38. Tim Sekutu

1512 Words

Davit menghentikan mobilnya tepat di rumah mamanya. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Setelah terciduk di parkiran pasar malam, bukannya segera pulang, Davit malah mengajak Lintang berputar-putar. Hingga tengah malam baru sampai di rumah mamanya. “Pak, itu papa ngapain malam-malam masih bawa sapu?” tanya Lintang menunjuk mertuanya yang sedang menyapu teras. “Hawa-hawanya tanda babak belur sudah dekat,” cicit Davit menyugar rambutnya dengan pelan. Lintang menatap suaminya yang kini wajahnya kembali pucat. “Pak, ada apa?” tanya Lintang. Davit menarik tangan Lintang dengan erat. “Lintang, kali ini suamimu akan terjun ke medan terang. Bila nanti dalam pertempuran aku gugur, ingatlah kalau aku tetap mencintaimu,” ucap Davit dengan mendramatisir keadaan. Davit menatap Lintang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD