“Hei, dokter kesayangan… wake up!” bisikan itu disusul dengan usapan-usapan provokatif yang mengusik kenyamanan Lea. Berulang kali, ia bergerak memunggungi, justru merasakan tubuh itu kembali merapat. Hawa dingin menyentuh perut Lea. Karena Hamish menyingkap ujung baju tidurnya. “Hamish, jangan ganggu aku!” Lea mengeluh masih dengan mata tertutup. Hamish terkekeh, kian gencar mengganggu. “Kamu tidak mau bangun?” “Lima menit lagi,” “Biasanya kamu lebih dulu bangun pagi,” Hamish jadi tiada tega mengganggunya, “sayang…” Lea kian menyusupkan wajah ke bantalnya. Hamish bergerak bangun, masih menatapnya. Tangan ia menurunkan kembali baju Lea dan menaikkan selimut. Tidak tega mengusik istrinya. Setelah banyak hal yang terjadi, Lea memang butuh istirahat yang cukup. “Bukannya kamu seman