“Kamu ini kenapa? Sakit?” Wahda meraba kening pria itu. Panas. “Allahu akbar! Ayo ke rumah sakit.” Seorang pria lain turun dari mobil, mendekat. “Tolong bantu saya bawa ke mobil, lalu ke rumah sakit,” pinta Wahda. “Baik, Nyonya.” Kenrich masih sadar meskipun tubuhnya lemah. Ia dipapah Wahda dan satu anak buahnya menuju mobil. Pria itu mencekal tangan Wahda yang akan kembali keluar mobil. “Mau ke mana?” tanyanya lirih. “Bentar, aku ambil tas dulu di dalam.” Cekalan pun terlepas. Wahda segera berlari menuju kos-kosan untuk mengambil tas, dompet, dan ponsel. Setelahnya, kembali berlari masuk mobil. “Pak, rumah sakit terdekat,” pinta Wahda setelah duduk sempurna di samping sang suami. Ia melepaskan jas dan dua kancing atas kemeja suaminya itu. “Baik, Nyonya.” “Ke apartemen saja,” tol