“Ken ....” Wahda kembali memanggil karena pria itu masih diam. “Ayo kita selesaikan masalah ini.” Kenrich membuang napas kasar. Ia meletakkan bekas makan Wahda ke nakas. “Masalah apa?” “Semuanya. Kita lanjut apa enggak.” “Apa saya pernah bilang kalau saya tidak ingin lanjut?” Pelan, Wahda menggeleng. “Apa saya pernah bilang ingin mengakhiri pernikahan?” Wahda kembali menggeleng. “Wahda, saya tidak pernah mengusirmu dari apartemen. Tapi kamu yang memilih pergi. Saya tidak pernah meminta kembali kartu kredit dan kartu ATM. Tapi kamu yang mengembalikannya. Saya tidak pernah marah sama kamu, tapi kamu yang terus marah tidak jelas sama saya. Apa saya pernah bicara ingin pisah sama kamu? Tidak. Tapi kamu yang menginginkannya. Terus bicara melantur tidak jelas. Lalu sekarang kamu bertanya