BAB 3. Anjing dan Babi

2029 Words
"Tuan Muda, maaf, saya tidak bisa lagi membantu anda untuk menyelidiki Argo. Tuan Adrian meminta saya mengurus masalah di tempat lain. Beliau mengatakan, yang seharusnya anda selidiki lebih dulu bukan perusahaan penadah tapi orang-orang yang menyelundupkan." Pesan panjang dari Ronin membuat Damian mengumpat. "Dasar kakek menyebalkan." laki-laki itu menggerutu sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku celana. Saat ini, Damian sedang dalam perjalanan menemui Madeline yang datang ke kediamannya bersama kedua orang tuanya. Damian sudah menduga mereka pasti datang. Karena foto laki-laki itu, yang duduk di tengah salju kemarin, jauh lebih Viral dari perkiraan. Sekalipun hal itu membuat Damian mendapatkan predikat sebagai laki-laki paling patah hati tahun ini, tapi hasil yang dia dapatkan sangat memuaskan. Madeline langsung kehilangan reputasinya dan dianggap tidak cocok menikah dengan Bangsawan sekelas Damian. Selain itu kebohongan wanita itu selama ini juga satu per satu mulai terkuak. Damian sudah tahu kalau selama ini, kebaikan Madeline di depan semua orang hanyalah sandiwara. Sebenarnya hal itu adalah hal yang wajar bagi sebagian bangsawan demi membuat reputasinya tetap baik. Tapi Damian tidak mau kompromi dengan sikap palsu semacam itu. Karena itu, Damian sempat menolak bertunangan dengan Madeline. Dan pada penolakan itulah Oliver akhirnya memberikan syarat pada Damian jika ingin mencari calon istri sendiri. Madeline hars terbukti idak layak, baru Damian boleh memilih calon istrinya sendiri. Madeline sangat licin seperti belut. Selama dua tahun sejak pertunangan mereka terjadi, Damian kesulitan mencari bukti kebusukannya. Sampai akhirnya laki-laki itu mengendus kedekatan Madeline dengan salah satu dosen di kampusnya. Dan sejak saat itu, Rencana Damian untuk melakukan penggebrekan di mulai. Menurutnya, bukti foto atau Video saja masih bisa di tepis oleh Madeline menggunakan sikap sok polosnya yang di sukai semua orang. Tapi jika penggrebekan secara langsung dengan di saksikan oleh orang-orang yang bisa di percaya maka, Madeline tidak akan bisa mengelak lagi. Dan Damian berhasil melakukannya berkat bantuan Lian. Ketika Damian masuk ke ruang pertemuan. Madeline terlihat menunduk. Dia tidak secerah biasanya dan dari ekspresinya dia terklihat sangat malu. Jelita dan Oliver tetap menjaga sikap ramahnya pada Count dan Countess Randall. Karena bagaimanapun, mereka masih akan terus berhubungan secara bisnis dan pekerjaan dengan mereka. "Selamat sore Count dan Countess Randall. Selamat sore juga Lady Madeline." Sapa Damian ramah. Laki-laki itu duduk dengan tenang di samping ayahnya setelah salamnya di balas dengan tak kalah ramah oleh suami-istri Randall. Medeline juga menjawab salam Damian dengan ramah, hanya saja suaranya terdengar sangat kecil. Pembicaraan kemudian di buka oleh Oliver. Laki-laki itu terlihat sangat hati-hati dalam menyinggung masalah yang sedang terjadi. Oliver masih menjaga perasaan Madeline di dalam topik memalukan yang diangkat sore ini. Count dan Countess Randall tetap memohon agar pertunangan di lanjutkan, mereka akan menjamin Madeline tidak akan melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Dalam hal ini baik Jelita maupun Oliver tidak bisa menjawabnya, mereka melemparkan jawaban dari permohonan itu pada Damian. Tapi di belakang, Jelita sejak tadi sudah mencubiti putranya untuk menolak. Setelah mendengar sendiri keadaan saat penggrebekan itu, Jelita rasanya tidak sudi memiliki menantu seperti Madeline. Seandainya semua itu hanya bagian dari masa lalu Madeline dan dia sudah bertobat ketika bersama Damian, mungkin Jelita masih bisa mempertimbangkannya. Tapi yang di lakukan Madeline adalah berkhianat dengan menjijikan di belakang Damian. Jelita tentu saja keberatan jika perjodohan mereka di lanjutkan. "Selama lebih dari dua tahun pertunangan kami, saya memperlakukan Lady Madeline dengan baik. Saya tidak pernah memukulnya atau membuatnya tidak nyaman. Saya juga mau berkompromi dengan kebiasaanya yang tidak sesuai dengan kebiasan saya. Saya tidak pernah mencoreng nama baiknya atau bahkan berselingkuh di belakangnya. Karena itu, menurut saya, tidak ada alasan bagi Lady Madeline untuk berselingkuh di belakang saya, kecuali dia tidak mencintai dan menghargai saya. Dengan penuh kerendahan hati, saya minta maaf pada Count dan Countess Randall yang selama ini sudah memperlakukan saya dengan baik sekali. Saya tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, karena saya tidak mau menikah dengan orang yang tidak mencintai saya dan tidak bisa menghormati saya sebagai pasangan." Jawaban Damian sangat membuat Jelita puas. Ucapan putranya terdengar lembut dan tertata, tapi di dalamnya terdapat makna dalam yang seharusnya menusuk ke hati Madeline dengan sangat tajam. "Kami benar-benar minta maaf atas keributan yang di sebabkan oleh putri kami. Saya sungguh menyayangkan atas putusnya hubungan yang sudah terjalin cukup lama ini. Karena di mata saya kalian sangat serasi." Ucap Count Randall terdengar menyesal. "Sayangnya Lady Madeline sendiri terlihat tidak menyesal Count. Hingga detik ini dia bahkan tidak meminta maaf pada saya." Ucap Damian membuat Jelita kaget. Putranya sudah mulai lepas kendali lagi karena kesal. Wanita itu takut pembicaraan ini akan berujung ribut jika Damian terus mempertahankan sikap kesalnya itu. Countess Randal mencolek putrinya yang sepanjang pembicaraan terus menunduk itu. Madeline akhirnya mau mengangkat wajahnya dan menggumamkan maaf dengan lirih. Damian sebenarnya tidak puas, tapi karena Jelita melotot padanya dan menyuruhnya berhenti mencecar Madeline, laki-laki itu akhirnya berhenti dengan tidak puas. Setelah mulut pedas Damian berhasil di hentikan oleh Jelita, pembicaraan sore itu berakhir dengan baik. Sekalipun hubungan keduanya tidak bisa di lanjutkan, tapi setidaknya dalam pembicaraan pemutusan itu tidak ada kendala yang berarti. "Damian mau pergi ke Indonesia. Di sini terlalu banyak kenangan yang menyakitkan. Dia bahkan kaya nggak ikhlas minta maaf sama aku." Damian menggerutu selepas kepergian keluarga Madeline. "Kamu mau ngapain di sana Dam? Daddy sudah mengurus masalah kepindahan kamu ke Rumah Sakit terdekat biar kamu nggak capek bolak-baliknya. Kita udah sepakat kamu mau kerja di Rumah Sakit sambil bantu Daddy urus pekerjaan kan?" "Daddy paham nggak sih kalau anaknya lagi patah hati? emangnya dulu Daddy bisa kerja waktu Mommy kabur? Kata kakek juga Daddy kaya orang gila kan?" Balas Damian jengkel. "Sudahlah Oliver! biarkan saja Damian pulang sama papa. Kamu juga masih sehat dan kuat kok buat kerja. Kamu kaya nggak ngerti rasanya patah hati saja." Dante dan Desita yang baru saja datang setelah semalam mendengar berita perselingkuhan Tunangan Damian itu, langsung ikut nimbrung. Keadaan itu adalah keuntungan besar untuk Damian, karena itu dia tidak mau menyia-nyiakannya. Damian langsung berlari memeluk Jelita sambil memasang wajah sedih yang dibuat-buat. "Iya Oliver! biarin aja Damian di Indonesia sementara buat menata hatinya. Kasihan cucu nenek patah hati yah?" Desita menambahan. Damian mengangguk saja. "Biar Papa yang carikan Rumah Sakit terbaik buat dia kerja nanti! Regarta juga sekarang pegang Rumah Sakit kok, ngapain kamu risau. Jadi bapak-bapak jangan manja! maunya di bantuin anak mulu." Dante melanjutkan omelannya. Membuat Damian tersenyum penuh kemenangan diam-diam, karena dia mendapatkan pembelaan dari kakek dan neneknya. "Ya sudah terserah, tapi kalau sudah waktunya pulang, kamu harus pulang Damian!" Oliver tidak punya pilihan selain setuju. Begitupun dengan Jelita yang merasa putranya perlu mendinginkan kepala dan hatinya sebelum memulai kembali kehidupannya di dunia Bangsawan. "Kimberly boleh ikut kakak Damian pulang ke Indonesia juga nggak Dad?" Pertanyaan itu membuat semua orang menoleh ke arah suara. "Ngapain ngintilin kak Damian mulu? Sekolah yang bener! Nilai juga ada di urutan paling bawah." Lian menanggapi sambil berjalan menghampiri nenek dan kakeknya untuk bersalaman. Usia Kim berbeda sekitar empat tahun dengan Flora. Karena itu dia masih berada di bangku kuliah. Dan karena otaknya tidak terlalu pintar, gadis itu sering mengulang mata kuliah. "Lian jangan jahat gitu sama adik kamu." Jelita memperingatkan. Tapi Lian tidak peduli. Laki-laki itu tahu kalau Kimberli akan jadi penghalang Damian mendapatkan jodoh jika dia ikut ke Indonesia. Lian tahu persis kalau adik angkatnya itu menyukai Damian bukan sebagai seorang kakak. Bahkan ketika mendengar Madeline berselingkuh, KImberly terlihat senang. "Emang dia bodoh kok." Lian menggerutu diam-diam sambil pergi lagi dari hadapan semua orang. Anak itu memang selalu blak-blakan dan tidak peduli jika orang lain sakit hati. "Kuliah kamu kan masih belum selesai, kamu fokus aja sama kuliah kamu jangan ikuti kakak kamu yang lagi patah hati itu." Dante bersikap tegas. Kim terlihat kecewa, tapi dia tidak bisa membantah Dante yang tidak seramah Oliver padanya selama ini. Tapi Damian ternyata masih harus menunggu dua bulan baru bisa pulang ke Indonesia karena harus mengurus dokumen dan pekerjaan. Seminggu setelah dia sampai di Indonesia, Damian langsung mendapatkan klinik kecil di dekat kediaman Orang Tua Alana, atas bantuan Adrian dengan alasan ingin menyendiri untuk mengobati patah hatinya. Adrian hampir tidak setuju, tapi Damian memanfaatkan Lisa untuk membantu. Rencananya berjalan mulus tanpa kendala. Klinik tempatnya bekerja juga lumayan nyaman. Tapi betapa kagetnya dia, ketika di hari pertamanya bekerja, pasien pertamanya yang datang justru orang yang sedang diincarnya. Apalagi tubuh Alana lebam-lebam dan memiliki banyak Luka. Kemarahan Damian tak terbendung. Keinginannya untuk menghancurkan Argo, naik berkali-kali lipat. *** Alana masih memiliki tabungan pribadi yang cukup untuk dia hidup berfoya-foya selama satu tahun. Sebagian uangnya dia belikan unit Apartemen murah yang letaknya tidak jauh dari klinik Damian. Di dekat sana ada sebuah Ruko yang di sewakan. Alana rencananya hendak menyewa ruko itu untuk membuka kembali toko bunga miliknya yang dulu sempat tutup karena menikah dengan Argo. Bahkan bisnis dekorasi event yang dia bangun dari Nol sekarang sudah di kuasai oleh Argo dan Nanaw. Alana tidak memiliki kekuatan untuk merebutnya lagi karena dimata semua orang, dialah yang bersalah. Mendapatkan informasi tentang rencana Alana dari Agus, Damian langsung menghubungi pemilik Apartemen dan membeli dua unit tepat di sebelah Alana. Laki-laki itu juga membayarkan setengah dari harga Apartemen yang diinginkan Alana agar gadis itu tidak membayar terlalu mahal. "Benarkah ada diskon sampai lima puluh persen pak?" Alana terdengar sangat senang. Pemiliki Apartemen itu mengangguk sambil tersenyum. Dia sudah menjadi sekutu Damian sejak laki-laki itu membeli dua unit langsung lunas dan bahkan memberinya uang kerja sama. "Benar mbak Alana. Kabarnya mbak Alana mau buka usaha di salah satu Ruko saya juga kan?" Ucap pak Abi, selaku pemilik sekaligus pengelola Apartemen itu. "Iya pak benar! saya mau sewa Ruko itu buat buka toko bunga. Tadi sempat ngobrol juga sama sekuriti di bawah. Beliau langsung memberitahu bapak yah?" "Benar mbak Alana. Sayangnya, Ruko yang mau mbak Alana mau sewa sudah dibeli oleh orang. Tapi Kebetulan, salah satu penghuni Apartemen ini menawarkan harga sewa yang lebih murah kalau mbak Alana mau. Rukonya ada di bagian samping kanan Apartemen yang mengarah langsung ke gedung pernikahan dan kampus. Jauh lebih ramai juga mbak Alana. Gimana?" "Mau banget pak. Tapi katanya di sana lebih mahal kan? yang deket Klinik itu kan?" "Iya betul mbak Alana. Untuk usaha Bunga sepertinya cocok ada di samping Klinik juga kan? Harganya nggak lebih mahal dari harga sewa yang tadi mbak Alana inginkan kok. Kebetulan pemiliknya memang dermawan sekali mbak. Katanya dari pada Rukonya kosong jadi mending di sewakan saja." Ucap pak Abi menjelaskan. Alana setuju dan tampak senang. Sore itu juga dia langsung pindah ke Unit Apartemen yang dia beli dengan hanya membawa baju saja. Gadis itu sudah lebih tenang, karena semuanya berjalan lebih lancar dari yang dia bayangkan, tapi moodnya kembali hancur mendengar seseorang menggedor pintu unitnya dengan tidak sabaran. "Kalau kamu nggak keluar, aku dobrak pintunya!" Suara Argo membuat tubuh Alana gemetaran. Dia masih merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat pukulan Argo tadi. Terlalu menakutkan bagi Alana untuk bertemu dengan laki-laki yang sudah menyakitinya secara fisik dan batin itu. "Aduhh anjing ini berisik banget deh!" Alana mendengar ada suara orang lain yang terdengar sangat familiar. "Anjing? siapa yang anda sebut anjing?" Argo terdengar murka. "Manusia tidak punya sopan santun yang bikin telinga orang sakit karena berisik itu sama kaya anjing." Balas laki-laki itu tampak santai. Alana langsung membuka pintu dan keluar begitu sadar kalau suara yang dia dengar adalah suara Damian, dokter tampan yang mengobati lukanya tadi. Alana takut laki-laki itu mendapatkan masalah karena sudah menyinggung Argo. "Hallo Alana, mau makan siang bareng nggak?" Damian malah menyapa Alana dengan ramah dan terdengar manis, alih-alih mempedulikan kekesalan Argo. Hal itu membuat Argo semakin terseinggung. "Dia siapa Alana?" tanya Argo dingin. "Dia dokter di klinik bawah yang mengobati luka yang kamu sebabkan. Kamu ngapain ke sini? aku udah bilang kita cerai!" Balas Alana sambil menahan rasa sakit. Damian tidak suka itu. "Oh cuma dokter!" Argo berucap sombong sambil menatap Damian. "Oh cuma calon mantan suami." Balas Damian meremehkan. Keduanya saling memandang dengan penuh permusuhan, sampai akhirnya Nanaw datang. "Mbak Alana, Nanaw minta maaf kalau mbak Alana jadi marah karena Nanaw." Gadis itu langsung berlutut di hadapan Alana dengan ekspresi sedih. "Anjing cocok tuh kalau sama Babi. Sama-sama haram." Celetukan Damian membuat Argo melotot penuh kemarahan. Nanawa juga merasa tersinggung karena entah kenapa dia merasa yang di sebut Babi oleh Damian adalah dirinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD