLLOW
34.8K
READ
possessive
family
fated
dominant
goodgirl
inspirational
drama
sweet
bxg
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Dipublikasikan sejak : 08 April 2021

______________________

“Fara Citra Imarta, benar kamu yang melamar sebagai sekretaris di kantor saya?”

“Iya, Pak Rama. Benar sekali.”

“Selamat kamu diterima sebagai calon istri saya.”

“Apa!?”

Begitulah nasib yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan seorang Citra sebelumnya. Ia tak pernah menyangka bila lamaran pekerjaan yang ia kirimkan kapan hari kini mendapatkan jawaban di luar dugaan. Menjadi calon istri lelaki yang baru saja ia jumpai? Yang benar saja!

Bagi Citra, Rama Wisena merupakan bos gila yang dapat dengan cepat ia nilai di hari pertama masuk bekerja!

Sebenarnya apa yang mendasari kegilaan Rama? Lalu, apa tindakan yang dilakukan Citra selanjutnya? Saksikan kelengkapan ceritanya..

_________

Cover by leonidas_design69

chap-preview
Free preview
1. Kehidupan Citra
Mendapatkan penghargaan karena menjadi lulusan terbaik meski pada urutan kedua, Fara Citra Imarta merasa sangat bahagia dan menjadi orang yang sangat beruntung. Jika beberapa tahun yang lalu orang-orang memandangnya sebelah mata karena tidak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kini berita tentang dirinya dinyatakan menjadi lulusan terbaik pun berhasil membungkam bibir orang-orang yang pernah menyepelekannya. Citra berhasil membuat kedua orang tuanya menangis haru di dalam panggilan suara. Ya, karena keterbatasan waktu dan juga biaya mereka tak bisa mendampingi sang putri pada hari wisudanya di kota tempat kampusnya berada. Tapi tak mengapa, bagi Citra cukup do’a kedua orang tuanya-lah yang sampai dan memeluknya erat. “Selamat atas pencapaian luar biasa kamu, Citra. Ibu sebagai dosen kamu merasa bangga. Ini yang namanya buah dari perjuangan pahit yang telah kamu lalui. Selamat ya sekali lagi,” ucap Bu Nana yang merupakan dosen di kampus Citra. Beliau terkenal dengan julukan dosen tepat waktu, tegas dan tak jarang juga begitu galak. Tetapi pada Citra segala sikap tegasnya luntur karena beliau tak perlu membuat mahasiswa cerdas ini jera. Citra mahasiswa yang tak pernah mengecewakannya, wajar bila Bu Nana kerap memanjakannya. “Terima kasih, Bu Nana. Citra menjadi yang sekarang ini juga atas kegigihan Bu Nana yang selalu sabar membimbing Citra.” Di depan aula itu kedua tangan wanita itu saling berjabatan. Sebelum berpisah dengan Citra, Bu Nana sempat memberikan selebaran yang berisi lowongan pekerjaan sebuah kantor. “Mungkin kamu berminat melamar menjadi sekretaris bos Citra..” ujarnya dengan menunjukkan senyum lebar, menepuk lengan kanan Citra dan berlalu. Masih mematung di tempatnya berdiri, Citra mengangkat selebaran kertas tentang lowongan pekerjaan di sebuah kantor itu. Di depan sana, dengan di temani terik matahari ia mengeriyipkan matanya. “Apa aku mampu masuk dan menjadi sekretaris bos?” Pukk! “Kamu mau ngelamar kerja di sana, Cit?” Tepukan di pundaknya ternyata berasal dari tangan mungil Asya—teman satu kelas yang cukup dekat dengannya. Citra hanya menaik-turunkan kedua bahunya sendiri. Ia bingung hendak menjawabi pertanyaan Asya dengan jawaban apa. Citra ingin melamar ke sana, tapi ia merasa kurang percaya diri. Apakah dirinya nanti mampu dan kompeten di bidang tersebut? Sekretaris Bos? Tak pernah sama sekali terpikirkan selama ia hidup dan menjalani hari-hari sulit di kampus. “Coba, Cit. Siapa tahu kamu beruntung..” nasihat Asya dengan tersenyum tulus pada Citra. “Aku pikir-pikir dulu deh, Sya. Yuk! Mau balik ke kos sekarang?” Asya pun mengangguki pertanyaan sekaligus ajakan Citra padanya. Mengingat hari begitu terik siang ini, dan riasan makeup wisuda ini begitu mengganggu. Selama ini mereka hanya berwajah polos tatkala berangkat ke kampus, lalu tiba-tiba diminta untuk berdandan. Sangat berbeda dari biasanya. Meskipun mereka berdua akui, dengan berdandan setidaknya kecantikan mereka terlihat. Sedari tadi pun banyak pasang mata para teman lelaki di kampusnya yang baru menyadari kecantikan tersembunyi gadis tersebut. Sampai di kos, mereka berpisah karena letak kamar yang bersebelahan. Di dalam kamar kosnya sendiri, Citra menghapus makeup wisudanya menggunakan toner. Setelahnya ia baru bergegas menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya dengan air. Tak peduli di siang bolong seperti ini mandi, Citra merasa sangat kegerahan karena kebaya yang dikenakannya selama wisuda tadi. Jika biasanya malam hari Citra gunakan untuk bekerja di sebuah kafe tempat menongkrong muda-mudi. Tidak dengan malam ini, dikarenakan Citra meminta izin untuk istirahat. Disela-selanya beristirahat, Citra yang tengah berbaring di kasur dengan menatap atap kamar kosnya ini tiba-tiba teringat dengan brosur lowongan pekerjaan yang sempat membuatnya berpikir ulang tadi. “Apa aku coba saja ya? Siapa tahu memang disana rejekiku?” Ia kemudian terbangun dari posisi tidurannya. Lalu, mulai membaca tiap poin persyaratan yang perlu dipenuhinya sebelum melamar menjadi seorang sekertaris pribadi bos di sebuah perusahaan ternama tersebut. Malam ini, Citra telah bertekad. Dan, tekadnya adalah melamar menjadi seorang sekretaris. Selama ini ia tak pernah sama sekali berandai-andai untuk menjadi sekretaris seorang bos. Tetapi, demi membantu sang bapak yang menghidupi keluarga kecilnya di kampung. Citra merelakan dirinya untuk bekerja keras guna membantu keluarganya. Syukur-syukur nantinya Citra bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya dengan memperbaiki sisi ekonomi keluarganya di kampung. Baru saja usai menata segala dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melamar, hingga mempersiapkan pakaian hitam putih bila nantinya ia diminta untuk datang dan melakukan interview kerja. Citra sungguh menggantungkan mimpinya di sana. Sebelum melakukan semua ini pun Citra sudah sempat mencari tahu tentang perusahaan yang hendak dilamarnya tersebut. Dan, ternyata…gaji yang fantastis dan juga mendapatkan gelar perusahaan ternama, membuat perusahaan tersebut menjadi tujuan utama para pelamar kerja. “Hmm..biar pun pesaingku banyak nantinya. Tetapi, demi bapak dan ibu di kampung, aku harus berjuang. Semoga kamu berjodoh denganku..” kata Citra mencoba memupuk optimisnya. Jemarinya menyentak-nyentak kecil kertas brosur lowongan pekerjaan yang desainnya sangat menarik dan apik itu. Tak heran mereka mendapatkan gelar perusahaan ternama. Dari hal-hal kecil seperti brosur lowongan pekerjaan ini saja sangat diperhatikan. Berbicara mengenai perusahaan ternama. Sebenarnya, kekasih Citra juga telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang cukup sukses dan kerap menjadi buah bibir pada khalayak. Hendak melamar ke sana pun Citra sepertinya akan berpikir dua kali. Karena ia tak mungkin bisa bekerja di bawah pimpinan pacarnya sendiri. Akan ada banyak resiko yang bisa saja membuat citra sang kekasih buruk. Maka dari itu, selama ini Citra tak pernah berangan untuk bisa bekerja di perusahaan kekasihnya. Walau jalan menuju ke sana mungkin saja sangat mulus. Mengingat Citra sendiri juga mempunyai kemampuan yang tidak bisa diragukan, pun juga koneksi—kekasih. Tok..tok..tok.. “Cit!?” “Iya!! Sebentar..” “Ada Valerian tuh! Buruan keluar,” teriak Asya yang benar-benar sukses membuat Citra tak enak hati kepada para tetangga kosnya. Selalu saja.. kehadiran Valerian Atma Purnama—kekasihnya, menimbulkan kehebohan. Lucu juga, baru saja Citra memikirkan sang kekasih. Sudah menunjukkan batang hidungnya saja pria super sibuk itu. Satu hal yang selama ini membuat Citra selalu kuat dan bersemangat untuk menjalani hari-harinya adalah sosok Valerian, yang telah tiga tahun menjadi kekasihnya. Valerian yang sudah menjadi pengusaha sukses diusianya yang masih muda, membuat Citra semakin mencintai Valerian. Meskipun berasal dari keluarga yang kaya dan sudah pasti berkecukupan, Valerian tak lantas tumbuh menjadi pria yang manja. Ia justru menunjukkan pada dunia bahwasannya dirinya bisa mendirikan perusahaan sendiri terlepas dari perusahaan yang sudah dimiliki oleh papanya. “Hai..” sapa Valerian yang kemudian berjalan di depan Citra. Selalu saja seperti itu. Valerian tak pernah suka menjadi perhatian penghuni kos-kosan Citra. Maka dari itu, Valerian kerap memberikan pilihan untuk berduaan di tempat lain. Yang pastinya tidak akan menjadi pusat perhatian penghuni kos-an Citra. Angkringan Dan, disinilah mereka berdua malam ini. Menghabiskan waktu di sebuah angkringan sederhana yang terletak tidak jauh dari kos Citra. Memesan dua gelas teh manis dan juga nasi kucing. Sedari tadi Citra hanya memperhatikan sang kekasih yang sudah berhasil menghabiskan dua bungkus nasi kucing. “Kamu lapar banget, Sayang?” “Iya. Capek banget, Yang. Kerja seharian..” “Bukannya pulang..” lirih Citra yang sebenarnya ingin menunjukkan perhatian lebihnya terhadap sang kekasih. Sesederhana itu menjadi kekasih seorang pengusaha sukses. Dimana pun tempat berpacaran, asalkan tempat yang ‘sehat’. Maka Citra akan mau-mau saja. Ia sama sekali tidak pernah malu diajak makan di angkringan seperti ini. Valerian pun juga.. tetap menjadi pribadi yang rendah hati. Tak pernah lupa dengan tempat yang dahulu sering menjadi tempat keduanya berpacaran sebelum Valerian menjadi sesukses yang sekarang ini, termasuk angkringan ini. “Oh, ya. Selamat atas wisuda kamu, Sayang. Maafin aku yang nggak bisa hadir, ya..kamu tahu sendiri ‘kan Mr. Super Sibuk ini? Aku bangga dengan prestasimu. Nggak sia-sia aku kenalin kamu ke pegawai-pegawaiku.” “Astaga! Jangan bahas itu lagi. Malu tau!” Pernah suatu ketika, Valerian dengan nekad membawa Citra ke kantornya. Dengan terang-terangan Valerian mengumpulkan para pegawai kantornya untuk mengenalkan Citra pada mereka semua. Dan, mereka semua tampak senang dengan sosok Citra. Tak hanya cantik dan mandiri. Tetapi Citra juga sangat pandai dan memiliki banyak prestasi. “Kamu mau hadiah apa dari aku?” tanya Valerian usai mencuci tangan, setelah selesai mengeksekusi tiga bungkus nasi kucing. Kini jas hitam lelaki itu sudah terlepas. Mungkin karena cuci tangan tadi. Citra langsung meraih jas sang kekasih untuk dibawanya. Ia kemudian menggeleng. “Aku nggak mau hadiah apa-apa. Aku mau kita seperti ini untuk seterusnya. Dan, aku mau kamu selalu bahagia, Sayang.” Dengan ekspresi geli Valerian berkata, “Kamu yakin mau pacaran sama aku seterusnya?” “Iya. Kenapa? Kamu nggak mau?” Valerian menggeleng. Hal tersebut lantas membuat Citra bersedih. “Kenapa?” “Aku nggak mau pacaran terus sama kamu. Kalau bisa tahun depan atau dua tahun lagi kita menikah. Titik.” Setelahnya kedua orang sepasang kekasih itu sama-sama terkekeh. Citra memberikan sebuah cubitan mautnya pada lengan kekar Valerian. Bisa-bisanya sang kekasih mengerjai dirinya hingga rasanya hendak memakan hidup-hidup lelaki itu. Canda, tawa dan segala rasa bahagia hanya mereka rasakan tatkala berdua saja. Berbeda ketika keduanya disandingkan dengan mama tiri dan juga adik kandung Valerian..maka rasanya batin Citra selalu berteriak enggan Valerian memiliki keluarga yang diam-diam selalu mengharapkan kehancuran dari bisnis kekasihnya itu. Ya, selama ini Citra memang sudah tidak heran bila dirinya tidak pernah disukai oleh mama tiri dan juga adik kandung Valerian sendiri. Sejak dahulu memang sang mama tiri tidak menyukai Valerian mendirikan usaha sendiri. Wanita itu hanya ingin Valerian meneruskan usaha sang papa. Sementara, adik kandung Valerian yang tak menyukai Citra dikarenakan Citra dianggap hanya memanfaatkan Valerian demi kepentingan pribadinya saja. Sang mama tiri pun juga beranggapan demikian. Ia tak peduli meski Valerian kerap memuji-muji tentang Citra yang mandiri dan pandai itu, bagi sang mama tetap saja selama menempel pada Valerian, Citra dianggap sebagai lintah pengganggu di dalam kehidupan sang putra. Padahal selama ini Citra tidak pernah meminta-minta entah itu barang atau pun uang sekali pun pada kekasihnya. Diberi pun kadang kala Citra menolaknya dengan alasan ia mampu membiayai kehidupannya di kota orang ini.     ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook