Wahda menggeleng, berusaha menutupi sayatan kecil di hatinya dengan tersenyum. Ia lalu menggandeng lengan sang suami. “Nggak ada. Yuk pulang.” Keduanya lantas pamit pulang lebih dulu pada seluruh anggota keluarga. “Beneran kamu oke?” Kenrich kembali memastikan saat di perjalanan pulang. “Iya oke. Daddy bicara apa tadi sama kamu?” “Masalah orang tua Tisya.” “Kenapa?” “Daddy, Brandon, dan Dariel menolak saat mereka mengajukan pinjaman. Jumlahnya fantastis. Dan setelah disurvei, usaha orang tua Tisya ternyata di ambang kebangkrutan. Utang mereka di berbagai tempat sudah sangat banyak.” “Kasihan. Memang kenapa kok bisa bangkrut?” “Entahlah. Tapi dari survei lapangan, didapat perusahaannya sudah mulai kolaps setahun belakangan. Yang paling mencengangkan, sepertinya saat Tisya dijodohkan

