Athar hanya bisa menatap Zaozah yang dengan tenang di kasur di kamarnya. Sebenarnya, ada sesuatu dalam hatinya yang tidak tega melihat Zaozah tidur di bawah, tapi egonya terlalu besar untuk menyuruhnya naik ke ranjang. Zaozah tampak nyaman dengan keputusannya. Dia menarik selimut tipisnya, lalu berbaring sambil menatap langit-langit. Sementara Athar, meski sudah berbaring di ranjang yang jauh lebih nyaman, entah kenapa dia merasa tidak bisa langsung tidur. Beberapa kali, dia mengintip ke arah Zaozah. Dalam diam, dia bertanya-tanya, Kenapa dia tidak pernah membantah? Kenapa dia selalu menerima semua perlakuanku tanpa protes? Hening. Setelah beberapa menit berlalu, Athar akhirnya menarik napas panjang dan berbalik. “Kalau kedinginan, naik ke atas,” gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.