Bab 12 - Saling Menatap

1755 Words
Ayu dan Maya menikmati pesta di rumah Azmi malam ini, dia menyaksikan beberapa rangkaian acara di malam ini. Terlihat begitu serasi pasangan yang sedang merayakan hari ulang tahun pernikahannya itu. Akan tetapi, wajah sang Pria malah tidak sesumringah wajah wanita yang berada di sampingnya. Entah kenapa wajah Azmi terlihat seperti tidak bahagia sama sekali. “Mbak, mereka sepertinya gak bahagia, ya?” ucap Maya. “Maksudmu? Mereka siapa?” tanya Ayu. “Ya itu, yang sedang punya acara? Masa ulang tahun pernikahannya raut wajahnya begitu yang lakinya? Perempuannya sumringah dan bahagia banget, suaminya enggak?” ucap Maya. “Sudah gak usah asal tebak-tebak, kalau mereka gak bahagia, lantas kenapa seperti itu? Mengadakan pesta ulang tahun pernikahan semegah ini?” ujar Ayu. “Iya juga sih? Apa karena ada Mbak di sini?” “Apa hubungannya, May? Udah gak usah bahas ke sana, biar saja. Mbak ke sini juga menghargai Syakila kok?” ucap Ayu. Ayu mengajak bicara yang lainnya dengan Maya, supaya tidak membahas soal Azmi lagi. Biar saja mereka bahagia atau tidak, itu bukan urusan Ayu. Ayu berada di pesta juga karena menghargai Syakila sebagai kliennya saja. Syakila terlihat begitu cantik dan anggun dalam balutan gaun pesta yang simple tapi terkesan elegan. Gaun pesta rancagan Ayu itu begitu cocok sekali dipakai Syakila malam ini. Syakila pun tidak henti-hentinnya mengembangkan senyum bahagianya kepada pada tamu undangan yang dari tadi tidak henti-hentinya memberikan selamat kepada Syakila dan Azmi. Namun, tidak untuk Azmi. Azmi terlihat begitu dingin, dan datar. Bahkan dia tidak pernah memperlihatkan senyumannya sedikit pun pada tamu, di sepanjang acara berlangsung. Fokus Azmi hanya tertuju pada seorang wanita yang saat ini berpenampilan sederhana, dengan gaun pesta berwarna hitam yang terkesan elegan namun sederhana. Padahal di sampingnya ada seorang wanita yang begitu cantik dan anggun. Namun, entah kenapa Azmi malah tertarik dengan wanita sederhana itu yang kini tengah asik mengobrol dengan temannya, sambil menikmati jamuan pesta. Tidak ada make-up tebal diwajah Ayu, dia begitu natural, tidak seperti perempuan yang berada di samping Ayu, yang sedikit memoles wajahnya dengan make-up yang cukup tebal. Namun, hal itu lah yang justru membuat Azmi sulit untuk memalingkan pandangannya dari Ayu. Padahal Syakila tak kalah cantiknya, bahkan lebih cantik, karena malam ini sedang menjadi ratu. Azmi masih merasakan jantungnya berdebar begitu indah kala menatap Ayu yang terlihat begitu cantik malam ini. Tak bisa Azmi pungkiri, nyatanya rasa dan debaran itu masih nyata adanya, dan masih tetap sama menggebu-gebunya dengan sebelas tahun yang lalu. Meski ribuan purnama telah terlewati, rasa itu masih sama di hati Azmi. Di mana, hati dan perasaan Azmi akan merasakan sebuah ketenangan dan kenyamanan meski hanya menatap wajah cantik Ayu dari kejauhan. Sementara yang ditatap, hanya fokus pada makanan di tangannya, dan terus mengobrol dengan teman yang ada di sebelahnya. “May, aku ke toilet, ya? Kebelet nih,” pamit Ayu. “Iya, jangan lama-lama, aku tunggu di sini, paling aku pergi ambil makanan lagi, makanannya enak-enak soalnya,” jawab Maya. “Hmm ... kamu itu kebiasaan, ingat udah malam, diet, May!” celetuk Ayu. “Aku masih langsing, Mbak!” ucapnya dengan keras, karena Ayu sudah beranjak pergi ke toilet. ^^^ Ayu baru saja dari toilet, dia berjalan sendiri dan terus memerhatikan sekeliling dengan senyum yang merekah di wajah cantiknya. Ia begitu kagum dan terpana akan dekorasi pesta itu. Dekorasi pesta yang begitu cantik dan indah dengan dihiasi oleh bunga-bunga hidup yang terpasang di setiap sudut ruangan, membuat Ayu begitu suka melihatnya. Namun, seketika senyum di wajah Ayu redup begitu saja, kala netranya menangkap sosok pria yang menatap ke arahnya dari jauh. Pria yang selama ini ia hindari kini sedang menatapnya dengan tatapan begitu tajam, namun ada raut sendu di wajah pria itu. Tatapan Azmi tidak pernah lepas pada Ayu sejak awal Ayu datang ke pestanya. Ayu menjadi pusat perhatiannya selama acaranya berjalan. Dia bahkan tidak memedulikan wanita yang kini sudah mendampingi hidupnya selama empat tahun lamanya. Tapat di hari ini, adalah hari jadi pernikahannya ke empat tahun. Azmi tidak peduli akan hal itu, ia tidak mau melepaskan tatapannya pada Ayu, bahkan ayu ke Toilet pun Azmi mencari cara untuk terus bisa memantau Ayu dari pandangannya. Mereka saling menatap dari kejauhan. Entah kenapa Ayu begitu terpana melihat Azmi yang menatapnya dengan tatapan sendu, meski mata elangnya tajam menatap dia dari kejauhan. Mata yang begitu indah itu menyihir Ayu untuk membalas tatapannya. Detik kemudian, Ayu menyadari semua itu tidak benar. Ayu pun langsung memalingkan wajahnya, ia tidak mau terus saling menatap dengan Azmi, selain Azmi sudah memiliki istri, Ayu juga masih belum bisa melupakan luka di hatinya karena perbuatan Azmi padanya di masa lalu. Ayu bergegas pergi, mencari di mana Maya, dan ia ingin segera pamit untuk pulang. “Ih Mbak Ayu, lama sekali ke toiletnya?” ucap Maya saat melihat Ayu kembali. “Perutku mulas, padahal makanan di sini enak-enak ya, May? Tapi rasanya kok perut gak cocok?” gurau Ayu, untuk menghilangkan rasa tegang di hatinya, setelah tadi bertatap mata dengan Azmi cukup lama. “Ada-ada saja nih Mbak, justru jangan dikeluarin Mbak, sayang yang masuk makanan enak, biar usus kita menikmati dulu?” sambung Maya dengan terkikik. “Kamu yang ada-ada saja, May. Pulang yuk, May? Sudah malam, kasihan Alina sendirian sama Mbak di rumah?” ajak Ayu. “Iya, aku juga sudah ngantuk, makanya aku cari-cari Mbak dari tadi, lama sekali di toilet, aku kira Mbak diganggu sama suami Mbak Syakila?” ujar Maya. “Kamu ini ngomongnya? Ya gak lah! Yuk pamit, mumpung mereka sudah berdua saja, gak sedang menemui tamu lainnya,”ajak Ayu. Ayu dann Maya berjalan ke arah Azmi dan Syakila. Mereka ingin pamit pulang, karena sudah cukup malam, dan acara pun sudah selesai, sudah banyak juga tamu undangan yang pulang. Akan tetapi, dari tadi Maya masih ingin menikmati jamuan pesta yang enak-enak sekali makanannya. Ayu hanya menuruti saja, biar saja Maya makan sepuasnya. “Selamat ya, Mbak Syakila dan Suami? Semoga dengan bertambahnya usia pernikahan kalian, kalian semakin bahagia,” ucap Ayu. “Terima kasih Mbak Ayu. Terima kasih banyak lho sudah mau menyempatkan waktunya untuk datang. Tapi, ada yang kurang sebenarnya, Putri Mbak yang cantik tidak ikut,” ucap Syakila. “Alina tadi sedang ada les privat, jadi saya tinggal,” jawab Ayu. “Selamat ya, Mbak? Semoga selalu bahagia,” ucap Maya “Terima kasih, Mbak Maya,” ucap Syakila. “Terima kasih, ya? Kalian berdua sudah mau datang ke pesta ini,” ucap Azmi mencoba untuk basa-basi di balik niat terselubungnya yang sebenarnya hanya ingin membuka percakapan dengan Ayu. “Sama-sama, Tuan. Kalau begitu kami pamit, ya?” ucap Ayu. “Kalian naik mobil sendiri?” tanya Syakila. “Kami pakai taksi online, Mbak,” jawab Maya. “Biar saya antar kalian,” ucap Azmi yang membuat ketiga perempuan di depannya cukup kaget. Bagaimana bisa Azmi bicara mau mengantarkan Ayu dan Maya, sedangkan dia sedang merayakan pesta ulang tahun pernikahannya. “Mas yakin mau mengantarkan Mbak Maya dan Mbak Ayu?” tanya Syakila dengan tidak percaya, karena suaminya bilang mau mengantarkan Ayu dan Maya pulang. Bahkan Azmi menawarkan lebih dulu. Yang Syakila tahu, selama ini Azmi sangat anti dengan urusan oang lain. Jangankan urusan orang lain? Urusan yang berhubungan dengan Syakila saja Azmi tidka mau tahu. Bahkan Syakila tidak pernah sekali pun diantar jemput oleh Azmi selama ini. Kecuali memang ada acara mendadak yang dirinya harus keluar berdua, semobil berdua. Selebihnya, selama empat tahun hidup dengan Azmi, Syakila merasa hidup sendirian. Ke mana-mana dia sendirian, tanpa di damping suami. Kalau ada kepentingan saja mereka keluar berdua, itu pun untuk mengelabui semua orang, supaya semua orang mengira pernikahan mereka baik-baik saja selama ini. “Tidak usah, Tuan. Kami bisa pulang sendiri,” tolak Maya. “Iya kami sudah biasa pulang malam sendiri. Lagian Tuan sedang ada acara, masa mau mengantarkan kami?” ucap Ayu. “Tidak apa-apa, biar saya antar saja. Kalian berdua perempuan, tidak baik pulang malam sendirian pakai taksi,” kekeh Azmi yang mmbuat sebuah kerutan tipis di dahi Istrinya. “Tidak usah, Tuan!” tolak Ayu dengan tegas. “Tidak apa-apa, mari saya antar,” ucapnya dengan tak kalah tegasnya. “Hai, selamat, Syakila,” ucap seorang pria yang mendekati Azmi dan Syakila. “Hai ... kamu datang juga ternyata?” ucap Syakila dengan senyum sumringah. “Maaf, aku kemalaman datangnya, bahkan sudah mau selesai acara, tadi menemui klien dulu,” ucapnya. “Selamat Azmi, semoga makin bahagia,” ucapnya pada Azmi. “Hmm ... terima kasih sudah datang.” “Mbak Syakila, Tuan Azmi kami pamit, ya?” ucap Ayu menyela obrolan Syakila dengan tamu pria yang baru datang sendirian. “Sayang?” ucap Pria itu tiba-tiba, saat melihat Ayu ada di situ. “Mas, kamu kok di sini?” ucap Ayu yang tidak menyangka Bayu datang juga di acara Syakila dan Azmi. “Kamu kok di sini? Apa mereka klien kamu, Sayang?” tanya Bayu. “Iya, jadi Mbak Syakila dan Tuan Azmi teman Mas?” “Syakila ini teman SMA aku, bukan teman, tapi saingan aku,” ucap Bayu dengan tatapan meledek pada Syakila. “Ini kok kalian kenal? Terus tadi sayang? Apa ini perempuan yang kamu ceritakan itu, Bay?” tanya Syakila. “Iya, ini orangnya. Kenalkan Ayu, calon istriku,” ucap Bayu. “Tidak kusangka, Mbak Ayu akan jadi istri rivalku ini,” ucap Syakila terkekeh. “Rival?” “Iya, Rivalku dari SMA, meski kita begini kerja sama, tapi jangan salah, kami tidak pernah cocok sebetulnya, Mbak. Ya karena kami melanjutkan perintah dari orang tua untuk melanjutkan kerja sama dari era nenek moyang kita, ya sudah saya harus sering ketemu sama pria tengil ini,” ucapnya dengan kesal. Ayu hanya tersenyum saja. Bayu merangkul Ayu, supaya lebih dekat dengan dirinya. Apalagi dia mengenalkan Ayu sebagai calon istrinya. Membuat Azmi diam seribu bahasa, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. “Tadi kamu mau pamit?” tanya Bayu pada Ayu. “Iya, kasihan Alina di rumah sendirian sama Mbak,” jawab Ayu. “Ya sudah kita pulang, aku juga kangen Alina, mau lihat Alina sebentar saja,” ucap Bayu. “Syakila, Azmi, aku langsung pamit saja, ya? Kila, ada hadiah untuk kamu di sana, tuh aku taruh di depan, hadiahnya gak muat dibawa masuk soalnya,” ucap Bayu. Syakila mengedarkan pandangannya ke depan. Dia melihat sebuah kardus berukuran besar, dihiasi dengan pita berwarna biru muda. “Itu apa Bayu? Jangan bikin kerusuhan seperti di pesta-pestaku dahulu, Bayu!” geram Syakila. “Buka saja nanti, aku pamit, ya?” pamit Bayu. Ayu dan Maya pun turut pamit. Sedangkan Azmi, dia hanya diam, melihat Ayu berjalan di sisi Bayu dengan dirangkul oleh Bayu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD