39.Surat Cerai

1208 Words

“Apa dia cuma pura-pura tidur? Gawat kalo emang iya.” Wahda lalu bangkit, berjalan mengendap-endap keluar kamar, lalu menutup pintu dengan hati-hati. Sementara Kenrich menyipitkan mata, memastikan istrinya sudah benar-benar keluar. Setelah istrinya tidak ada, ia membuka mata lebar-lebar sambil menahan senyum. Pria itu lantas meraba kening, menyentuhnya. “Semoga dia tidak rabies.” Tiba di kamarnya, Wahda melempar tubuh ke ranjang. Ia terpejam. “Apa yang udah gue lakuin tadi? B0doh, bod0h, b0doh! Bisa-bisanya gue nyosor keningnya.” Dipukulinya bibir dengan telapak tangan. “Kalo dia tadi belum tidur, apa nggak mau seumur hidup gue? Dia pasti kegeeran. Duh, refleks tubuh gue gini amat dah.” Wahda mengembuskan napas panjang. “Gue takut omongan Naila bakal jadi kenyataan. Gue takut bene

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD