14. Waktu Yang Diberikan Raja

1038 Words
Damien dan Edzard lupa waktu hingga kebablasan bermain sampai tengah malam. Pada pukul satu malam, Edzard tertidur di sofa kamar Damien. Sedangkan Damien sudah tepar di kasurnya. Adam yang melihat kelakuan sang Putra pun geleng-geleng kepalanya. Ia jadi tidak tega mengusir Edzard tengah malam seperti ini, alhasil ia membiarkan Edzard menginap di rumahnya. Adam menghela napas ketika melihat Edzard yang tidur dengan posisi duduk yang ia rasa sangat tidak nyaman. Sekali lagi, karena tidak tega Adam mendekati sofa dan membaringkan Edzard dengan hati-hati dan anak itu tertidur dengan nyaman. Adam melirik AC di kamar Damien, merasa suhu sangat tinggi ia pun menaikkan suhunya agar tidak terlalu dingin. Setelah ia rasa putranya dan Edzard tidur dengan nyaman, barulah Adam keluar dari kamar Damien. *** Di pagi harinya... Edzard sangat syok mendapati dirinya tertidur di sofa kamar Damien. Ia lupa pulang, saking mengantuknya ia jadi ketiduran di sini. Edzard melirik ke arah ranjang di mana Damien masih tepar tidak sadarkan diri alias tidur. Manik cowok itu melirik ke jam yang tergantung di dinding. Sudah pukul enam pagi. Hari ini masih hari sekolah, ia tak yakin akan sempat pulang ke rumah dan berangkat ke sekolah. Membutuhkan banyak waktu. Apa ia memboloskan diri saja hari ini? Cklek! Sontak Edzard langsung melihat ke arah pintu. Ternyata Adreanne lah yang membuka pintu kamar, gadis itu telah siap dengan seragamnya. "Ya ampun Ed, kamu tidur di sini? Aku kira kamu udah pulang kemarin," kaget gadis itu. Edzard mengusap wajahnya. "Ketiduran." Tiba-tiba Tika datang dengan memakai apron. "Kamu mandi gih, Ed. Bentar lagi sekolah, kan?" "Rea, kamu ke bawah sana. Siap-siap sarapan." Adreanne mengangguk patuh lalu meninggalkan kamar Damien. Perhatian Tika kembali pada Edzard. "Kok nggak gerak? Ayo sana mandi." Edzard menggeleng ragu. "Kayaknya aku pulang aja deh, Bun. Soalnya nggak ada baju, lagi pula baju hari ini beda dengan baju kemarin." "Gampang, nanti kamu pakai bajunya Damien, dia dulu tamatan SMA kalian juga, jadi seragamnya masih ada. Untuk dalaman, Damien punya banyak stok baru, minta ke dia aja," sahut Tika santai. "Boleh, Bunda?" Tika mengangguk. "Iya boleh. Udah sana cepet nanti telat!" omelnya. Edzard mengangguk cepat. Tika pun meninggalkan kamar Damien. Edzard beranjak dari sofa dan mendekati ranjang bermaksud membangunkan Damien. "Bang, bangun," panggil Edzard sembari menggoyang bahu Damien. Dipanggilan ke enam barulah Damien membuka mata dan mengerang pelan. "Hm ... apa?" "Gue mau pinjam baju seragam lo, kata bunda boleh." Damien mengusap-usap wajahnya menghilangkan kantuknya, kemudian ia berdiri dan berjalan menuju lemari. Damien mengeluarkan satu set seragam khas sekolah Cruzae miliknya dulu. "Gue nggak tahu ini muat atau nggak di badan lo." Edzard mengangguk dan menerima baju itu. "Pasti muat. Ya udah, gue mandi duluan." Damien hanya mengangguk sekilas lalu kembali menghempaskan tubuhnya di ranjang dan tidur. Edzard menggeleng-gelengkan kepalanya. Membiarkan Damien, lantas ia langsung masuk ke dalam kamar mandi. *** Edzard dan Adreanne akhirnya tiba di sekolah ketika lima menit sebelum bel masuk. Setelah melalui perdebatan antara Edzard dan Adam, akhirnya kedua remaja itu dapat pergi ke sekolah. Bagaimana tidak berdebat? Adam ingin mengantar putri tercintanya ke sekolah, tapi sudah ada Edzard dan mobilnya, membuat Adam memprotes hal itu mentah-mentah. Sesampainya di kelas, keduanya mengatur napas karena baru saja berjalan sangat cepat menuju kelas. "Loh, kalian berdua berangkat bareng? Sesak napasnya barengan gitu. Lo juga, tumben amat telat datang," komentar Lily sembari mengipas-ngipasi dirinya. Suhu udara pagi ini memang agak panas, berbeda dari sebelumnya. "Iya," jawab Adreanne singkat. "Eh tapi tadi Abian nyariin lo, Re. Tapi lo, kan belum datang," beritahu Lily yang teringat akan dua puluh menit lalu Abian sempat datang ke kelas mereka. "Ngapain dia nyari aku?" "Ya mana gue tau," pungkas Lily sedikit sewot. "Ya udah, nanti jam istirahat aku temuin dia." Lily hanya menganggukkan kepala karena bertepatan dengan guru yang masuk ke dalam kelas. Edzard sedari tadi mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh Adreanne dan Lily. Ia mulai menyusun siasat agar saat jam istirahat nanti Adreanne tidak jadi bertemu Abian. *** Rencana Edzard hendak mencegah Adreanne bertemu dengan Abian buyar karena ia tak sengaja melihat ke arah rooftop di gedung A sekolah. Sosok yang ia lihat adalah Edrea. Mau apa gadis itu?! Mau tidak mau Edzard meninggalkan masalah Adreanne dan segera menuju rooftop. "Kamu ngapain sih di sini? Kalau ada yang melihat bagaimana?" Edzard berujar dengan nada gusar. "Tadi malam aku mendengar Ayah dan Dante berbicara, kak," gumam gadis itu. "Lalu?" "Aku mendengar Dante akan diturunkan juga ke Bumi untuk mengawasimu selama sepuluh bulan. Dan setelah itu hukumanmu selesai, kak!" seru Edrea gembira. "Aku sangat bahagia mendengarnya, sepuluh bulan tidak terlalu lama. Akhirnya kau akan pulang juga," lanjut gadis itu. Edzard terhenyak. Jujur saja, ia merasa tak masalah jika diawasi oleh Dante. Dante adalah anak salah seorang kepercayaan Raja Philips dan juga temannya. Tapi ia sedikit tidak suka mengetahui waktunya di Bumi tersisa sepuluh bulan. Sangat singkat sekali, apa ia bisa kembali pulang ke Kerajaan nya dengan tenang tanpa memikirkan Adreanne lagi? Edrea mengamati raut wajah sang kakak yang tidak menunjukkan ekspresi senang sama sekali. "Kenapa wajahmu murung begitu, kak? Apa kakak tidak suka dengan informasi bahagia ini?" Edzard tersenyum samar dan buru-buru menggeleng. "Tidak. Tentu saja aku senang, aku hanya sedikit kaget," dustanya. Edrea tersenyum lebar. "Aku tahu kau pasti akan menyukai informasi yang ku berikan ini. Kalau begitu aku pulang dulu, oh iya di rumah aku sudah meletakkan makanan kesukaanmu. Kau bisa memakannya nanti malam kak." Edzard tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Edrea. "Baiklah, terimakasih. Saat Dante sudah ada di sini, kau jangan sering-sering mengunjungiku, okay?" Edrea mengangguk patuh. "Kalau begitu aku pulang dulu, hati-hati selama di sini kak." "Iya, aku tahu itu." Edrea mengeluarkan sayapnya lantas terbang ke atas dengan cepat, meninggalkan Edzard yang hanya bisa menghela napas lesu. Lima menit ia hanya berdiri diam setelah kepergian Edrea, akhirnya Edzard memutuskan untuk turun dan menuju kelas. Namun diperjalanan, ia tak sengaja melihat Adreanne yang berjalan bersisian dengan Abian keluar dari kantin. Edzard sudah tidak berniat lagi memisahkan Adreanne dan melarangnya bertemu Abian. Cowok itu menghela napas lalu mengayunkan kakinya menuju UKS. Tidur yang berkedok sakit. Ya, lebih baik ia tidur saja, karena pelajaran selanjutnya adalah Matematika. Entah pelajaran macam apa itu Edzard tidak tahu, yang jelas ia sangat tidak menyukai mata pelajaran matematika di Bumi ini. *** to be continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD