“Ah, iya. Nggak apa-apa. Memang harus diajak, kan? Ayo masuk semuanya.” Wahda mempersilakan. Ada sekitar dua puluh orang yang ikut. Beberapa laki-laki, tetapi lebih banyak perempuan. “Wah, Wahda tinggal di gedung tinggi.” “Suamimu pasti kaya raya. Tempat tinggalmu saja mewah begini.” “Rumahmu cantik, Wa. Besar pula.” Wahda hanya tersenyum mendengarnya. Ia mencium takzim orang tua dan para tamu yang kebanyakan lebih tua darinya. Sementara pada Hana, saling memeluk erat. Lalu Wirda, hanya salaman biasa. Karpet sudah terbentang. Beberapa camilan juga sudah disiapkan di atasnya. Mereka pun duduk. “Maaf kalau merepotkan, Wa. Kami datang sudah kayak mau demo.” Wahda tergelak. “Nggak apa-apa. Malah aku senang, kedatangan kalian.” Beruntung Wahda membawa satu ART-nya ke sini untuk bantu-b

