Suara gesekan roda kursi itu terdengar pelan di lantai. Kaisar mendorong perlahan kursi roda tempat Dias duduk, matanya tak lepas dari sosok lelaki yang berdiri di ruang tamu. Lelaki itu mengenakan kemeja putih yang lengan ya digulung sampai siku. Udara siang itu cukup panas. Tirai krem di ruang tamu membiarkan cahaya matahari masuk dengan lembut, menyinari vas bunga di meja tengah. Namun suasana batin yang melingkupi ruangan itu jauh dari kata hangat. Ada hawa canggung yang begitu tebal, membuat setiap tarikan napas seperti harus melewati saringan yang rapat. Ibunya Dias berdiri di sisi lelaki itu. Wajahnya tersenyum tipis, berusaha mencairkan suasana. “Dias,” ucapnya pelan namun jelas, “kenalkan, beliau adalah Pak Derian. Bos dari mobil boks yang telah… menabrak kalian.” Kata menabr