02. Mine

1261 Words
"Rea, lo tau nggak, katanya hari ini ada murid baru lho," ujar Lily menatap Adreanne yang sedang sibuk membaca sebuah novel yang Lily yakini adalah novel Fantasi. "Rea!!" panggil Lily dengan suara sedikit keras. Cewek itu kesal pada Adreanne yang tidak membalas ucapannya. Adreanne menatap malas Lily. "Apa sih, Lily?" "Gue tadi kan udah ngomong! Hari ini ada murid baru!" tukas Lily, sarkas. Adreanne mengangkat alisnya. "Ya terus? Kalau ada anak baru emangnya kamu mau ngapain?" Lily berdecak. "Murid barunya katanya cowok lho, kali aja bisa dijadiin pacar," ucap Lily asal. Adreanne menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Lily sebentar. "Dasar!" Lily mencebikkan bibirnya. "Awas aja lo ya!" Kringg... kringg... kringg... Bel masuk telah berbunyi, seluruh siswa-siswi pun masuk ke kelas masing-masing. "Pagi anak-anak." "Pagi, Bu," sahut semua murid kelas XI IPA 2 serempak. Mata mereka semua mengarah ke depan, bukan ke Bu Yanti. Tapi mata mereka mengarah ke cowok yang berdiri tepat di samping Bu Yanti. "Ada murid baru ya, Bu?" celetuk salah satu murid laki-laki bernama Fadlan. "Wah ganteng banget, gilaa!" seru Siska, cewek paling centil di kelas itu. "Udah, diam semua. Sekarang kalian mendapatkan teman baru, tapi kenalan nya nanti saja. Karena saya mau ngejar materi yang tertinggal. Dan kamu boleh duduk di sana," ujar Bu Yanti, sambil menunjuk ke arah kursi kosong yang ada di barisan kedua dan tepat di samping meja dan tempat duduk Adreanne. Mata Adreanne menatap murid baru dengan kaget, dan cewek itu juga melihat murid baru itu yang berjalan menuju ruang kursi di sebelah kirinya. Lily menyikut lengan Adreanne. "Tadi sok-sok nggak tertarik, eh sekarang malah diliatin, jangan lupa ngedip tuh mata!" celetuk Lily. Adreanne menoleh menatap Lily yang berada di sisi kanannya, "Bisa diam nggak kamu?" Lily mencibir, kemudian ia tak banyak bicara karena matanya fokus ke depan di mana Bu Yanti sedang menerangkan pelajaran. Selama jam pelajaran Bu Yanti, Adreanne tidak bisa fokus sama sekali karena si murid baru terus memperhatikan nya. Sama seperti kemarin. Ya, murid baru itu adalah cowok yang menatap Adreanne saat di minimarket dan cowok yang ada di mimpinya tadi malam. Adreanne sedikit cemas, apa gerangan yang membuat cowok itu terus melihat nya? Apakah ada sesuatu yang aneh di wajahnya? "Lo kenapa sih? Kayak nggak tenang gitu dari tadi," bisik Lily, sesekali matanya melirik Adreanne yang gelisah. Adreanne menoleh. "Nggak apa-apa." Lily mengangkat bahu nya dan kembali menyimak materi yang di terangkan bu Yanti di depan. Adreanne mencoba untuk mengabaikan murid baru itu dan mencoba fokus pada pelajaran. Tapi selama satu jam setengah ini, hanya sedikit materi yang masuk ke otak Adreanne, karena ia tidak fokus sama sekali. Jam istirahat telah berbunyi, dan kelas pun sudah mulai sepi karena semua murid memilih pergi ke kantin untuk makan. "Yuk ke kantin!" Lily berseru sambil merapikan buku-bukunya. Adreanne menggeleng. "Aku mau ke toilet dulu, kamu duluan aja." Lily mengangguk dan meninggalkan Adreanne. Adreanne terdiam saat menyadari di kelas itu hanya ada dia dan si murid baru. Adreanne akhirnya berjalan cepat meninggalkan kelas menuju toilet. Adreanne ke toilet hanya ingin membasuh tangan dan wajahnya, dan setelah itu ia keluar dari toilet. Mata Adreanne membola saat melihat ada murid baru menunggu dengan tangan yang terlipat dan bersandar pada tembok. "Nama kamu siapa?" tanya cowok itu dengan senyum yang tampak memikat, tapi Adreanne tidak mempedulikan hal itu. Alis Adreanne terangkat. "Kenapa?" tanyanya balik. Cowok itu berdecak dan mendengus. "Jawab aja!" "Adreanne Zenneolla." Adreanne membalas, menyebutkan nama lengkapnya. Cowok itu menyeringai. "Now, you're mine." Setelah mengatakan itu cowok yang tidak Adreanne ketahui namanya itu berlalu pergi meninggalkan Adreanne yang terpaku diam dengan alis terangkat. Itu orang kenapa si? Aneh banget! Adreanne mengangkat bahunya kemudian ia pergi menuju kantin menyusul Lily. Sesampainya di kantin, mata Adreanne menyapu ke seluruh ruangan kantin. Mata Adreanne berhenti tepat pada Lily yang sedang melambai ke arah nya. Adreanne memesan makanannya dan kemudian berjalan ke tempat Lily. "Lama banget lo, makanan gue udah hampir habis lo baru dateng," ujar Lily. "Yang penting aku udah di sini," balas Adreanne cuek sambil memainkan ponsel. Lily tersentak seperti mengingat sesuatu. "Ah iya, gue dengar dari Siska nama murid baru itu Edzard," ujar Lily, memberitahu. Adreanne mengalihkan pandangannya dari layar ponsel menatap Lily. Cewek itu jadi teringat kejadian beberapa menit yang lalu, di depan toilet. Dan kata-kata Edzard tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Now, you're mine. "Woy! Rea! Ree!" panggil Lily beberapa kali, cewek itu bahkan melambai kan tangannya di depan wajah Adreanne yang tengah melamun. Adreanne tersentak. "Ah iya, kenapa?" "Ngelamunin apa sih lo? Hati-hati ntar lo kesambet setan," ujar Lily. Pesanan Adreanne pun datang dan seketika membuat mata cewek itu berbinar menatap semangkuk makanan kesukaannya. Seblak. Memang Adreanne memesan Seblak pedas karena sejak kecil tadi pagi ia ingin sekali memakan makanan itu dan untunglah di kantin sekolahnya ada yang menjual makanan itu. "Bicaranya nanti aja, aku mau makan dulu," ujar Adreanne, ia menghentikan pergerakan mulut Lily yang ingin bersuara. Lily mendengus dan menurut. Adreanne jika sedang makan memanglah tidak suka diganggu, ia akan makan dalam kondisi diam karena katanya ia ingin menikmati makanan itu. Srettt! "Eh apa-apaan si," protes Adreanne. Mangkuk seblak miliknya di tarik ke samping. Adreanne menoleh ke samping, melihat siapa pelaku yang mmenarik mangkuk seblak nya. Edzard. "Kamu nggak boleh makan ini, makanan ini terlalu pedes," ujar Edzard, cowok itu semakin menjauhkan piring seblak milik Adreanne dari jangkauan cewek itu. "Kamu emangnya siapa? Enak aja larang-larang," protes Adreanne. Lily hanya memperhatikan perdebatan antar Edzard dan sahabatnya, Adreanne. "Tidak ada protesan, mending kamu makan ini." Edzard menyerahkan sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. Adreanne menggeleng. "Aku maunya seblak, aku suka yang pedes," tolaknya. Edzard menatap Adreanne dengan tajam. Ia tidak suka jika ada orang yang menolak atau membantah ucapannya. Melihat mata Edzard yang menajam membuat nyali Adreanne ciut. Wajah Edzard menyeramkan menurutnya. "Ly, ke kelas aja yuk," bisik Adreanne. Lily mengangguk setuju, ia merasakan hawa di sini mulai memanas dan tatapan Edzard yang tajam membuatnya sedikit takut pada cowok itu. Lily dan Adreanne kompak berdiri dan ngacir meninggal Edzard, tapi bukan Edzard namanya yang tidak bisa menghentikan Adreanne. Edzard menahan lengan Adreanne sehingga cewek itu tertarik mundur, sedangkan Lily sudah pergi berlari meninggalkan Adreanne. Ia tidak sadar kalau ia telah meninggalkan Adreanne bersama Edzard. "Sekarang kamu duduk," titah Edzard dengan nada lembut. Adreanne menelan ludahnya kemudian menurut dan kembali duduk. Edzard pun duduk di samping Adreanne, cowok itu menyodorkan sepiring nasi goreng ke hadapan Adreanne. "Makan," titah nya. Adreanne hanya bisa menurut, kalau ia menolak mungkin saja Edzard akan kembali marah. Eh, tapi kenapa ia menurut pada Edzard? Memangnya Edzard siapa?! Batin Adreanne setengah tidak terima. Edzard menarik sudut bibirnya. "Bagus." "Hm, kamu tidak makan?" tanya Adreanne pelan, ia heran melihat Edzard yang hanya duduk memperhatikan nya tanpa ikut makan. Edzard menggeleng. "Udah cepat, habisin!" Adreanne mendengus kecil. Dasar pemaksa! Nggak kenal juga! "Jangan mengumpati ku, cukup habiskan saja makanan kamu itu," ujar Edzard seakan tahu dengan apa yang dipikirkan oleh Adreanne. Adreanne mengangguk pun patuh walau sangat terpaksa. *** Adreanne menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk miliknya. Adreanne merubah posisinya menjadi miring ke kanan, pikirannya tengah melayang kepada kejadian hari ini. Mulai dari Edzard yang tiba-tiba mendekat padanya dan selalu memaksanya. Dan Edzard yang memaksa untuk mengantarkannya pulang, padahal ia bisa sendiri. Huaa, itu anak baru kenapa dah?! Risih aku lama-lama kalau gini, batin Adreanne. "Rea!" panggil Damien, kakak laki-laki Adreanne. "Ya, bang?" "Ke indojuni yuk, gue mau beli sesuatu. Lo temenin gue ntar gue traktir lo," ajak Damien. Mata Adreanne sontak berbinar saat mendengar kata traktir. "Beneran? Wah, ayo bang!" Adreanne dan Damien pun pergi minimarket yang ada di depan kompleks perumahan mereka dengan berjalan kaki.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD