“Saya hanya–“ “Mulai sekarang, jangan lagi muncul di hadapan Ken dan di hadapan saya! Enyah dari hidup kami!” Marissa mengatakan dengan mata sembab yang membola. Sesekali tetes air masih lolos dari sudut matanya. “Tapi dia suami saya.” Wahda menatap Marissa sendu. “Bukan! Mulai sekarang dia bukan lagi suamimu.” “Mom–“ “Sudah saya bilang sejak awal. Kamu kehilangan hak atas putra saya saat kamu bertindak gegabah. Sekarang dia menjadi manusia yang tidak hidup, tapi juga tidak mati. Semua gara-gara kamu!” Wahda tidak punya tenaga lagi untuk melawan sang mertua. Sebab dijelaskan seperti apa pun, Marissa tidak peduli dan tidak mau mengerti. “Sekali saja. Tolong biarkan saya menemuinya.” “No! Pergi! Sejauh-jauhnya dari sisi putra saya! Selamanya!” Wati mengelus pelan punggung Wahda. “K

