Sepanjang pagi, Naina hanya bisa menatap layar komputernya tanpa semangat. Jari-jemarinya terhenti di atas keyboard, pikirannya melayang kepada Chandra. Bayangan bagaimana dia mengusir suaminya tadi malam terus menghantuinya. Meski tahu itu adalah hari yang bukan jadwal mereka, sikap dingin Chandra pagi ini terasa seperti hukuman. Padahal dia mengusirnya demi menjaga aturan yang justru dibuat oleh Chandra sendiri, tapi kenapa kini pria itu yang bersikap marah? Suaminya bahkan tidak mau menjemputnya dan malah meminta supir untuk mengantarnya ke kantor.
Pesan yang dikirimnya sejak pagi masih terbaca tanpa balasan. Naina menyimpan ponselnya dengan d**a sesak. Keyakinannya semakin kuat, Chandra pasti sedang mendendam padanya.
"Nai."
Suara Sasa menyadarkannya dari lamunan. Naina mengangkat
