Kenrich malah tertawa. “Ngomong apa kamu, Bocah?” Wahda mencebik. “Aku serius!” Pria itu takacuh, berjalan santai meninggalkan Wahda. Trauma? Mungkin iya. Wahda tidak ingin merasakan lagi tiba-tiba ditinggal saat masih sayang-sayangnya. ** Hari-hari lebih baik dirasakan Wahda. Meskipun sang suami tetaplah pria dingin, cuek, dan kata-katanya sering kasar, ia sudah terbiasa dengan hal itu. Keduanya lebih banyak berangkat kerja sendiri-sendiri karena memang berlawanan arah. Wahda sebenarnya lebih suka naik ojek online, tetapi sang suami sudah menyediakan sopir dan mobil khusus untuk mengantar jemput. Setiap pagi, Wahda selalu masak untuk sarapan. Kenrich seringnya menolak karena lebih suka sarapan dengan buah. Wahda pun menawarkan bekal saja. Awalnya Kenrich menolak, tetapi lama-lama