Kenrich terus berlari, mencari sang istri. Para pekerja dikerahkan agar ikut membantu. Pria itu berlari ke sana kemari sembari meneriakkan nama Wahda. Langkah pria itu mengayun cepat, membawa ke pelataran rumah sang paman. Di sana, ia mengembuskan napas lega saat melihat seorang wanita tiduran di ayunan sambil memainkan ponsel. Kenrich segera mendekat. Dari jarak dekat, ia bisa melihat ponsel istrinya terhubung dengan headset. Pantas diteriaki dari tadi tidak menyahut. Pria itu melepaskan headset tersebut dari telinga sang istri. Wahda terkejut, tetapi tidak berani marah. “Dicari dari tadi. Nggak tahunya di sini. Saya khawatir sama kamu!” Wahda duduk, lalu bangkit. Tanpa kata, ia meninggalkan sang suami. Kenrich mengejar. “Mau kamu apa, hah? Marah terus padahal saya sudah minta maa