Citra berusaha melupakan segala hal yang terjadi di lantai tiga puluh kemarin. Termasuk kesucian bibirnya yang telah direnggut paksa oleh Rama. Citra mencoba berpikiran jernih tentang pria itu. Mungkin salah Citra juga yang terbawa suasana. Lagipula, tangan siapa yang mulai nakal bergerilya di d**a Rama? Tangan Citra! Hal itulah yang mungkin saja kemudian memicu nafsu seorang pria terhadap wanita di dekatnya. Hahh..bila mengingat hal yang terjadi semalam, Citra rasanya ingin mencuci terus-terusan bibirnya. Ia benar-benar bodoh! Tapi kali ini bukanlah salah keadaan! Tetapi salahnya sendiri yang memancing macan tidur. “Citra, antar berkas ini ke ruang Pak Rama. Sekaligus minta beliau memeriksanya, lalu menandatanganinya. Seperti biasanya..” titah Hana masih dengan fokus ke layar laptop di

